Epidemiolog UGM: Jangan Bangun Rumah di Dekat Kuburan Ternak yang Kena Antraks

Konten Media Partner
7 Juli 2023 11:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengambil sampel tanah di lokasi munculnya antraks di Semanu, Gunungkidul. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengambil sampel tanah di lokasi munculnya antraks di Semanu, Gunungkidul. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama, menegaskan bahwa bakteri Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks pada hewan dapat bertahan lama hingga puluhan tahun dalam bentuk spora.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, permukaan tanah tempat mengubur hewan yang sudah positif atau diduga terkena antraks jika perlu disemen. Tujuannya, untuk mencegah bakteri antraks lebih mudah menyebar.
"Itu ya secara khusus kalau bisa diplester dan dikasih tanda karena memang bakteri antraks bisa bertahan sangat lama," kata Bayu kepada Pandangan Jogja, Jumat (7/7).
Bayu mengatakan masyarakat juga perlu diingatkan untuk tidak membangun rumah atau melakukan aktivitas di dekat kuburan hewan terkena antraks. Tanah di sekitarnya bisa jadi sudah tercemar spora antraks.
Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama. Foto: Instagram/Bayu Satria Wiratama
Menurut dia, sebagian masyarakat masih keliru menganggap bakteri antraks akan mati jika hewannya disembelih atau dikubur. Tak seperti bakteri pada umumnya, bakteri antraks tidak mati meski inangnya mati.
"Bakteri antraks sayangnya tidak seperti itu. Itu yang masyarakat kadang tidak tahu atau tidak menyadari karena dipikirnya kalau hewannya sudah mati ya berarti sudah selesai, sudah boleh dimasak," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, kata dia, belum ada penelitian yang membuktikan pengaruh kondisi geografis Gunungkidul sebagai kawasan karst dengan berulangnya kasus antraks di daerah tersebut.
"Sejauh ini belum ada penelitian seperti itu. Tetapi memang bakteri antraks itu bisa bertahan lama, dia bisa berubah menjadi spora dan itu bisa bertahan hidup sampai tahunan," imbuh dia.
Bayu juga menegaskan bahwa tidak ada pertolongan pertama yang bisa dilakukan sendiri ketika seseorang mengalami gejala antraks. Warga yang mengalami gejala harus segera ditangani puskesmas atau klinik.
Bahkan, lanjut dia, tidak hanya ketika sudah bergejala, tetapi juga ketika menyadari bahwa mereka baru saja berkontak atau mengonsumsi daging hewan antraks.
"Sebelum ada gejala langsung ke puskesmas bilang bahwa habis kontak dengan hewan yang diduga terkena antraks. Jadi tidak ada pengobatan sendiri, itu enggak ada," tegas Bayu.
ADVERTISEMENT