Konten Media Partner

GCWRI 2024: ‘Aisyiyah Lebih Kuat Dibandingkan Muhammadiyah, Punya 20.000 TK

16 Mei 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UNISA Jogja, Warsiti di gelaran Global Conference Women's Right in Islam (GCWRI), selasa (14/5). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UNISA Jogja, Warsiti di gelaran Global Conference Women's Right in Islam (GCWRI), selasa (14/5). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat penyelenggaraan Global Conference Women’s Right in Islam (GCWRI) di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Selasa (14/5), Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menyampaikan jika ‘Aisyiyah lebih kuat dibandingkan Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
“Di berbagai universitas sampai rumah sakit Muhammadiyah, ada rektor dan direktur yang merupakan seorang perempuan. Namun, di ‘Aisyiyah, tidak satupun laki-laki bisa jadi pimpinan instansi ‘Aisyiyah. Itulah mengapa ‘Aisyiyah lebih kuat dibandingkan Muhammadiyah,” kata Mu’ti saat menyampaikan pidato.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti berpidato di GCWRI. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Bagi Mu’ti, sudah selayaknya perempuan diperlakukan setara secara kepemimpinan, sebab menurutnya yang berbeda dari laki-laki dan perempuan hanyalah faktor biologis. Selebihnya, perempuan dan laki-laki bisa setara dalam kemampuan akademis.
“Jika perempuan punya kecerdasaan yang tidak setara dengan laki-laki, maka Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, tidak seharusnya menjadi salah satu perawi hadits terbanyak,” ucap Mu’ti.
Mu’ti yakin bahwa perempuan bisa terus maju. Ia juga menyampaikan kalau laki-laki pun harus ikut serta mendukung gerakan kesetaraan hak perempuan ini. Oleh sebab itu, Ia menyebut Muhammadiyah mendukung penuh gerakan kesetaraan perempuan dan laki-laki.
Suasana ruang konferensi GCWRI di UNISA. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Mu’ti juga menyampaikan betapa besarnya ‘Aisyiyah dalam membesarkan perempuan yang berpendidikan. Dia menyebut bahwa ‘Aisyiyah adalah salah satu organisasi perempuan terbesar di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
“‘Aisyiyah pertama kali dibentuk pada 17 Mei 1917, dan menjadi salah satu organisasi perempuan terbesar di dunia. Saya bisa mengklaim hal tersebut karena ‘Aisyiyah punya 3 universitas, 10 perguruan tinggi, 45 klinik dan rumah sakit, serta 20.000 taman kanak-kanak yang tersebar hingga Mesir dan Malaysia,” jelas Mu’ti.
Saat ini, 'Aisyiyah memiliki 4.398 lembaga pendidikan setingkat SD-SMA, 3.904 lembaga keaksaraan fungsional, 188 panti asuhan, 23 panti difabel, 214 daycare lansia, 135 bakesos, 26 panti lansia, dan 2 rumah sakinah, serta mengelola 475 koperasi.
Perwakilan dari berbagai negara yang menghadiri GCWRI. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Mu’ti kemudian menjelaskan bahwa kemajuan perempuan ini sangat baik untuk Islam. Menurutnya, kepemimpinan perempuan dalam beberapa kasus lebih berhasil ketimbang kepemimpinan yang diisi oleh laki-laki.
“Dalam beberapa kasus, kepemimpinan perempuan lebih berhasil jika dibandingkan dengan kepemimpinan laki-laki. Muhammadiyah kemudian mendiskusikan fatwa yang disebut Keputusan Tarjih, yaitu menempatkan perempuan sebagai komunitas sangat penting dalam kehidupan sosial, dan memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Muhammadiyah,” kata Mu’ti.
ADVERTISEMENT