Ikan Air Tawar Asli Sumatera di Provinsi Jambi di Ambang Kepunahan

Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 13:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ikan Botia salah satu ikan asli Sumatera yang menjadi primadona dunia. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Botia salah satu ikan asli Sumatera yang menjadi primadona dunia. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki spesies ikan air tawar asli terbesar. Sedikitnya, telah tercatat ada sebanyak 589 spesies ikan air tawar asli Sumatera, dan 58 di antaranya merupakan jenis endemik. Kemungkinan besar, masih banyak spesies yang belum tercatat.
ADVERTISEMENT
Jambi adalah salah satu provinsi yang menjadi tempat tinggal paling banyak ikan asli Sumatera ini. Sebanyak 320 spesies ikan air tawar asli Sumatera, hidup di perairan Jambi, dan 12 di antaranya merupakan spesies endemik.
Ada beberapa titik di Jambi yang menjadi habitat ikan air tawar, di antaranya DAS Batanghari dengan 289 spesies, DAS Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) 83 spesies, DAS Hutan Harapan 123 spesies, Danau Kerinci 12 spesies, serta Danau Arang-Arang 35 spesies.
“Maka lebih dari separuh (ikan asli Sumatera) itu ada di Jambi. Dan saya yakin, di Sumatera itu sudah hampir 600 sampai 700 spesies,” ujar Tedjo Sukmono, peneliti ikan air tawar di Jambi yang merupakan Dosen Biologi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi dalam seminar daring yang diadakan oleh Universitas Jambi pekan kemarin.
ADVERTISEMENT
Besarnya spesies ikan yang tinggal di Jambi, menurut dia membuat daerah ini penting untuk menjadi perhatian dalam upaya konservasi ikan tawar asli Sumatera.
Ikan Sebagai Indikator Kualitas Hutan
Hutan Batanghari Jambi merupakan dan buffer zone TNBT yang menjadi kawasan penting karena memiliki keragaman ikan air tawar terbesar di Jambi. Hutan Batanghari juga merupakan area restorasi ekosistem pertama di Indonesia yang ditetapkan sejak 2008.
Sayangnya, di ekosistem hutan, ikan kerap dilupakan dalam upaya-upaya konservasi sumber daya alam. Sebab menurut Tedjo, fokus konservasi di hutan biasanya hanya pada mamalia besar, burung, atau flora di dalamnya. Padahal, kualitas ekosistem ikan menurut Tedjo juga bisa menjadi indikator kesehatan sebuah hutan,
“Padahal kalau kita cermati lebih dalam, ikan juga bisa menjadi indikator kesehatan sungai, dan kesehatan sungai bisa menjadi indikator kesehatan hutannya,” ujar Tedjo.
ADVERTISEMENT
Saat ini, hutan Jambi menurutnya berhadapan dengan ancaman illegal logging yang serius. Hal ini menurut Tedjo membuat tidak adanya penahan materi tanah ketika hujan. Sehingga akan terjadi air limpasan yang masuk ke aliran sungai, dan itu akan mengakibatkan penumpukan sedimen.
“Dimulai dari sedimen, pendangkalan, maka masalah lainnya akan timbul,” lanjutnya.
Beberapa masalah yang timbul di antaranya akan berkurangnya keragaman ikan, sebab ada beberapa ikan yang hidupnya sangat bergantung pada naungan-naungan pohon. Sedimen juga bisa membuat lumpur-lumpur menumpuk di insang ikan yang membuatnya tidak bisa bertahan.
“Vegetasi terbuka juga akan menyebabkan suhu naik. Kalau suhu naik, pasti oksigen akan menurun,” ujarnya.
Akibatnya, hanya ikan-ikan yang bisa mengambil oksigen langsung dari udara yang bisa bertahan. Sementara ikan-ikan yang hanya mengandalkan oksigen dari dalam air akan tersisih.
ADVERTISEMENT
Ikan-ikan di Hutan Jambi
Ikan Sepat Mutiara. Foto: Pixabay.
