Warga Berdaya Lawan Corona, Inisiatif dari Yogya dan Blora

Konten dari Pengguna
26 Maret 2020 15:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga Kunduran Blora mulai menanam stek pohon kelor di semua pekarangan warga sebagai antisipasi kebutuhan gizi di saat sulit ke depan. Foto : Widi Erha
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kunduran Blora mulai menanam stek pohon kelor di semua pekarangan warga sebagai antisipasi kebutuhan gizi di saat sulit ke depan. Foto : Widi Erha
ADVERTISEMENT
Wahyudi Anggoro Hadi tak mau main-main dengan virus bernama corona. Sebagai Lurah Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, dia tidak mau sampai ada satu warganya menjadi korban virus corona atau COVID-19.
ADVERTISEMENT
Setelah pemerintah pusat dan daerah mengumumkan status tanggap darurat COVID-19, Wahyudi langsung menginisiasi pembentukan tim tanggap darurat di tingkat desa untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk.
“Kita melihat krisis ini akan berlangsung lama, karena tanggap darurat saja kan secara resmi 29 Mei baru akan dicabut,” ujar Wahyudi di Yogyakarta, Rabu (25/3).
Wahyudi tak ingin kecolongan. Sedini mungkin, bersama warganya dia bahu-membahu menyiapkan langkah-langkah antisipasi atas risiko-risiko terburuk yang mungkin terjadi. Dampak buruk baik yang sifatnya klinis maupun non klinis mereka coba untuk tekan, supaya tak membuat warga Panggungharjo menderita karena pandemi ini.
“Jadi kami mengembangkan sebuah upaya untuk memitigasi baik pencegahan, penanganan, maupun penanggulangan bencana COVID-19 ini,” lanjutnya.
Saat ini sudah terbentuk tim khusus bernama Panggungharjo Tanggap COVID-19 (PTC). Pemdes mengeluarkan protokol yang harus dipatuhi masyarakat dalam beraktivitas, termasuk protokol untuk indekos. Di tingkat dusun, beberapa dusun juga sudah membuat protokolnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
“Saya merasa peran pemdes dan lurah ini mengisi ruang kehadiran negara di tingkat kampung,” ujar Rumekso Setyadi, salah seorang warga desa Panggungharjo.
Hal ini menurut Rumekso sangat penting, sebab kesadaran masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesadaran pimpinannya. Desa sejauh ini menurutnya berhasil mengedukasi masyarakat di tengah situasi yang penuh ketidakpastian sekarang ini. Desa berhasil membimbing masyarakatnya untuk menghadapi situasi pandemi yang sulit ini.
Keswadayaan warga dan kegotongroyongan jadi tumbuh. Kita tidak bisa menggantungkan nasib semata pada negara. Di Semua negara begitu, bahu membahu melawan corona, jadi elemen terkecil dari negara yakni lurah dan RT harus jadi penggerak di level warga,” lanjutnya.
Di Kunduran, sebuah desa di Blora, Jawa Tengah, pemuda dan pemerintah desa setempat juga bahu membahu mengantisipasi dampak terburuk akibat COVID-19 di desa mereka. Rabu (25/3) malam, para pemuda dan pengurus desa baru saja melakukan konsolidasi, menentukan langkah strategis untuk berperang melawan corona.
ADVERTISEMENT
“Intinya ini semua untuk mengantisipasi dampak terburuk akibat wabah ini,” ujar Mange Fera Indica, Ketua Pemuda Desa Kunduran.
Agar Tak Jatuh Korban Jiwa
Lurah Desa Pnggungharjo, Rahyudi Anggoro Hadi memimpin rapat pemetaan resiko di desanya. Foto : dokumentasi kelurahan.
Lurah Desa Panggungharjo Sewon, Bantul, DIY, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan mitigasi bencana sangat penting untuk dilakukan di Panggungharjo. Berada di pinggiran kota dengan mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang menjadi perhatiannya. Sulit mengontrol orang keluar masuk ke desa dengan jumlah penduduk sekitar 28 ribu jiwa itu.
Apalagi masih banyak masyarakat yang tidak sadar dan memahami, atau bahkan tidak peduli dengan bahaya pandemi ini. Hal itu membuat warga Panggungharjo menjadi berada dalam situasi rentan.
