Berusia 550 Tahun, Inikah Pohon Tertua di Jogja?

Konten Media Partner
22 November 2021 20:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua anak-anak berada persis di bawah pohon randu alas di Surocola, Bantul, DIY. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Dua anak-anak berada persis di bawah pohon randu alas di Surocola, Bantul, DIY. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Di ujung selatan wilayah Yogyakarta, ada sepasang pohon tua yang usianya sudah ratusan tahun, yaitu pohon randu alas (Bombax ceiba) dan kepuh (Sterculia foetida). Tepatnya ada di kawasan wisata Surocolo di Dusun Poyahan, Desa Seloharjo, Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hanya sekitar 1 kilometer dari Gua Jepang. Sebuah papan kecil di bawah randu alas tertulis usia pohon tersebut sudah sekitar 550 tahun, sedangkan usia pohon kepuh berusia 500 tahun.
ADVERTISEMENT
Diameter randu alas Surocolo sekitar 4 hingga 5 meter, dengan ketinggian sekitar 20 meter. Sementara ukuran pohon kepuh lebih kecil, sekitar setengah dari ukuran randu alas. Hal itu karena randu alas memang memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, dan ukurannya bisa sangat besar.
Sepasang randu alas dan kepuh tua itu tampak seperti pintu gerbang menuju sebuah bangunan joglo yang dibangun untuk tempat pertemuan warga. Sementara persis di bawahnya, terdapat sendang atau kolam mata air alami yang dikenal dengan nama Sendang Surocolo.
Anak-anak bermain di sendang tepat di bawah pohon randu alas dan pohon kepuh. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
Debit airnya cukup besar, terlebih pada musim penghujan seperti sekarang. Siang itu, dua kolam berukuran kecil (sendang lanang dan sendang wadon) dan satu kolam utama yang ukurannya cukup besar, penuh oleh air yang keluar dari celah-celah akar randu alas dan kepuh. Padahal, dusun itu berada di kawasan pegunungan sewu, dimana ketinggiannya mencapai 357 meter di atas permukaan laut (mdpl).
ADVERTISEMENT
“Biasa kan begitu, kalau ada pohon besar biasanya di bawahnya ada tuk atau mata air, walaupun agak aneh juga di gunung kok ada mata air sebesar itu,” kata Pengelola Kawasan Wisata Surocolo, Sardi, 50 tahun saat ditemui di Gua Jepang, Sabtu (20/11). Ya, kawasan wisata ini berada di sebuah bukit yang tinggi.
Pengelola Kawasan Wisata Surocolo, Sardi. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti berapa usia kedua pohon itu. Usia yang terpasang adalah perkiraan, baik dari kondisi pohon maupun dari cerita turun temurun. Ada juga yang memperkirakan usia randu alas sekitar 350 tahun, dan kepuh 200 tahun. Namun tak ada sumber yang benar-benar bisa menunjukkan kapan dan oleh siapa kedua pohon itu ditanam.
“Sejak zaman simbah saya kecil, ya katanya sudah sebesar itu. Jadi dihitung dari generasi ke generasi, diperkirakan usianya segitu,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Satu alasan lagi mengapa pohon itu diperkirakan usianya sudah mencapai 550 tahun adalah karena ditemukannya dua arca Jaladwara yang masing-masing terletak di sendang lanang dan sendang wadon yang berfungsi sebagai pancuran atau tempat keluarnya air dari mata air ke kolam. Dari penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog, arca tersebut diyakini sebagai benda peninggalan masa Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno.
Sementara itu, Kerajaan Mataram Hindu didirikan pada awal abad ke-8, dan runtuh pada abad ke-10. Artinya, arca Jaladwara itu kemungkinan sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Dan jika pada masa Mataram Kuno saja mata air itu sudah ada dan sudah dimanfaatkan, maka kemungkinan pohon randu alas dan kepuh itu juga sudah ada pada masa tersebut.
ADVERTISEMENT
“Tapi lagi-lagi itu kan baru prediksi, tidak ada yang bisa memastikan. Tapi setahu saya di sekitar sini memang yang paling besar dan tua itu, mungkin di Jogja juga,” ujar Sardi.
Kerajaan Gaib
Rumah joglo terlihat di antara pohon randu alas dan pohon kepuh. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
Tidak banyak pohon yang usianya bisa mencapai ratusan tahun, kecuali memang dia berada di dalam hutan belantara yang tidak terjamah manusia. Tapi, kepuh dan randu alas di Surocolo bisa bertahan sampai sekarang meski di sekitarnya sudah semakin banyak ditinggali penduduk.
Satu hal yang membuat sepasang pohon tua itu bisa bertahan sampai sekarang adalah cerita yang diturunkan dari ke generasi, bahwa banyak makhluk ghaib tak kasat mata yang meninggali dua pohon tua itu. Apalagi pohon kepuh dan randu alas memang identik dengan cerita-cerita mistik sebagai tempat tinggal genderuwo. Tapi cerita itulah yang justru membuat tak ada yang berani menebang dua pohon tua itu sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
“Ceritanya Surocolo itu kan memang kerajaan gaib, kerajaan mereka yang enggak terlihat,” kata Sardi.
Pohon randu alas tampak dari bawah. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
Tak jauh dari dua pohon tua itu juga terdapat sebuah gua yang diberi nama Gua Sunan Mas. Gua ini dipercaya pernah menjadi tempat persembunyian Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III karena terlibat konfrontasi dengan Belanda. Tapi cerita lain menyebutkan Amangkurat Mas datang ke gua tersebut untuk bertapa.
“Versi lain lagi ada yang menyebutkan kalau gua itu memang dibuat oleh Sunan Amangkurat Mas, dibantu Kyai Semar dari Majapahit,” lanjutnya.
Sampai saat ini, sendang dan gua Surocolo kerap didatangi orang-orang dari berbagai tempat untuk melakukan semedi atau meditasi. Tempat tersebut dipercaya dapat memberikan petunjuk, seperti namanya yang dalam bahasa Jawa Kuna, Suro berarti berani dan Colo berarti petunjuk atau cecolo.
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, masyarakat setempat juga masih melakukan tradisi nyadran sebagai ungkapan syukur karena sudah sekian lama dikaruniai mata air yang jadi sumber kehidupan mereka. Ritual itu diwujudkan dengan tradisi penyembelihan kambing di sekitar sendang.
Arca Jaladwara diperkirakan sebagai peninggalan jaman Mataram Hindu di media sebelum 1000 masehi. Foto: Pandangan Jogja / Widi Erha Pradana
Tak hanya jadi sumber kehidupan manusia di sekitarnya, randu alas dan kepuh tua di Surocolo juga jadi tempat tinggal berbagai hewan seperti tupai dan berbagai jenis burung. Meskipun kini jumlahnya sudah jauh berkurang dibandingkan 30an tahun lalu.
“Saya kecil dulu burung apa saja ada, jalak, poci, kutilang, sampai gagak. Sekarang paling tinggal kutilang,” ujar Sardi.
Meski tak diketahui pasti berapa usianya, tapi randu alas di Surocolo bisa dikatakan sebagai salah satu pohon tertua yang masih ada di Jogja. Penelusuran Pandangan Jogja, selain randu alas di Surocolo, ada juga randu alas di Dusun Kawedan di Sleman yang usianya juga diperkirakan sudah mencapai 500 hingga 600 tahun. Randu alas itu dikenal dengan nama Randu Gumbolo. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT