Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Cerita Bupati Sampang Bangun Patung Karapan Sapi: Ada Warga Takut Sapinya Hidup
19 Februari 2023 18:41 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
“Gampang, kalau hidup nanti saya yang akan melihara.”
Bupati Kabupaten Sampang, Madura, Slamet Junaidi, menghadiri sarasehan bersama Keluarga Sampang Yogyakarta (KSY) dengan tajuk "Anak Kerrong Ka Bpaha' " (Anak Rindu Ayah) di Sekretariat Keluarga Madura Yogyakarta (KMY) di Ring Road Selatan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu (18/2).
ADVERTISEMENT
Dalam sarasehan yang dihadiri seratusan lebih warga Sampang yang tinggal di Yogyakarta dari berbagai elemen, mulai dari pedagang, pengusaha, akademisi dan mahasiswa itu terungkap banyak cerita yang berinti pada pentingnya perubahan mindset warga Madura sebagai bekal utama menyongsong perubahan di Sampang khususnya dan Pulau Madura pada umumnya.
Bupati Sampang, Slamet, membuka ceritanya bagaimana susahnya meyakinkan warganya arti penting pembangunan Alun-alun Trunojoyo bagi Sampang. Dan hal itu menurutnya bukan hanya masalah bagi warga Sampang, tapi bagi warga Madura di 4 kabupaten lain pun mengalami hal yang sama.
“Ingat, di Kabupaten Pamekasan mau bangun tempat wisata malah dibakar massa karena dituduh jadi sarang maksiat. Kalau begini terus bagaimana Madura bisa maju? Madura tidak bisa sendirian, Madura butuh peran serta banyak pihak agar bisa maju, dan yang utama adalah perubahan mindset,” paparnya.
Pada Senin 5 Oktober 2010, memang terjadi unjuk rasa ratusan warga dari berbagai daerah di Kabupaten Pamekasan di lokasi wisata Bukit Bintang di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, yang diikuti dengan perusakan dan pembakaran fasilitas wisata.
ADVERTISEMENT
Pada 2023 lalu, Pemkab Sampang yang dipimpin Slamet Juanidi menginisasi pembangunan Alun-alun Trunojo dengan anggaran senilai Rp 19 miliar termasuk 3 pasang patung karapan sapi senilai Rp 3,3 miliar. Patung sapi ini dibuat khusus oleh seniman asal Bali, I Gede Sarantika yang berdiri kokoh di atas bangunan konstruksi beton sepanjang 65 meter, tepat di sebelah sisi utama Alun-Alun Trunojoyo.
Slemat Junaidi berlasan, Madura dan Sampang khususnya, memerlukan sebuah taman kota yang menjadi icon atau landmark yang bisa digunakan warga untuk berkatifitas rekreasi dan kreatif sekaligus pernyataan bagi warga luar Madura bahwa Madura ini menarik dan bersahabat untuk dikunjungi.
“Tapi menurut sebagian warga, pembangunan patung itu melanggar kitab suci. Mereka bahkan takut bagaimana jika patung ini nanti jadi hidup beneran? Saya jawab sederhana saja, gampang, kalau hidup nanti saya yang akan melihara,” terang Junaidi disambut tawa kencang warga Keluarga Madura Yogya (KMY).
Slamet Junaidi melanjutkan sungguh sangat miris karapan sapi yang merupakan budaya turun-temurun warga Madura tapi patung karapan sapi malah jadi icon di Surabaya. Ternyata masalahnya ada di warga Madura sendiri yang memiliki beberapa mindset yang kurang cocok bagi perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
“Kalau semua hal baru dianggap mudharat, bagaimana kita bisa maju?” kata Junaidi.
Termasuk dalam pemilihan pejabat kepala dinas di Sampang. Slamet Junaidi mengaku ketika baru saja dilantik dipanggil oleh sejumlah orang yang mengatasnamakan agama bahwa mencari pejabat haruslah orang-orang yang taat beribadah. Tapi bagi Slamet, pejabat bawahannya yang terpenting adalah orang-orang yang benar-benar memiliki skill di bidangnya dan bekerja untuk masyarakat, bukan semata-mata karena urusan ibadahnya.
“Saya kutip sebuah cerita anak kyai dibilangin kalau cari istri pilih yang taat ibadah atau yang cantik. Si anak jawab, pilih yang cantik karena ibadahnya gampang nanti saya ajari. Kalau enggak cantik nanti operasi plastik malah mahal biayanya,” kata Slamet Junadi yang kembali disambut gelak tawa hadirin.
Slamet mengaku di masa lalu banyak terjadi jual beli jabatan di Sampang. Kepala dinas dijual seharga ratusan juta. Sekretaris Daerah (Sekda) bahkan harganya hingga milyaran.
ADVERTISEMENT
“Kalau kayak gitu bagaimana mau kerja untuk masyarakat Madura? Pasti pikirannya bagaimana cara kembalikan modal, bagaimana cari keuntungan untuk diri sendiri dan kelompoknya,” kata Junaidi.
Menanggapi cerita Bupati Junaidi, perwakilan dari warga Sampang di Yogya elemen pengusaha, H. Syeirofi mengatakan persetujuannya bahwa perlu ada perubahan besar-besaran pada mindset warga. Menurutnya, pembangunan taman Alun-alun Trunojoyo yang salah satunya terdapat icon Madura yakni patung Karapan Sapi, adalah usaha penting bagi Sampang dan Madura untuk membuat ramah corak kotanya.
Selama ini Madura, menurut Syeirofi, masih dilihat sebagai tempat yang panas, gersang, dengan corak warganya yang keras. Dengan melembutkan wajah kota, dalam jangka panjang, diiringi dengan peningkatan pendidikan bagi warga Sampang, Syeirofi yakin, Madura akan menarik bagi investasi dan pengembangan ke arah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Yang dilakukan oleh Pak Bupati saya kira sebuah dobrakan penting. Dobrakan pemikiran dengan aksi nyata. Alun-alun Trunojoyo ini seperti berkata bahwa inilah Sampang dan Madura yang baru. Sebelum ada alun-alun ini bisa dikatakan, Sampang seperti kota mati ya. Saya kira tidak berlebihan untuk mengatakan begitu.”
“Maka saya setuju dengan teman-teman mahasiswa Sampang Yogyakarta yang menyebut Pak Bupati sebagai Konseptor Perubahan. Bukan hanya konsep ya, lebih lagi, Pak Bupati ini praktisi, aksi nyata,” papar pengusaha sukses di Yogya, yang dulu juga pernah menjabat anggota DPRD Sampang ini, usai acara.
Adapun Ketua Keluarga Madura Yogya, Jugil Adiningrat, mengatakan bahwa forum pertemuan Bupati Sampang dengan warga Sampang dan Madura pada umumnya di Yogyakarta ini momen penting untuk saling berbagi pemikiran demi kemajuan kampung halaman.
ADVERTISEMENT
“Tadi Pak Bupati cerita sedang belajar dengan BUMDes di Yogya yang mau dicontoh untuk Sampang. Kita yang di Yogya senang sekali mendengarnya, jadi kebayang bagaimana kontribusi nyata untuk kampung halaman. Misalnya ya dengan membuka jalan komunikasi Madura dengan stakeholder penting di Yogya, dari BUMDes, Pemda DIY, sampai kampus dan pengusahanya,” jelas Jugil.
Sementara perwakilan dari Mahasiswa Sampang Yogyakarta, Zain mengatakan bahwa forum Bupati Sampang bertemu dengan mahasiswa Sampang di Yogya baru pertamakali ini terjadi.
“Ini momen penting untuk mengeratkan komunikasi antara pemimpin daerah dan mahasiswanya. Tadi ada cerita soal beasiswa, asrama, dan juga apa kontribusi mahasiswa bagi kampung halamannya,” kata Zain.