Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Harta Karun Surakarta Bangkit dari Kubur: Kamu Punya NASA, Kami Punya Lokananta
28 November 2022 17:27 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Saat Soekarno mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu langsung dengan Presiden John F Kennedy pada April 1961, Badan Penerbangan dan Antariksa kebanggan Amerika, NASA, baru berumur 3 tahun.
ADVERTISEMENT
Konon, pada satu momen makan malam kedua presiden hebat di masa Perang Dunia ke-2 itu terjadi sebuah percakapan yang membawa-bawa nama Lokananta. Nama ini adalah awal mula industri musik Indonesia alias studio rekaman pertama di Indonesia yang didirikan pada 1956 atau lebih tua 2 tahun ketimbang NASA yang didirikan pada 1958.
“Soekarno bangga sekali dengan Lokananta sampai-sampai saat JFK cerita soal NASA, Soekarno gak mau kalah dan bilang kalian memang punya NASA, tapi kami punya Lokananta,” Direktur Utama M Bloc Group Handoko Hendroyono, bercerita kepada wartawan saat acara Pra Reaktivasi Lokananta Reload, di Surakarta, Minggu (27/11).
M Bloc adalah entitas bisnis yang dipercaya untuk mengoperasikan Lokananta.
Kalau NASA adalah simbol teknologi, Lokananta adalah simbol kemajuan budaya Indonesia. Bertempat di lahan seluas 21.500 meter persegi, gedung Lokananta adalah studio rekaman pertama milik pemerintah ini yang menjadi titik mula sejarah musik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rekaman awal lagu Indonesia Raya tiga stanza dalam bentuk piringan hitam dan pembacaan teks proklamasi yang banyak dikira dibikin Soekarno-Hatta pada 1945 itu sebenarnya adalah rekaman di Lokananta pada 1959 yang sekaligus digandakan dalam piringan hitam di Lokananta.
Lokananta yang berasal dari bahasa Sanskerta berarti "Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh" kemudian juga memproduksi piringan hitam komersial berupa lagu-lagu daerah yang dijual kepada masyarakat umum dengan merek dagang Lokananta.
Koleksinya seperti musik gamelan dari Jawa, Bali, Sunda, musik Batak, juga lagu-lagu rakyat (folklore) yang tidak pernah diketahui siapa penciptanya. Kini tercatat Lokananta memiliki koleksi 53.000 keping piringan hitam dan 5.670 master rekaman bersejarah termasuk musik-musik populer seperti Lilis Suryani, Waldjinah, Gesang, sampai Bing Slamet.
ADVERTISEMENT
“Sederhananya, Lokananta adalah harta karun Surakarta yang kini ingin bangkit kembali menyapa insan musik Indonesia dan semua pendengarnya untuk kembali mengalami kebesaran Lokananta yang disesuaikan dengan era hari ini,” papar Handoko Hendroyono.
Saat ini, Kementerian BUMN melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan anggota Holding BUMN Danareksa bersama Pemerintah Kota Surakarta berkomitmen membangkitkan kembali studio rekaman pertama di Indonesia melalui revitalisasi dan pengembangan Lokananta.
Lokananta adalah “Titik Nol” industri musik Indonesia, studio rekaman pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956. Ke depan, Lokananta akan menjadi sentra kreativitas dan niaga (creative & commercial hub) bagi para musisi, seniman, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Kementerian BUMN, ekosistem BUMN, bersama Pemkot Surakarta mendukung revitalisasi Lokananta untuk menjadi creative & commercial hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM lokal sehingga dapat memberikan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia,” kata Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi.
Live Update