Fakta Harimau Sumatera di Maharani Zoo yang Viral karena Terlihat Sangat Kurus

Konten dari Pengguna
9 September 2020 20:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto viral Bhaksi yang tampak sangat kurus. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Foto viral Bhaksi yang tampak sangat kurus. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Seekor harimau Sumatera bernama Bhaksi di Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa viral dan menjadi pembicaraan publik karena vidoenya tersebar ke media sosial. Dalam video tersebut, Bhaksi terlihat sangat kurus dengan dua sisi perut yang nyaris menempel karena saking kurusnya. Tidak butuh waktu lama, video tersebut langsung mendapat banyak tanggapan warganet dan menjadi perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Viralnya berita tersebut membuat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur langsung menerjunkan tim Wild Rescue Unit (WRU) untuk melakukan pemantauan langsung ke lokasi. Kepala Bidang KSDA Wilayah II Gresik, Wiwied Widodo, yang memimpin pemantauan tersebut mengatakan bahwa harimau Bhaksi dalam kondisi yang baik dan sehat.
“Track record dari rekam medisnya cukup sehat, pakannya juga diberikan normal,” ujar Wiwied dalam rilis yang diterbitkan BBKSDA Jatim, Rabu (9/9).
Berdasarkan data medical record, catatan untuk pemberian pakan dan obat untuk tiga bulan terakhir tidak dijumpai adanya indikasi penurunan kesehatan maupun pengurangan pemberian pakan.
“Semua diberikan sesuai porsi dan takaran satwa dengan usia tersebut,” lanjutnya.
Pada pemantauan tersebut juga telah dilakukan analisis body scoring untuk mengetahui kondisi morfologi bhaksi. Hasilnya, bhaksi yang sudah berusia 15 tahun itu memiliki banyak guratan tua di wajah dan pelipis mata. Rumbai juga sudah mengalami penipisan, namun kondisi badan masih dalam kriteria sehat dan tidak kurus.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan penimbangan, diketahui berat badan bhaksi sebelum diberikan pakan sebesar 103 kilogram. Angka ini masih masuk dalam rentang normal berat badan harimau tua, dimana berat badan harimau sumatera secara normal yakni antara 100 sampai 140 kilogram.
“Berdasarkan hasil penimbangan berat badan Bhaksi dapat disimpulkan bahwa kondisi berat badan Bhaksi dalam kategori normal, apalagi bagi harimau sumatera dengan usia 15 tahun,” ujarnya.
Pejantan yang Produktif
Foto Bhkasi, harimau sumatera yang diduga ditelantarkan oleh pengurus kebun binatang karena tampak sangat kurus. Foto: okumen BKSDA.
Wiwied juga menjelaskan, bahwa Bhaksi merupakan harimau jantan yang cukup produktif. Ketika berada di Jatim Park 2, Bhaksi berhasil membuahi harimau betina dan melahirkan dua anak harimau sumatera.
Pada 2019, ketika sudah ditempatkan di Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa, Lamongan, Bhaksi kembali menghasilkan tiga anak dari harimau indukan betina bernama Gendhis. Tiga anak Bhaksi dan Gendhis itu diberi nama Raung (jantan), Rengganis (betina), dan Rani (betina). Ketiganya kini juga dalam keadaan sehat.
ADVERTISEMENT
“Bhaksi dapat bereproduksi dengan normal dan produktif, ini merupakan indikator bahwa kondisi Bhaksi dalam keadaan sehat,” ujar Wiwied Widodo.
Terkait dengan postur Bhaksi yang tampak sangat kurus, hal itu lebih disebabkan karena faktor usia. Berat postur harimau secara alami memang akan mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Dimana setiap pertambahan usia 1 tahun, berat badannya akan turun 0,018 kilogram.
Perlakuan Kepada Satwa Tua dan Muda Berbeda
Direktur Konservasi Keanekaraagaman Hayati Ditjen KSDAE KLHK, drh Indra Exploitasia, menjelaskan bahwa perawatan terhadap satwa yang sudah berusia tua memiliki perbedaan dengan yang masih muda. Satwa-satwa yang sudah berusia tua membutuhkan pemantauan kesehatan yang lebih intensif, perlakuan khusus pada nutrisi, serta menjaga kestabilan kondisi badan sampai penyediaan area khusus bagi perawatan satwa tua.
ADVERTISEMENT
“Seluruh lembaga konservasi mempunyai kewajiban terkait pengelolaan satwa dengan memperhatikan kesejahteraan satwa. Semua juga harus lebih memperhatikan pengelolaan satwa usia tua,” ujar Indra Ecploitasia.
Dia juga menambahkan bahwa setiap satwa koleksi khususnya jenis karnivora memiliki spesifikasi penanganan pakan dan kesehatan sesuai Body Condition Scoring (BCS), sehingga satwa berusia tua memiliki kondisi ideal yang berbeda dengan satwa usia muda atau dewasa.
“Semoga prinsip kesejahteraan hewan menjadi pedoman utama dalam mengelola lembaga konservasi,” ujarnya.
Sementara itu, Plt. Kepala Balai Besar KSDA Jatim, Asep Sugiharta, mengatakan bahwa pemerintah melalui BBKSDA Jatim selama ini telah melakukan pembinaan terhadap lembaga konservasi yang ada di Jawa Timur, termasuk Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa. Hal ini menurutnya merupakan salah satu upaya untuk memastikan bahwa lembaga konservasi telah melakukan kewajibannya dalam menerapkan kesejahteraan satwa.
ADVERTISEMENT
“Semoga ke depan kualitas kesejahteraan satwa di lembaga konservasi tetap menjadi perhatian kita semua,” ujar Asep Sugiharta. (Widi Erha Pradana / YK-1)