Sering Tertukar, Bagaimana Membedakan Porang, Suweg, Walur, dan Iles-iles?

Konten dari Pengguna
7 Januari 2021 13:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi porang. Foto: agrokomplekskita.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi porang. Foto: agrokomplekskita.com
ADVERTISEMENT
Meski banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir, tapi masih banyak yang kesulitan membedakan antara porang dengan umbi-umbian lain yang sejenis.
ADVERTISEMENT
Berlian Rezki Wijayanti, seorang pembudidaya porang di Bantul, Yogyakarta, mengatakan bahwa sekilas porang memang sangat mirip dengan suweg, walur, dan iles-iles putih.
“Karena bentuknya itu hampir sama, tetapi dalamnya itu sebenarnya beda warnanya,” kata Berlian ketika dihubungi, Selasa (5/1).
Ketika dibelah, menurut Berlian akan sangat mudah membedakan porang dengan jenis umbi lainnya. Porang memiliki warna daging umbi kuning tua cenderung jingga. Sedangkan suweg memiliki warna putih kemerahan, walur memiliki warna putih semu kuning, sedangkan iles-iles memiliki warna daging umbi putih bersih.
Dari segi pohonnya, dari keempat jenis umbi tersebut, porang adalah satu-satunya yang batangnya berwarna hijau.
“Dan coraknya itu bukan bulat-bulat, tapi memanjang,” ujarnya.
Dari nama latin, keempatnya juga berbeda. Porang memiliki nama latin Amorphophallus oncophyllus, suweg memiliki nama latin Amorphophallus campanulatus forma hortensis, walur memiliki nama latin Amorphophallus campanulatus forma sylvestris, serta iles-iles putih memiliki nama latin Amorphophallus variabilis.
ADVERTISEMENT
Beda Karakteristik
Feriadi, dari BPTP Kepulauan Bangka Belitung dalam Pertanian.go.id, menjelaskan lebih spesifik perbedaan antara porang dengan suweg, walur, dan iles-iles putih. Berikut adalah perbedaan karakteristik keempat jenis umbi yang nyaris identik itu mengutip artikel Feriadi.
1. Karakter Porang
a. Daun lebar, ujung daun runcing dan berwarna hijau muda.
b. Kulit batang halus, berwarna belang-belang hijau dan putih.
c. Pada permukaan umbi tidak ada bintil, umbi berserat halus, dan berwarna kekuningan.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun terdapat bubil atau katak. Umbi tidak dapat dikonsumsi langsung dan harus melalui proses pengolahan.
2. Karakter Suweg
a. Daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau.
b. Kulit batang agak kasar, berwarna belang-belang hijau dan putih.
ADVERTISEMENT
c. Pada permukaan umbi banyak bintil (calon tunas) dan kasar, umbi berserat dan berwarna putih.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak terdapat bubil atau katak. Umbi dapat langsung dimasak.
3. Karakter Walur
a. Daun kecil,ujung daun runcing dan berwarna hijau.
b. Batang berduri semu, motif totol-totol hijau dan putih
c. Pada permukaan umbi banyak bintil (calon tunas) dan kasar, umbi berserat kasar dan berwarna putih.
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak terdapat bubil atau katak.
4. Iles-iles putih
a. Daun kecil, ujung daun runcing dan berwarna hijau tua.
b. Kulit batang halus berwarna keunguan dan bercak putih.
c. Pada permukaan umbi terdapat bintil, umbi berserat halus dan berwarna putih seperti bengkoang.
ADVERTISEMENT
d. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak terdapat bubil atau katak.
Kandungan Porang
Pada makalah yang diterbitkan litbang.pertanian.go.id, porang juga mengandung sejumlah zat seperti yang dimiliki jenis umbi-umbian lain seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, serta serat pangan. Yang menjadi ciri khas porang adalah kandungan glukomannan di dalam karbohidratnya yang jauh lebih tinggi ketimbang umbi jenis lainnya.
Dalam studi yang telah dilakukan pada 1993, dilaporkan porang mengandung glukomannan hingga 55 persen dalam kondisi kering. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan saudaranya, suweg, yang hanya mengandung 0 sampai 3,1 persen glukomannan.
Kandungan glukomannan ini sangat ditentukan oleh umur tanaman pada saat panen. Jika tanaman dipanen pada satu periode tumbuh, kandungan glukomannan di dalam umbi antara 35 sampai 39 persen. Kadar tersebut akan terus meningkat sejalan dengan umur panen, yaitu 46 sampai 48 persen pada periode tumbuh kedua dan 47 sampai 55 persen pada periode tumbuh ketiga. Namun ketika tanaman mulai berbunga dan biji mulai masak, kadar glukomannan akan menurun hingga 32 sampai 35 persen.
ADVERTISEMENT
“Oleh karena itu panen umbi sebaiknya dilakukan sebelum tanaman mulai berbunga,” tulis makalah tersebut.
Dengan sifat-sifat glukomannan yang dimiliki, porang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Untuk industri industri pangan, porang biasa dimanfaatkan untuk menjadi konnyaku, shirataki, serta tambahan berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan sebagainya. Untuk industri kimia, porang juga biasa digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat tablet, bahan pelapis, bahan perekat, pelapis kedap air, serta penguat tenunan dalam industri tekstil. Sementara di dunia farmasi, porang biasa digunakan sebagai media pertumbuhan mikrobia. (Widi Erha Pradana / YK-1)