Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Ahli Serangga UGM Ungkap Penyebab Kemunculan Ulat Jati di Gunungkidul
21 November 2024 13:16 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ahli serangga dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Suputa, mengungkap penyebab munculnya banyak ulat jati di daerah Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut, kemunculan ulat jadi merupakan fenomena alami yang sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
Kemunculan ulat jati kata dia biasa terjadi pada satu bulan sejak hujan pertama setelah musim kemarau.
“Satu bulan setelah itu mereka bertelur, lalu menghasilkan ulat-ulat itu. Itu karakteristik dia, jadi kita mengetahui kapan itu (populasinya) akan tinggi-tingginya,” kata Suputa dihubungi Pandangan Jogja, Selasa (19/10).
Banyaknya kemunculan ulat itu di Gunungkidul juga karena banyaknya pohon jati yang ada di kawasan tersebut. Sebab, daun jati merupakan makanan utama ulat-ulat jati tersebut.
Populasi ulat jati ini mestinya tetap seimbang dan tidak meledak (outbreak) jika populasi pemangsa alaminya seperti burung dan kelelawar pemakan serangga terjaga. Namun, karena pemangsa alami ulat-ulat ini diduga mengalami penurunan populasi, maka populasi ulat jati menjadi lebih banyak.
ADVERTISEMENT
“Musuh alaminya seperti burung pemakan serangga, termasuk kelelawar yang khusus pemakan serangga, parasitoid. Populasi Ulat Jati ini bisa seimbang kalau musuh alaminya ada,” kata dia.
Ulat jati ini kata Suputa akan berumur antara 13 sampai 14 hari, setelah itu mereka akan berubah menjadi kepompong atau pupa. Setelah 7 hari, mereka lalu akan berubah menjadi ngengat.
“Ini adalah fenomena alami, siklusnya terjadi setiap tahun,” ujar Suputa.