Konten Media Partner

CEO PSIM: Liga 2 Dihentikan, Klub Tak Ada Pemasukan, Pengeluaran Capai Rp 10 M

17 Januari 2023 21:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO PSIM Yogya, Bima Sinung Widagdo. Foto: Bima Sinung
zoom-in-whitePerbesar
CEO PSIM Yogya, Bima Sinung Widagdo. Foto: Bima Sinung
ADVERTISEMENT
Dihentikannya kompetisi Liga 2 musim 2022/2023 oleh PSSI dinilai sangat merugikan klub-klub Liga 2. Pasalnya, setiap klub sudah mempersiapkan diri untuk menjalani kompetisi, namun kompetisinya justru dihentikan.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh CEO PSIM Yogyakarta, Bima Sinung Widagdo. Kerugian itu baik berupa kerugian materi maupun non-materi.
Dari sisi materi jelas, dengan dihentikannya kompetisi, artinya tidak ada pertandingan. Dengan tidak adanya pertandingan, maka klub juga tidak mendapatkan pemasukan dari hasil penjualan tiket. Padahal hasil penjualan tiket merupakan salah satu pendapatan terbesar klub.
“Kalau mau dihitung kerugian finansialnya tentu sangat besar,” kata Bima Sinung Widagdo saat dihubungi, Selasa (17/1).
Ilustrasi pemain PSIM Yogyakarta. Foto: Antara Foto
Padahal dalam kondisi kompetisi berjalan saja, klub-klub Liga 2 menurut Bima selama ini masih beroperasi dalam kondisi rugi. Dengan dihentikannya kompetisi, maka kerugian itu menurut dia semakin besar.
“Sebagian besar klub, atau bahkan semua klub Liga 2 saya rasa beroperasi dengan kondisi rugi, baik saat liga berjalan apalagi liga dihentikan. Padahal per tahun kita habis di atas Rp 10 miliar, pasti itu, sedangkan saat ini pendapatan enggak ada,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Jika kompetisi berjalan, meskipun dalam kondisi rugi setidaknya klub masih punya harapan untuk meraih prestasi dan promosi ke Liga 1.
“Kalau sekarang kerugian finansial makin besar, harapan juga enggak ada. Jadi sia-sia semua usaha kita selama ini,” ujarnya.
Selain itu, meski kompetisi dihentikan klub juga tetap berkewajiban untuk menggaji pemain dan official tim. Hal itu tentu membuat klub berada dalam situasi yang semakin sulit. Hal ini menurut Bima menunjukkan bahwa PSSI ingin lepas tanggung jawab dan seolah sedang mengadu antara klub dengan pemainnya sendiri.
“Kalau liganya berhenti, enggak mungkin kita mampu membayar terus pemain kita kan. Ini yang saya sebut seolah PSSI itu sedang menghadapkan kita dengan pemain kita sendiri,” tegas Bima Sinung Widagdo.
ADVERTISEMENT