Wabah Tawon Vespa, Alarm Mulai Rusaknya Ekosistem

Konten dari Pengguna
28 November 2019 12:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sarang tawon. Foto : Alabama Cooperative Extension System
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sarang tawon. Foto : Alabama Cooperative Extension System
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tawon vespa affinis atau tawon endhas bukanlah binatang yang suka tinggal di sembarang tempat. Ia adalah spesies pemilih dan sangat menyukai berumah di kemewahan rimba raya.
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ali Agus, mengatakan wabah tawon vespa affinis yang menyerang beberapa wilayah di Indonesia merupakan sebuah peringatan terganggunya keseimbangan ekosistem. Ketika tawon vespa yang sebenarnya berhabitat di alam liar seperti hutan, tebing, atau padang terbuka masuk ke permukiman warga, itu mengindikasikan rusak atau terancam tempat tinggal alaminya.
Secara alami, tawon vespa biasa bersarang di pohon, lubang pohon, celah batuan atau tebing, dan tempat-tempat yang cenderung terlindung dari pemangsa dan cuaca. Namun sekarang tawon vespa kerap membuat sarang di rumah-rumah warga atau kandang ternak. Jika diamati, tawon vespa juga kerap ditemui di tempat-tempat pembuangan sampah di tengah kota; alih-alih di tengah hutan yang merupakan habitat aslinya.
ADVERTISEMENT
“Ini sebagai indikasi bahwa cadangan pangan dia untuk ada di sekitar habitat yang seyogyanya itu sudah sangat berkurang. Ini warning bagi kita kalau ekosistem sudah mulai terganggu,” kata Ali Agus ketika ditemui di Fakultas Peternakan UGM, Rabu (27/11).
Peneliti Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Sulistyono, menyoroti pertumbuhan populasi tawon vespa yang cukup pesat, seperti di Klaten, Jawa Tengah setahun terakhir. Sulistyono mengatakan ada dugaan kuat pesatnya pertumbuhan populasi tawon vespa karena adanya perubahan iklim.
“Karena suhunya meningkat mungkin metabolisme tawon lebih cepat, sehingga perkembangbiakannya juga semakin cepat,” ujar Sulistyono di PSL USD.
Sistem Koloni yang Mengagumkan
Peneliti Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Sanata Dharma (USD) saat ditemui di kantin PSL USD Rabu (27/11). Foto : Widi Erha
Sulistyono mengatakan saat menyerang musuhnya, tawon vespa memiliki kemampuan yang sangat mengerikan. Tawon vespa akan menyerang musuhnya tanpa ampun secara berkoloni. Ini yang membuat banyak manusia yang menjadi korban serangan tawon vespa hingga meninggal.
ADVERTISEMENT
“Beberapa yang saya ketahui, itu setelah diserang orangnya muntah darah. Kemudian kencingya berdarah, itu indikasinya gagal ginjal,” kata Sulistyono.
Racun yang disengatkan ke tubuh manusia akan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah hingga masuk ke ginjal. Jika sudah seperti itu, korban akan sulit diselamatkan meski sudah mendapat pertolongan medis.
Ali Agus mengatakan, tawon vespa sebenarnya memiliki bentuk pertahanan diri dengan cara berkoloni yang mengagumkan. Ketika tawon vespa menyengat manusia, dia akan mengeluarkan zat kimia yang bernama feromon. Feromon ini akan segera menguap sesaat setelah tawon vespa menyengat manusia dan akan mengundang koloni tawon lainnya.
“Aroma feromon ini yang kemudian mengundang seluruh koloninya untuk ikut menyerang dan bisa tercium dari jarak ratusan meter. Itu bentuk persahabatan mereka untuk mempertahankan koloninya,” ujar Ali Agus.
ADVERTISEMENT
Pakar lebah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hari Nugroho menjelaskan, feromon juga digunakan sebagai mekanisme alarm bahaya. Ketika ada tawon vespa yang mengeluarkan zat feromon, itu akan menjadi tanda bagi kawanan tawon lainnya dalam koloni itu bahwa ada bahaya yang mengancam.
“Sehingga mereka akan bersama-sama menyerang target atau korbannya,” kata Hari.
