Disbud DIY Terjunkan 20 Instruktur Gamelan ke Sanggar-sanggar di Jogja

Konten Media Partner
13 Maret 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebanyak 20 instruktur gamelan mengikuti Workshop Instruktur Gamelan DIsbud DIY. Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Sebanyak 20 instruktur gamelan mengikuti Workshop Instruktur Gamelan DIsbud DIY. Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Dinas Kebudayaan DIY menggelar Workshop Instruktur Gamelan di Hotel Tasneem Yogyakarta pada Senin (4/3) hingga Jumat (8/3).
ADVERTISEMENT
Workshop diikuti sebanyak 20 instruktur gamelan jebolan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya (AKA) Jogja yang akan diterjunkan ke sanggar-sanggar di seluruh Jogja yang membutuhkan pendampingan.
Sebelumnya, lebih dari 60 gamelan besi dihibahkan ke sanggar-sanggar kesenian dan kebudayaan oleh Disbud DIY pada 2023 yang lalu. Di antaranya ada 20 sanggar yang masih memerlukan pendampingan untuk proses kegiatannya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat memberikan keterangan terkait hibah gamelan besi, serta bakal penerjunan instruktur gamelan saat ditemui oleh tim Pandangan Jogja.
“Di tahun 2023, yang diberikan gamelan hibah oleh gubernur itu lebih dari 60. Kita setiap tahun memang ada fasilitasi berupa hibah gamelan besi sesuai dengan permintaan. Kalau pas 60, ya 60. Kalau besok mungkin (permintaan) berkurang jadi 40, ya kita pengadaannya 40. Program Dinas Kebudayaan tidak hanya berhenti dari penyaluran hibah gamelan tapi juga ada pelatihannya,” kata Cahyo, Jumat (8/3).
Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat. Foto: ESP / Pandangan Jogja
Terkait pelatihan, Cahyo menyebut bahwa pihaknya bekerja sama dengan AKA untuk kemudian diberikan bekal menjadi seorang instruktur gamelan. Nantinya, mereka akan diterjunkan ke 20 sanggar di DIY yang memerlukan pendampingan.
ADVERTISEMENT
“Kita bekerja sama dengan AKA. Mereka menunjuk peserta, peserta ini lulusan AKA dan siap diterjunkan ke lapangan. Pada lima hari terakhir ini mereka diberikan pelatihan supaya lebih siap untuk turun ke lapangan. Berdasarkan permintaan dan kebutuhan di lapangan, ada 20 sanggar yang membutuhkan pendampingan,” sambung Cahyo.
Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
Setelah diterjunkan, para instruktur bakal memenuhi pendampingan selama 20 kali pertemuan. Tiap kali pertemuan akan berdurasi selama dua jam, dan itu bisa sekali pertemuan per minggu, atau dua kali per minggu.
Soal sanggar yang diberikan bantuan, Cahyo menyebut Disbud DIY tidak asal pilih. Yang diberikan bantuan adalah sanggar yang sudah terdaftar oleh pemerintahan.
“Yang terpenting bagi kami adalah mereka sanggar yang sudah terdaftar di kabupaten/kota. Jadi ada sistem verifikasinya, ada anggotanya, ada latihannya aktif, ada tempat latihannya, memiliki tempat setidaknya 10x10 untuk gamelan.”
Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
Selain itu, Cahyo juga menyampaikan pengalaman pendampingan sanggar-sanggar di tahun sebelumnya. Ia menyebutkan memang ada beberapa kesulitan, namun antusias dari masyarakat untuk melestarikan gamelan dinilai meningkat.
ADVERTISEMENT
“Memang namanya di sanggar pasti ada beberapa kendala, terkait dengan ritme latihan, personilnya juga harus mengumpul dalam kurun waktu dekat karena gamelannya kan cukup lengkap, itu secara ideal banget mungkin belum benar. Tapi secara umum animo masyarakat untuk melestarikan gamelan itu ada dan meningkat,” ujar Cahyo.
Cahyo juga menjelaskan bahwa tugas dari pemerintahan adalah untuk memotivasi masyarakat untuk bersama-sama melestarikan kebudayaan dan menghidupkan ekosistem kesenian.
“Tugas berat untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan itu secara umum tidak hanya tugasnya pemerintah. Harus kerja sama seluruh stakeholder, masyarakat, perguruan tinggi, lintas pemerintahan bisa pemerintah DIY dan pemerintah kabupaten/kota, komunitas, sanggar, itu semua harus bersama-sama,” tegasnya.
GBPH Yudhaningrat. Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
Narasumber pelatihan, GBPH Yudhaningrat, sejak awal acara menyaksikan langsung presentasi hasil dari lima hari pelatihan yang dilakukan oleh peserta. Di kesempatan itu, Gusti Yudha memberikan pesan kepada para instruktur saat nantinya terjun ke sanggar-sanggar.
ADVERTISEMENT
“Tidak boleh menindas yang lain dari ornamen-ornamen gamelan. Harus semuanya seimbang. Misalnya irama satu, ya semuanya serempak. Yang kedua, jangan sampai memberikan raut wajah yang kurang enak,” katanya kepada para instruktur gamelan.
Berfoto bersama sebelum acara diakhiri. Foto: Nawalre / Pandangan Jogja
Terkait pesan tersebut, Gusti Yudha juga memberikan pandangannya soal filosofis gamelan. Baginya, gamelan itu bertujuan untuk memperbaiki aspek-aspek kehidupan masyarakat.
“Gamelan itu filosofinya tinggi, sudah diakui oleh UNESCO karena filosofinya. Untuk memperbaiki budi pekerti dan tata krama yang ada di masyarakat karena kalau mau masuk ke ruang gamelan itu kita tidak bedigasan (gegabah) to? Bisa melatih kesabaran kita, guyub, tanpa guyub tidak akan bisa bagus gamelannya. Ini untuk melatih pikiran, melatih pendengaran, melatih perasaan,” jelas Gusti Yudha.
Terakhir semua peserta dan narasumber berfoto bersama yang menandai duapuluh instruktur gamelan yang selesai menjalani pelatihan selama 5 hari tersebut telah siap diterjunkan ke sanggar-sanggar di seluruh DIY.
ADVERTISEMENT