Konten Media Partner

Desa Srigading Bantul Disiapkan Jadi Pusat Olahan Bawang Merah

11 Desember 2024 18:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bawang merah. Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bawang merah. Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
ADVERTISEMENT
Desa Srigading, Bantul Selatan, akan dikembangkan menjadi kawasan berbasis bawang merah melalui konsep factory sharing. Rencana ini diusung oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop UKM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk meningkatkan nilai tambah bawang merah lokal.
ADVERTISEMENT
Plt Kepala Diskop UKM DIY, Wisnu Hermawan, menjelaskan bahwa Srigading selama ini dikenal sebagai sentra produksi bawang merah. Namun, harga bawang sering anjlok saat panen raya, hanya sekitar Rp 5.000 per kilogram, dan produk turunannya masih sederhana.
“Kita mengembangkan kawasan berbasis bawang merah melalui pengembangan klaster agribisnis hortikultura di Bantul Selatan. Harapannya, ekosistem agribisnis hortikultura di sana bisa berkembang lebih baik,” kata Wisnu, Selasa (10/12).
Plt Kepala Diskop UKM DIY, Wisnu Hermawan. Foto: Dok. Diskop UKM DIY
Ia menambahkan, petani di Srigading sebagian besar hanya memproduksi bawang mentah, sehingga nilai jualnya rendah. Dengan factory sharing, diharapkan petani bisa mengolah bawang merah menjadi produk bernilai lebih tinggi.
Sebagai langkah awal, bangunan bekas sentra pengolahan bawang di Srigading akan diaktifkan kembali. Konsep ini juga mencakup wilayah di luar Srigading, seperti Parangtritis dan area Barat-Timur Srigading yang memiliki lahan sawah dan pasir yang potensial.
ADVERTISEMENT
“Dalam konteks factory sharing, kelembagaan yang ingin kami kembangkan nantinya harus berbadan hukum. Kami berharap berbentuk koperasi yang anggotanya tidak hanya dari Srigading, tetapi juga dari kelurahan lain di sekitarnya,” jelas Wisnu.
Lahan pertanian bawang merah di Kalurahan Srigading, Bantul. Foto: Dok. Kalurahan Srigading
Dengan factory sharing, para petani diharapkan tidak lagi bergantung pada fluktuasi harga pasar dan bisa menghasilkan beragam produk dengan nilai jual lebih tinggi.
Namun, Wisnu menekankan bahwa implementasi konsep ini masih membutuhkan perencanaan yang matang.
“Untuk tahun 2025, saya belum bisa menjanjikan apa-apa. Kami masih melihat hasil master plan untuk menentukan prioritas pengembangan. Setelah itu, baru kami usulkan tindak lanjutnya,” tutupnya.