Namun pada prinsipnya, tawon vespa dan semua binatang lain tidak akan menyerang jika tidak merasa terganggu. Kata Hari, biasanya tawon akan menyerang jika diganggu secara langsung misal sarangnya dilempar batu atau manusia berada dalam jarak yang sangat dekat dengan sarang tawon, sehingga dianggap sebagai ancaman oleh tawon.
Mungkinkah Hidup Berdampingan dengan Tawon Vespa?
Menurut Hari, bagaimanapun, mau tidak mau, manusia tetap harus hidup berdampingan dengan tawon vespa, sebab tidak mungkin mereka dibasmi secara tuntas. Namun jika sarang tawon vespa berada di tengah hutan atau tempat lain yang jauh dari aktivitas manusia, maka biarkan saja mereka tetap hidup dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Yang terpenting menurutnya adalah bagaimana memberikan edukasi kepada masyarakat agar mereka tidak mengganggu sarang tawon vespa.
“Namun jika sarang terlalu dekat dengan aktivitas manusia, misal di rumah atau kebun, memang harus dipindahkan atau dibasmi agar tidak berpotensi bahaya bagi manusia,” ujar Hari.
Selain tidak mungkin dibasmi secara tuntas, tawon vespa juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sebagai predator alami bagi beberapa jenis hama tanaman pertanian, peran mereka sebagai pengendali alami hama pertanian menjadi sangat penting.
“Jika tawon punah, ada kemungkinan keseimbangan ekosistem atau alam akan terganggu. Mungkin bisa terjadi outbreak hama pertanian,” lanjut Hari.
Tawon vespa juga memiliki berperan penting sebagai polinator dalam membantu proses penyerbukan, meski tidak seintensif lebah. Ketika mencari makanan, meski tak menghasilkan madu, tawon juga kerap datang ke bunga-bunga, sehingga memicu terjadinya penyerbukan.
ADVERTISEMENT
Menyikapi Wabah Tawon Vespa
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus, di ruang kerjanya Rabu (27/11). Foto : Widi Erha
Ali Agus mengatakan untuk mengatasi serangan wabah tawon vespa, langkah jangka panjang yang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki ekosistemnya, yakni menanam pohon-pohon berbunga sebagai tempat tawon vespa mencari makan. Dengan begitu, tawon vespa tidak akan merambah ke permukiman warga dan menyerang manusia.
“Kalau sekarang hutan mulai banyak berkurang, kemudian pohon-pohonnya juga semakin berkurang, kita pun tidak melakukan reboisasi, yang terjadi mereka (tawon) terdesak, kehabisan tempat. Akibatnya mereka pindah, bermigrasi ke permukiman penduduk,” kata Ali Agus.
Selain itu, karena tawon vespa juga bersifat sebagai scavenger atau pemakan bangkai, menurut Hari dalam konteks pengendalian secara terpadu, penanganan sampah perkotaan atau permukiman juga perlu dilakukan. Sebab, tawon vespa biasanya juga mencari makanan dari tempat-tempat sampah berupa bangkai atau sisa-sisa makanan.
ADVERTISEMENT
Penanganan sampah yang baik ini akan meminimalkan sumber makanan tawon vespa di tengah permukiman. Sehingga, secara alami pertumbuhan populasi tawon vespa pun bisa terkontrol tanpa harus membasminya.
Selain melakukan pegelolaan sampah, aspek lain yang perlu dilakukan dalam penanganan wabah tawon vespa ini di antaranya memindahkan atau membasmi sarang tawon yang terlalu dekat dengan aktivitas manusia. Tata laksana penanganan medis juga harus disiapkan untuk menangani kasus sengatan tawon vespa, sehingga dapat meminimalisir korban meninggal.
“Selain itu, sosialisasi intensif kepada masyarakat untuk tidak mengganggu sarang, membasmi sarang tanpa perlengkapan standar juga perlu dilakukan,” ujar Hari.
Masyarakat juga sebisa mungkin lebih peka dengan mengamati kondisi lingkungan sekitarnya. Jika dia melihat sarang tawon vespa yang masih kecil bisa sesegera mungkin dipindahkan dengan risiko yang lebih kecil. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT