Di Hari Jantung Sedunia 29 September, Serangan Jantung Ancam Anak Muda

Konten Media Partner
29 September 2021 17:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di hari jantung sedunia 2021, semakin banyak pasien jantung anak muda usia di bawah 45 tahun, mulai dari 30-an bahkan ada juga yang masih 20-an tahun.
Ilustrasi serangan jantung pada anak muda. Foto: Istimewa
Dulu, serangan jantung atau jantung koroner hanya dialami oleh orang-orang dewasa dengan usia di atas 45 tahun. Sangat sedikit kasus terjadi pada anak-anak muda. Tapi saat ini, jumlah serangan jantung yang dialami oleh anak muda di bawah 45 tahun semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Studi dari Harvard Medical School menunjukkan, saat ini persentase anak muda yang terkena serangan jantung memang masih relatif rendah, yakni 4 sampai 10 persen dari total pasien. Namun jumlah ini terus mengalami peningkatan dari tahun, terutama seiring meningkatnya gaya hidup tak sehat di kalangan anak muda.
Dokter konsultan di bidang Kardiovaskular Akut dan Perawatan Intensif di RSUP Dr Sardjito sekaligus Sekretaris PERKI Cabang Yogyakarta, Hendry Purnashida Bagaswoto, mengatakan bahwa tren usia penderita serangan jantung memang semakin muda. Beberapa pasien yang dia tangani saat ini juga mulai banyak pasien usia di bawah 45 tahun, mulai dari 30an bahkan ada juga yang masih 20an tahun.
“Sekarang benar, trennya usia penderita serangan jantung itu memuda,” kata Hendry Purnashida ketika ditemui, Selasa (21/9).
Dokter konsultan di bidang Kardiovaskular Akut dan Perawatan Intensif di RSUP Dr Sardjito sekaligus Sekretaris PERKI Cabang Yogyakarta, Hendry Purnashida Bagaswoto. Foto: Widi Erha Pradana
Adapun penyebab tren usia penderita serangan jantung yang semakin muda ini menurut dia adalah pola hidup yang tidak sehat, terutama kebiasaan merokok. Misalnya pasien yang sedang dia tangani, seorang perempuan muda berusia 34 tahun. Pasien tersebut tidak memiliki faktor risiko utama seperti darah tinggi, gula, maupun kolesterol.
ADVERTISEMENT
“Tapi ternyata dia heavy smoker,” ujarnya.
Menurutnya, serangan jantung koroner memang tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor risiko utama yakni darah tinggi, diabetes mellitus, kolesterol, dan rokok. Sementara untuk pasien-pasien muda, mayoritas disebabkan karena kebiasaan merokok.
Hal serupa disampaikan oleh dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah yang juga Ketua Jogja Cardiology Update 2021, Dyah Wulan Anggrahini. Maraknya gaya hidup tidak sehat di kalangan anak-anak muda menurutnya juga membuat pasien jantung koroner dengan usia muda mulai banyak.
“Jadi memang betul untuk jantung koroner itu tren usia penderitanya memang semakin muda. Misal yang sejak SMP atau bahkan SD sudah merokok, itu memang lebih mudah terkena koroner,” ujar Dyah Wulan Anggrahini.
Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah yang juga Ketua Jogja Cardiology Update 2021, Dyah Wulan Anggrahini. Foto: Istimewa
Adapun kebiasaan lain yang juga memicu terjadinya serangan jantung adalah kurangnya bergerak. Perkembangan teknologi membuat semua pekerjaan bisa dilakukan secara online, sehingga mebuat aktivitas fisik yang dilakukan anak-anak muda semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Pola makan yang buruk juga disebut-sebut sebagai pemicu serangan jantung pada anak muda. Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan perasa buatan,, warna buatan, pemanis tambahan, penstabil, dan zat adiktif lain membuat risiko serangan jantung pada usia muda semakin tinggi.
“Karena itu untuk mencegah tentu harus memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat mulai dari berolahraga, mengatur pola makan, serta mengurangi atau bahkan berhenti merokok,” lanjutnya.
Selain serangan jantung koroner, ada juga penyakit jantung lain yang kerap dialami oleh anak muda atau bahkan anak-anak. Biasanya, penyakit ini merupakan penyakit bawaan lahir seperti jantung bocor. Sementara penyakit jantung yang dialami pada pasien-pasien dewasa biasanya lebih disebabkan karena diabetes, kolesterol, serta darah tinggi.