Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Dianggap Rumit, Baru 20 Persen Perusahaan Indonesia yang Adopsi Unifikasi Data
27 Februari 2024 10:25 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
Data dari market intelligence global menunjukkan bagaimana unifikasi data terbukti meningkatkan keuntungan tahunan perusahaan sampai 30 persen dan secara umum meningkatkan kecepatan pertumbuhan perusahaan 10-20 persen. Namun, sayang, data yang sama menunjukkan betapa lambatnya adopsi unifikasi data di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan CEO Volantis Technology, Bachtiar Rifai dalam kajian internal bulanan Volantis di kantornya di Yogyakarta, akhir pekan kemarin.
“McKinsey, Forrester Research, Gartner, dan International Data Corporation (IDC) sama semua, menunjukkan bagaimana unifikasi data meningkatkan laba perusahaan sampai 30 persen, reduce cost, dan karenanya mengakselerasi pertumbuhan perusahaan. Tapi sayangnya, di Indonesia adopsinya masih lambat,” katanya.
Laporan berjudul "The State of Data Integration in Indonesia, 2023" yang dikeluarkan IDC misalnya, menunjukkan bahwa dari 200 perusahaan Indonesia dari berbagai industri, baru 20 persen saja yang telah menerapkan unifikasi data .
Dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, tingkat adopsi unifikasi data top 200 perusahaan di Indonesia tertinggal sekitar 5-10 tahun. Di Malaysia, sekitar 30% perusahaan telah menerapkan unifikasi data, sedangkan di Singapura, angkanya mencapai 40%.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh perusahaan di Asia Tenggara yang bisa yang menjadi contoh global dalam upaya unifikasi data di antaranya DBS Bank dan Singtel di Singapura, Maybank Malaysia, PTT Exploration and Production dan Central Retail Corporation, Thailand. Semua perusahaan tersebut sukses menerapkan unifikasi data dan meningkatkan pendapatan sebesar 30 persen dalam 2-3 tahun.
“Di Indonesia sebenarnya juga ada contoh sukses unifikasi data seperti beberapa bank dan startup, hanya saja memang masih terbatas pada kasus kakus tertentu.”
“Tau nggak kenapa kita tertinggal? Karena bos-bos di pucuk pimpinan menganggap unifikasi data itu rumit. Padahal, Volantis membuktikan enggak rumit kok. Teknologi justru kita bikin untuk mempermudah para bos mengerti bagaimana perusahaannya running well dan untung kan,” papar Bachtiar, yang menyelesaikan sarjananya di Ilmu Fisika UGM dan meraih gelar Master di bidang Informasi System Teknologi Sub Bidang Startup Technology di ITS.
ADVERTISEMENT
Berlian yang Berserakan dan Kalung Sang Ratu
Bagaimana sih kok unifikasi data di perusahaan bisa meningkatkan pendapatan perusahaan dan mempercepat pertumbuhan perusahaan
CTO Volantis, Muhammad Habib Rosyad, meminta semua peserta diskusi untuk membayangkan Bank DBS, Maybank Malaysia, BCA, dan Bank Mandiri yang terjebak dalam lautan data. Data karyawan, data nasabah, data transaksi, dan data pasar terpisah-pisah dan terkunci dalam silo-silo (laci) informasi.
Dengan unifikasi data, semua data tersebut bisa disatukan ke dalam sebuah platform terpadu sehingga seluruh informasi perusahaan bisa dilihat secara holistik seperti memakai kacamata helikopter.
Pertama dan yang paling jelas, dampak paling nyata dari unifikasi data bank tersebut di atas adalah pengambilan keputusan akan jauh lebih cepat dan lebih akurat. Para petinggi perusahaan akan bisa dengan mudah membuat keputusan berdasarkan informasi dan insight real-time, bukan hanya perasaan atau secuil data yang terfragmentasi.
ADVERTISEMENT
“Sekarang bayangkan di Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop. Informasi mereka soal konsumen jauh lebih banyak dari bank. Pola pembelian, preferensi, faktor churn dan seterusnya. Bayangkan kalau semua data tersebut tidak diunifikasi?,” kata Rosyad.
Dengan unifikasi data dari semua laci data yang terpisah-pisah itu, CEO atau pimpinan perusahaan lainnya bisa mendapat pandangan terpadu yang memungkin pengambilan keputusan dengan cepat dan akurat.
Bagaimana marketing campaign yang pas, personalisasi rekomendasi produk, dan bagaimana mengatasi masalah pelanggan secara efektif yang mengarah pada kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan? Semua itu bisa terjawab dengan mudah dan sekaligus menghasilkan strategi terpadu hanya kalau perusahaan-perusahaan tersebut telah menerapkan unifikasi data.
Pada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang besar seperti perusahaan tersebut di atas dan BUMN misalnya, masalah operasional, efisiensi alur kerja, dan kolaborasi menjadi tantangan yang luar biasa kompleks.
ADVERTISEMENT
Itulah peran kedua teknologi unifikasi data, yakni menciptakan platform data terpadu yang mengeliminasi hambatan tersebut sehingga memungkinkan aliran informasi yang mulus dari dan antar semua departemen.
“Unifikasi data akan merampingkan proses, mengurangi proses dan kemudian mendorong kolaborasi yang lebih baik.”
“Bayangkan tim penjualan, pemasaran, dan layanan pelanggan memiliki akses ke data pelanggan terpadu yang sama. Berapa cost operasional yang bisa dikurangi dan inovasi layanan dari kolaborasi yang bisa mereka ciptakan secara bersama-sama,” papar Rosyad.