“Saya yakin, seharusnya di Panggungharjo banyak ODP, hanya saja tidak teridentifikasi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi jatuhnya korban, maka langkah-langkah mitigasi klinis segera dilakukan. Sulit mengharapkan pemerintah pusat maupun daerah dapat menjangkau semua masyarakat, Pemdes Panggungharjo berinisiatif melakukan pemetaan kondisi masyarakatnya.
Penyemprotan disinfektan melibatkan pemuda kampung Panggungharjo. Foto : Dokumentasi kelurahan.
Mereka mendata kondisi warganya melalui sebuah form yang bisa diisi langsung secara daring olah masyarakat. Semua masyarakat diwajibkan untuk melaporkan diri kepada pemdes terkait aktivitasnya selama 14 hari terakhir. Selain itu, masyarakat juga akan diminta melaporkan gejala-gejala klinis yang dialami selama masa tanggap darurat ini.
“Saat ini sudah lebih dari 3.500 keluarga dari sekitar 9.300 keluarga yang sudah melaporkan kondisinya,” lanjut Wahyudi.
Dari data itu, pemdes akan mengidentifikasi mana masyarakatnya yang memiliki risiko terinfeksi COVID-19 sehingga dapat menentukan langkah strategis. Sumber daya lokal seperti perawat desa, bidan, dan dokter juga dikerahkan untuk melakukan monitoring dan edukasi kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satu langkah pencegahan lain yang sudah dilakukan adalah penyemprotan disinfektan oleh tim relawan yang terdiri atas semua komponen meliputi GP Anshor, Kokam, PRB, serta relawan masyarakat umum.
Para pemuda Desa Kunduran memasang tempat cuci tangan dan spanduk di setiap pintu masuk jalan lingkungan. Foto : Widi Erha
Di Desa Kunduran, langkah-langkah pencegahan juga sudah mulai dilakukan. Dimulai dari melakukan pengawasan terhadap tamu dari luar yang berkunjung atau sekadar melewati desa mereka. Petugas akan bersiap di gerbang-gerbang pintu masuk desa untuk mendata tamu-tamu yang masuk ke desa mereka, terutama pada malam hari.
“Juga dengan menghidupkan sistem keamanan lingkungan. Dengan begini nantinya minimalisasi aktivitas dan jam malam akan terbentuk dengan sendirinya,” kata Ketua Pemuda Kunduran Blora, Indica.
Setiap perantau atau pendatang, akan di-screening riwayat kesehatan dan pengecekan suhu tubuh secara berkala dalam 14 hari ke depan. Kamis (26/3) ini, masyarakat akan mulai kerja bakti untuk membuat portal di gerbang desa yang dilengkapi banner dan tempat cuci tangan.
Tempat cuci tangan telah terpasang di RT 08 / RW 02 Desa Kunduran Blora Jawa Tengah. Foto : WIdi Erha
ADVERTISEMENT
Kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak seperti arisan dan sebagainya juga akan ditunda atau dilakukan dengan mekanisme lain yang tidak menimbulkan kerumunan. Bahkan dalam dua bulan ke depan, masyarakat diminta untuk tidak melakukan hajatan lebih dulu.
Aspek-aspek yang berpotensi sebagai pembawa virus seperti perantau atau pendatang juga akan dipetakan, sekaligus sumber daya lokal yang bisa dimanfaatkan. Misalnya sosok-sosok lebih didengar oleh masyarakat seperti tokoh agama atau tetua desa untuk melakukan sosialisasi.
“Ini semua kami lakukan untuk meminimalisir dampak wabah corona ini,” lanjut Indica.
Agar Masyarakat Tetap Bertahan Hidup
Warga Desa Kunduran kompak menanam kelor di pekarangan sebagai upaya ketahanan pangan. Foto : Widi Erha Pradana
Selain risiko klinis, risiko nonklinis juga menjadi perhatian serius Pemdes Panggungharjo dalam melakukan mitigasi. Risiko nonklinis ini meliputi aspek ekonomi, sosial, dan sebagainya. Karena berpotensi akan berlangsung dalam waktu lama, Wahyudi memprediksikan akan sangat besar dampak ekonomi yang menimpa masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bahkan pekan depan, Wahyudi memperkirakan sudah mulai banyak masyarakat Panggungharjo yang kehilangan sumber penghidupannya. Bagi pekerja-pekerja mingguan, akhir pekan ini kemungkinan akan menjadi hari terakhir mereka menerima gaji.
“Bahkan hari Senin sudah mulai ada keluarga yang tidak mempunyai cadangan apapun karena pendapatan hari ini habis besok pagi,” ujarnya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah manajemen belanja desa. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang ada di desa, sebisa mungkin menampung pekerja-pekerja dari masyarakat yang kehilangan pendapatannya. Namun jika ada yang tidak bisa ditampung, kebutuhan ekonominya akan ditanggung menggunakan dana bantuan yang terkumpul.
Selain menjaring relawan, pemdes juga berusaha memetakan warga-warga yang punya kemampuan materi lebih untuk memberikan bantuan. Bantuan inilah yang nantinya akan digunakan untuk menanggung masyarakat-masyarakat yang benar-benar tidak kehilangan pendapatan di tengah pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Pekan depan, bantuan-bantuan yang telah terkumpul akan dibelikan beras sebagai stok pangan menghadapi situasi yang tak menentu ini. Hingga saat ini, bantuan yang terkumpul jika dibelikan beras sudah mencapai sekitar 10 ton.
“Jadi memang dalam situasi negara gagal membangun mekanisme untuk melindungi warganya, maka pertahanan terakhir kita adalah mekanisme sosial, yakni gotong royong,” lanjutnya.
Karena itu, selain melaporkan kondisi klinisnya, masyarakat juga harus melaporkan kondisi ekonominya kepada pemdes. Dengan begitu, siapa saja yang memiliki risiko nonklinis dan berapa kebutuhan yang harus disiapkan dapat dipetakan lebih mudah.
Melihat potensi pandemi ini akan berlangsung lama, Indica juga mengatakan desa Kunduran akan melakukan skenario serupa, yakni sedekah silang. Nantinya, masyarakat yang ekonominya dalam kategori mampu akan diminta untuk membeli beras.
ADVERTISEMENT
“Supaya nanti jika situasi genting bisa kami bagi ke warga tak mampu,” ujar Indica.
Selain itu, untuk kebutuhan sayur masyarakat, mulai Kamis (26/3) pemuda mulai menanam stek kelor di semua pekarangan warga yang tersedia. Menurutnya, kelor adalah tumbuhan ajaib yang diberkati Tuhan, penuh gizi dan mudah sekali ditanam.
"Kita perlu mikirin gizi seimbang sampai setahun ke depan. Jika setiap rumah punya pohon kelor, setidaknya bisa membantu gizi masyarakat jika pasokan sayur dari pasar terganggu," kata Indica.
Membangun Ketahanan Pangan
Kamis (26/3) ini, pemdes Panggungharjo juga akan mengumpulkan para kelompok tani di desanya. Hal ini terkait dengan upaya mitigasi untuk kemungkinan terjadinya kelangkaan pangan. Pasalnya dalam situasi semacam ini, bisa saja uang ada tapi barang yang dibutuhkan justru tidak ada.
ADVERTISEMENT
Pertemuan dengan kelompok tani ini bertujuan untuk menghitung cadangan pangan yang mereka miliki meliputi berapa potensi panen selama sebulan terakhir dan sebulan ke depan. Setiap kelompok tani diminta untuk menyampaikan data terkait kapan, siapa, dan berapa jumlah panen mereka.
Jika melihat luasannya, Desa Panggungharjo memiliki areal sawah sekitar 120 hektar. Sebagian ada yang baru tanam, tapi ada juga yang sudah siap panen dalam satu atau dua pekan ke depan.
Ketika bahan pokok sudah tersedia baik dari bantuan maupun cadangan yang dimiliki, pemdes kemudian mendorong masyarakat untuk menanam berbagai jenis sayur di pekarangannya. Sayuran yang dipilih adalah yang masa panennya tidak lebih dari sebulan, misalnya bayam, sawi, kangkung, dan sebagainya.
“Ketersediaan bibit dan sebagainya kita support, mereka hanya tinggal menanam saja,” ujar Wahyudi.
ADVERTISEMENT
Jika di Panggungharjo masyarakat diminta untuk menanam sayuran, di Kunduran, masyarakat didorong untuk menanam berbagai jenis tanaman obat keluarga (toga). Beberapa jenis toga yang akan ditanam seperti jahe, sereh, kunyit, kelor, temulawak, dan sebagainya.
Wahyudi menegaskan, “kita bisa melewati krisis ini kalau dihadapi bersama-sama, kalau sendiri-sendiri kita akan kalah,” tegasnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)