Ada 3.000 Kedai Kopi di Seluruh Yogya, Terpadat di Indonesia

Konten Media Partner
3 September 2022 14:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kesibukan barista di Dongeng Kopi Jogja (DKJ) salah satu kedai kopi tertua di Yogyakarta. Foto: Dok. DKJ
zoom-in-whitePerbesar
Kesibukan barista di Dongeng Kopi Jogja (DKJ) salah satu kedai kopi tertua di Yogyakarta. Foto: Dok. DKJ
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan industri kopi di Yogyakarta mengalami perkembangan pesat dalam 10 tahun terakhir. Hal itu ditandai dengan semakin banyaknya kedai kopi atau coffee shop yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Ketua Panitia Jogja Coffee Week 2022, Rahadi Sapta Abra, bahkan mengatakan bahwa Yogya menjadi kota dengan kedai kopi terpadat di Indonesia. Sampai saat ini, data dari Komunitas Kopi Nusantara, tercatat ada sekitar 3.000 kedai kopi yang tersebar di seluruh wilayah DIY.
Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang beberapa kota besar lain di sekitar Yogyakarta, seperti Semarang yang jumlah kedai kopinya hanya sekitar 700 kedai dan Solo dengan jumlah kedai kopi sebanyak 400 kedai. Dengan luas wilayah yang relatif kecil, membuat Yogya menurut Rahadi termasuk kota dengan kedai kopi terpadat di Indonesia.
"Yang tidak banyak orang tahu, Yogya itu ternyata kedai kopinya terpadat se-Indonesia," kata Rahadi saat ditemui di acara pembukaan Jogja Coffee Week #2, di Jogja Expo Center, Jumat (2/9).
Ketua Panitia Jogja Coffee Week 2022, Rahadi Sapta Abra. Foto: Widi Erha Pradana
Jumlah itu belum termasuk angkringan, yang menurut dia sebenarnya juga bisa diklasifikasikan sebagai kedai kopi. Jika angkringan ikut dimasukkan, maka jumlahnya menjadi 9.000 kedai, karena jumlah angkringan di DIY sampai saat ini ada sekitar 6.000.
ADVERTISEMENT
Karena banyaknya kedai kopi di Yogya, menurutnya Yogya juga layak menyandang gelar kota kopi. Meskipun sebenarnya Yogya hanya memiliki dua sentra produksi kopi, yakni di pegunungan Menoreh dan di lereng Merapi.
"Itupun kapasitas produksinya masih rendah," lanjutnya.
Namun budaya minum kopi di masyarakat Yogya menurut dia sudah sangat kuat. Istilah 'ngopi' sudah sangat melekat di dalam masyarakat Yogya. Misal ketika mengajak teman ngobrol, rapat, diskusi, atau sekadar bertemu, istilah 'ngopi' sudah sangat biasa digunakan. Meskipun pada kenyataannya yang diminum terkadang bukanlah kopi.
"Sehingga saya pikir layak Yogya menyandang kota kopi, meskipun saat ini belum punya brand kopi yang besar dan terkenal di dunia," ujarnya.
Antrian kopi di Filosofi Kopi Jogja. Foto: ESP
Lebih lanjut, pertumbuhan kedai kopi di Yogyakarta menurut dia juga tidak lepas dari banyaknya kampus dan mahasiswa di Yogya. Sebab, tren di tengah mahasiswa saat ini, kafe atau kedai kopi telah menjadi tempat favorit untuk berkumpul, diskusi, hingga mengerjakan tugas.
ADVERTISEMENT
"Apalagi sekarang ditambah dengan layanan penjualan online yang makin memudahkan pelaku usaha kedai kopi," kata dia.
Rahadi optimis, industri ke depan bisnis kopi di Yogya akan semakin tumbuh. Mengingat, kehidupan kampus mulai kembali normal dan mahasiswa yang sebelumnya tinggal di rumah mulai datang ke Yogya.
"Pastinya akan semakin bergeliat bisnis kopi ini," ujar Rahadi Sapta Abra.