Konten Media Partner

Baru 30-an Persen Penderita Penyakit Kelamin Sifilis di DIY yang Sudah Diobati

18 Mei 2023 14:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tes darah yang mendeteksi seseorang menderita penyakit sifilis. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tes darah yang mendeteksi seseorang menderita penyakit sifilis. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah penderita penyakit seksual sifilis atau raja singa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus meningkat dalam tiga tahun terakhir sejak 2020. Dari kasus-kasus sifilis yang ditemukan di DIY, ternyata baru sekitar 30 persen pasien yang telah mendapatkan pengobatan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari.
Pada tahun 2023 misalnya, dari 89 kasus sifilis yang tercatat di DIY sejak Januari-Maret berdasarkan Sistem Informasi HIV dan AIDS (SIHA) Kementerian Kesehatan RI, baru 26 pasien atau sekitar 29 persen yang telah mendapatkan pengobatan.
Pada tahun 2022, dengan total kasus sifilis di DIY mencapai 333 kasus, baru 105 atau hanya 31 persen pasien yang sudah diobati. Sementara pada tahun 2021, dengan total pasien sifilis sebanyak 141 orang, baru 83 orang atau sekitar 59 pasien yang sudah diobati.
“Jadi memang persentase pengobatan pada pasien sifilis ini masih rendah,” kata Setyarini Hestu Lestari saat dihubungi, Kamis (18/5).
Ilustrasi seseorang mengalami gejala sifilis. Foto: Pixabay
Dia mengatakan bahwa kesadaran pasien sifilis untuk melakukan pengobatan dan memeriksakan kondisi kesehatannya memang masih rendah. Hal ini karena banyak pasien sifilis merasa malu mengingat masih kuatnya stigma negatif terhadap penderita sifilis di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Kami terus berusaha supaya pasien-pasien sifilis ini bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Di samping itu, masyarakat juga harus pro aktif untuk memeriksakan kesehatannya karena dia berisiko menularkan penyakitnya ke orang lain,” ujarnya.
Situasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional. Mengutip data dari Kemenkes RI misalnya, pasien ibu hamil dengan sifilis yang telah diobati baru sekitar 40 persen saja. Sisanya tidak mendapatkan pengobatan sehingga berpotensi menularkan penyakitnya.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis, dari 1,2 juta ibu hamil, sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril, seperti dimuat oleh kemkes.go.id, (9/5) silam.
ADVERTISEMENT