Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Angka Stunting di Kota Yogya Naik, Protein Hewani di MPASI Masih Kurang
7 Mei 2025 10:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Prevalensi stunting di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat, pada triwulan ketiga tahun 2025 angka stunting mencapai 12 persen. Angka ini meningkat dibandingkan akhir tahun 2024 yang berada di angka 11,27 persen.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinkes Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, menyebut peningkatan ini disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang belum memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, terutama dari sumber protein hewani.
“Pola konsumsi protein hewani di Kota Yogya belum kuat secara porsi, yaitu belum sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan umurnya, dan masih ditemukan MPASI instan,” ujar Emma saat dihubungi Pandangan Jogja, Senin (5/6).
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah pola makan yang tidak teratur akibat infeksi berulang, kebiasaan tidur larut malam, serta kurangnya asupan gizi saat ibu sedang mengandung.
Secara wilayah, Kelurahan Purbayan dan Pringgokusuman tercatat memiliki angka stunting tertinggi. Sementara itu, Purwokinanti menjadi wilayah dengan angka stunting terendah.
Sebagai langkah pencegahan dan penurunan angka stunting, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp70 juta per kelurahan melalui Dana Keistimewaan (Danais) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana tersebut digunakan untuk berbagai program yang menyasar balita dan ibu hamil, termasuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
ADVERTISEMENT
“Dari Danais ada PMT untuk balita weight faltering (tidak naik berat badannya), ibu hamil anemia. PMT dari DAK untuk balita berat badan kurang, gizi kurang, ibu hamil kurang energi kronik,” jelas Emma.