Konten Media Partner

Banyak Anak Jogja Belajar Musik Barat, Pemain Orkestra Bali: Pemandangan Langka

5 Juli 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses latihan para peserta Youth Music Camp 2024 di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Proses latihan para peserta Youth Music Camp 2024 di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pemain orkestra asal Bali yang sekaligus peserta di Youth Music Camp 2024, terpukau ketika melihat banyak anak di Jogja yang mempelajari musik barat klasik. Menurutnya, ini adalah sebuah pemandangan yang langka.
ADVERTISEMENT
Pemain orkestra itu adalah Ni Made Wintang Pranaswari, yang lolos audisi untuk mengikuti pelatihan Youth Music Camp 2024, dan akan tampil pada konser kolaborasi bersama Melbourne Symphony Orchestra (MSO) di Candi Prambanan, 11 Juli mendatang.
“Waktu saya audisi, saya menginap di Taman Siswa. Sore-sore saya lihat anak-anak Jogja main biola di sana. Itu kan bagus sekali, ternyata banyak anak-anak di sini belajar musik barat bahkan sejak dini. Kalau di Bali, itu pemandangan yang jarang sekali,” kata Wintang, Rabu (4/7).
Peserta Youth Music Camp 2024 asal Bali, Ni Made Wintang Prameswari. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Youth Music Camp merupakan sebuah program pengembangan minat musik orkestra yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Melbourne Symphony Orchestra (MSO). Program ini telah berjalan sejak 2017, sebagai bentuk kolaborasi sister province antara Pemerintah Daerah (Pemda) DIY dengan Negara Bagian Victoria di Australia.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, dari 103 orang yang diaudisi, ada 24 peserta yang lolos termasuk Wintang. Mereka akan berkolaborasi bersama dengan 30 musisi asal MSO dan membawakan Symphony No. 9 karya Antonin Dvorak di konser 11 juli mendatang.
Proses latihan para peserta Youth Music Camp 2024. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Menurut Wintang, Jogja itu bagaikan wadah pencetak talenta musik di Indonesia. Bahkan, banyak sekali musisi di Bali adalah pindahan dari Jogja.
“Jogja itu pencetak orang-orang (musisi) baru setiap tahunnya. Kemarin ada anak-anak SMM (Sekolah Menengah Musik) Yogyakarta yang tampil di Bali. Saya lihat anak-anak SMM main orkestra, saya merasa ‘wow maju sekali’. Banyak musisi-musisi Jogja yang pindah ke Bali. Jadi teman saya bermain musik kebanyakan dari sini,” ungkap Wintang.
Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Bahkan, Wintang sempat merasa minder sewaktu mengikuti audisi Youth Camp 2024 karena dirinya sudah lama sekali tidak tampil dalam sebuah orkestra. Dirinya lebih sering mengikuti pagelaran chamber, yang merupakan permainan instrumen musik dalam lingkup yang lebih kecil dibandingkan orkestra.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah jarang main solo dan ikut audisi, jadi waktu lihat teman-teman mainnya bagus banget, masih ada perasaan takut,” kata Wintang.
Suasana latihan Youth Music Camp 2024 menuju konser kolaborasi dengan MSO di Candi Prambanan. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Dirinya sudah menggeluti instrumen string sejak usia 8 tahun, dan mulai menekuni musik klasik sejak SMA bersama dengan musisi asal Amerika, Robert Brown. Baginya, Jogja adalah wadah untuk mengasah kemampuan bermusik, dan semua ilmunya akan dibawa kembali ke Bali untuk membesarkan orkestra di sana.
“Aku kangen main orkestra karena di Bali belum ada. Caranya latihan dan team work itu sangat penting di sini. Alangkah baiknya saya belajar dulu, siapa tahu saya bisa bawa ilmu ke Bali dan bisa membesarkan di sana,” tutup Wintang yang merupakan lulusan Australian Institute of Music, Sydney.
ADVERTISEMENT