Inovasi adalah dampak lanjutan dari peran unifikasi data. Habib meminta peserta diskusi membayangkan inovasi apa yang bisa tercipta dari informasi terpadu dari feedback pelanggan dan tren pasar?
“Feedback dapat mengungkapkan kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi atau peluang pasar yang muncul. Informasi itu tentu dapat digunakan untuk mengembangkan produk atau layanan inovatif yang memenuhi kebutuhan tersebut dan mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar,” tandas Rosyad.
Dampak gabungan dari peningkatan pengambilan keputusan, peningkatan efisiensi operasional, dan inovasi berbasis data pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan pendapatan dan profitabilitas.
ADVERTISEMENT
Dengan membuat keputusan yang lebih baik, merampingkan proses, dan mengembangkan produk/layanan inovatif, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang sudah ada, dan meningkatkan profitabilitas mereka.
Bayangkan skenario dimana insight terpadu terhadap data penjualan mengungkapkan lini produk yang berkinerja buruk. Informasi ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan strategi penetapan harga, menargetkan kampanye pemasaran secara lebih efektif, atau bahkan menghentikan produk yang berkinerja buruk, yang mengarah pada peningkatan pendapatan dan peningkatan profitabilitas.
Di akhir paparannya CTO Volantis yang menyelesaikan gelar Master Information Technology di Monash University Australia sekaligus penerima beasiswa leadership dari pemerintah Aussie ini memberi ilustrasi bahwa pada umumnya, data perusahaan masih seperti berlian yang berserakan di banyak laci almari kamar Sang Raja.
ADVERTISEMENT
Berlian yang satu tak terhubung dengan berlian yang lainnya karena dibatasi oleh kayu-kayu laci (silo).
“Dan bagai ilmu sulap misterius dari Timur, unifikasi data bisa menyatukan berlian-berlian itu dalam sebuah untaian kalung indah yang akan menaklukkan Sang Maha Ratu yakni konsumen atau para pelanggan,” kata Rosyad.
Faktor Kerumitan dan Biaya
Seperti diungkap di judul artikel ini, jauh lebih mudah untuk mencari kelebihan dan manfaat dari unifikasi data, tapi memang untuk mewujudkannya sebenarnya memang bukan perkara mudah.
“Banyak tantangan yang dihadapi perusahaan untuk melakukan unifikasi data. Benar kalau para bos bilang rumit, nah teknologi Volantis hadir untuk mempermudah proses unifikasi data tersebut,” kata Chief Product Officer (CPO) Volantis Technolgy, Dadan Ramdan, yang menjadi pembicara di sesi ketiga.
ADVERTISEMENT
Dukungan manajemen, kompleksitas data, kurangnya integrasi sistem, keterampilan dan keahlian dari pemegang project unifikasi data, keamanan data, dan pada akhirnya, biaya yang besar, menjadi faktor lambatnya unifikasi data di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Dadan menceritakan, di banyak kasus, meyakinkan top manajemen tentang manfaat riil dan cepat dari unifikasi data untuk perusahaan mereka pun menjadi PR besar.
“Ada nih kasus, tim data internal perusahaan sudah menyadari bagaimana unifikasi data bisa menscale up keuntungan perusahaan. Tapi gimana cara meyakinkan top manajemen mereka tidak bisa. Pengalaman panjang Volantis bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia membuat proses meyakinkan itu jadi lebih gampang. Kita kasih angka dan bukti-bukti saja kan,” kata Dadan.
Kalau top manajemen sudah yakin, bagaimana proses identifikasi dan integrasi sumber data, bagaimana membersihkan dan menstandarkan data, membangun dan memelihara infrastruktur unifikasi data, melatih staf tentang unifikasi data, dan terakhir bagaimana memastikan keamanan data?
ADVERTISEMENT
Dadan mengingatkan ketakutan top manajamen untuk breakthrough memanfaatkan unifikasi data memang beralasan. Implementasi unifikasi data selalu membutuhkan perencanaan yang matang, investasi yang cukup, dan perubahan budaya organisasi.
Maka dalam proses unifikasi data ini, Volantis menyediakan aneka solusi step-step unifikasi data untuk serve kebutuhan dan anggaran perusahaan yang berbeda-beda.
“Kuncinya di pemahaman volantis akan organisasi perusahaan di Indonesia yang beda-beda dan juga teknologi yang tersedia dalam berbagai paket harga. Indonesia intinya transformatif ya, pelan, rasakan hasilnya, di satu titik kita akan bisa salip Malaysia. Kita yakin itu karena Volantis senantiasa berinti pada pemahaman itu, pemahaman akan perubahan yang gradual pada budaya perusahaan dan teknologi,” papar Dadan.
Sebagai informasi terakhir, Volantis yang berbasis di Yogyakarta dan berdiri sejak 2014 telah membantu lebih dari 200 organisasi perusahaan di aneka sektor dengan membekali mereka untuk secara efektif mengatasi berbagai tantantang transformasi digital. Hal itu mencakup digitalisasi, pengengambangan aplikasi, dan implementasi Artificial Intelegence / Machine Learning.
ADVERTISEMENT
“Dan Volantis selalu berkomitmen terhadap kualitas dan keamanan data. Kami tersertifikasi ISO 27001 dan ISO 9001,” pungkas Dadan.