Berbulan-bulan Tedjo Sukmono menyusuri hutan di Jambi untuk meneliti ikan-ikan air tawar di dalamnya. Di hutan Harapan, Tedjo melakukan penelitian di beberapa titik, seperti di sungai Kandang dia menemukan 38 spesies ikan, danau 41 hanya 2 spesies, danau Rohani 7 spesies, sungai Kapas yang merupakan sungai utama di hutan Harapan terdapat 111 spesies, danau Tiung Luput 24 spesies, danau Camp 28 spesies, danau Klompang 19 spesies, serta sungai Lalan ada 33 spesies.
Tedjo menemukan fenomena menarik di Danau 41 yang menyerupai sumur raksasa dengan diameter sekitar 60 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter lebih. Namun dalam habitat sebesar itu, ternyata hanya dijumpai dua spesies ikan, yakni gabus dan sepat.
ADVERTISEMENT
Setelah diteliti, ternyata di sekeliling danau terdapat material yang masuk ke dalam danau yang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen di dalam air. Gabus dan sepat, ternyata memiliki organ tambahan yang bisa mengambil oksigen dari udara, itulah yang membuat dua spesies ikan ini bisa bertahan.
“Dan ikan gabus yang ada di sini, pada saat kami periksa, semua insangnya rusak,” ujar Tedjo.
Sedangkan di bufferzone TNBT, sebaran ikan yang ditemukan oleh Tedjo cukup merata. Ada beberapa titik yang dia teliti, seperti sungai Kemumu yang ditemukan 32 spesies, Mangatai ada 31 spesies, Sekalo 34 spesies, rawa 31 2 spesies, serta rawa Gajah ada 4 spesies.
Secara keseluruhan, ikan di hutan Harapan yang tercatat ada 123 spesies, 63 genus, dan 23 family. Sedangkan di Bufferzone TNBT ada 83 spesies, 40 genus, dan 19 family. Artinya, lebih dari 40 persen ikan di Jambi, terdapat di hutan Harapan. Menariknya lagi, 100 persen ikan yang ditemukan merupakan ikan asli, tidak ditemukan adanya ikan-ikan introduksi selama Tedjo melakukan penelitian.
ADVERTISEMENT
“Jika dibandingkan luas hutan Harapan dengan luas Jambi, maka ini potensinya besar sekali. Karena selama ini kita jarang meneliti ikan di dalam hutan,” ujarnya.
Ikan-ikan yang ditemukan juga beragam, ada yang merupakan ikan hias ada juga ikan konsumsi. Beberapa ikan hias asli Jambi yang tercatat di antaranya gurami cokelat (S. osphromenoides), sepat mutiara (Trichopodus leerii), ikan sumatera (Puntius tetrazona), Luciocephalus pulcher, Macrognathus aculeatus, (buntal air tawar) Tetraodon leiurus, cupang (Betta picta), Puntius fineatus, jenis ikan botia dan sebagainya.
“Kita tahu kalau Jambi merupakan sentra ikan hias di Indonesia, tetapi masih mengandalkan tangkapan di alam. Ini belum dilakukan domestikasi atau pembudidayaan,” ujarnya.
Selain ikan hias, ada juga ikan-ikan konsumsi asli Jambi yang terdapat di dalam hutan, misalnya gurami, tembakang, tomang, baung, betutu, tilan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ancaman Kebakaran Hutan Terhadap Ikan Asli Jambi
Kebakaran hutan dan lahan yang sangat tinggi di Jambi menjadi ancaman serius untuk ikan-ikan asli Jambi. Ketika hutan terbakar, secara otomatis suhu air akan naik, dengan naiknya suhu air, maka ikan tak bisa lagi bertahan. Kebakaran hutan yang menghabiskan tanaman di dalam hutan juga mempercepat sedimentasi.
“Bisa jadi, karena kebakaran hutan, ini adalah ikan-ikan terakhir yang kita tangkap,” ujar Tedjo.
Kompleksnya masalah yang ada, perlu kerja sama beberapa pihak untuk melakukan upaya konservasi ikan-ikan asli Jambi. Misalnya domestikasi yang merupakan kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), zonasi yang merupakan kewenangan dari KLHK, preservasi MZB renah LIPI, serta sistem informasi.
“Harus ada sinergi dari semua pihak, tidak bisa sendiri-sendiri untuk melakukan konservasi ikan native Jambi ini mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi,” ujar Tedjo Sukmono. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT