Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
5 Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Yogya, Pakar: Buntut Gangguan Mental Akibat Pandemi
6 Oktober 2023 18:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sepanjang tahun 2023, tercatat sudah terjadi lima kali insiden bunuh diri yang dialami oleh mahasiswa di Yogyakarta. Kasus terakhir dialami oleh seorang mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang mengakhiri hidupnya pada Senin (2/10) pagi kemarin.
ADVERTISEMENT
Dari catatan Pandangan Jogja, empat kasus bunuh diri yang dialami mahasiswa di Yogya juga terjadi pada Februari, April, Juli, dan September 2023.
Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati, mengatakan bahwa rentetan kasus bunuh diri yang dialami mahasiswa di Yogya tahun ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya gangguan kesehatan mental selama pandemi COVID-19 kemarin.
Pandemi yang berlangsung sekitar tiga tahun telah menyebabkan peningkatan kasus gangguan mental, termasuk dialami oleh mahasiswa.
“Analisis saya, salah satu penyebab kuat dari insiden-insiden ini adalah meningkatnya gangguan mental selama pandemi kemarin,” kata Diana Setiyawati saat dihubungi pada Jumat (6/10).
Meski saat ini pandemi COVID-19 sudah dinyatakan berakhir, namun dampak dari pandemi tersebut menurut dia belum benar-benar hilang. Selama pandemi, aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi. Hal itu membuat mereka sangat jarang berinteraksi dengan banyak orang secara langsung.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi, mahasiswa juga lebih banyak mengikuti pembelajaran secara daring sehingga membuat mereka sangat jarang bisa berinteraksi langsung dengan teman atau dosen mereka. Karena tak memiliki tempat untuk bercerita, akhirnya banyak dari mereka yang memilih memendam setiap masalah yang dialaminya sendiri.
Hal ini berujung pada meningkatnya kebosanan dan stress yang dialami oleh mahasiswa, dan pada situasi yang lebih parah dapat mengalami depresi.
“Dan meskipun pandemi sudah selesai, aktivitas sudah kembali normal, ternyata masalah kesehatan mental itu belum benar-benar bisa pulih. Sehingga jika sekarang mengalami masalah, dampak psikologisnya semakin besar,” ujarnya.
Apa yang disampaikan oleh Diana Setyawati selaras dengan laporan dari Kementerian Kesehatan RI terkait dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi kesehatan jiwa masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan tahun lalu, Kementerian Kesehatan RI juga merilis laporan tentang dampak pandemi terhadap kesehatan jiwa masyarakat di Indonesia. Dalam laporan bulan Mei 2022, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, drg Vensya Sitohang, mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah meningkatkan angka gangguan jiwa secara signifikan.
Angka prevalensinya bahkan meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi.
“Kondisi pandemi memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa,” kata Vensya Sitohang.
Dalam laporan yang sama, Psikiater Hervita Diatri, bahkan menyampaikan jika masalah gangguan jiwa yang dialami masyarakat selama pandemi membuat mereka banyak yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Bahkan pada awal 2022, ia menyampaikan hasil survei jika 1 dari 2 orang telah memikirkan untuk mengakhiri hidupnya.
ADVERTISEMENT
“Di 5 bulan awal pandemi COVID-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda (Into the Light) didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri,” kata Hervita.
“Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,” ujarnya.