Industri Film Indonesia Harus Siap Perang, Tahun Depan Bakal Digempur Film Luar

Konten Media Partner
3 Desember 2022 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Festival JAFF, Budi Irawanto saat konferensi pers penutupan JAFF 2022, Sabtu (3/12). Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Festival JAFF, Budi Irawanto saat konferensi pers penutupan JAFF 2022, Sabtu (3/12). Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
Presiden Festival Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), Budi Irawanto, mengatakan bahwa tahun ini menjadi titik kebangkitan industri film nasional setelah sempat terpuruk selama pandemi 2 tahun terakhir. Meski begitu, di sisi lain pandemi juga menjadi semacam inkubator bagi industri film di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dua tahun pandemi menjadi momentum para filmmaker tanah air berbenah untuk melahirkan karya-karya terbaik mereka.
“Situasi pandemi adalah semacam inkubasi dan melahirkan karya-karya yang bernas,” kata Budi Irawanto dalam konferensi pers penutupan JAFF 2022, Sabtu (3/12).
Sepanjang tahun 2022, sudah ada sekitar 160 judul film Indonesia yang tayang di bioskop. Dan 12 di antaranya berhasil mendapatkan penonton di atas 1 juta penonton, termasuk film ‘KKN di Desa Penari’, yang menjadi film horor Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa.
“Ini adalah kebangkitan industri film Indonesia setelah pandemi,” ujarnya.
Meski begitu, industri film Indonesia menurut dia juga mesti bersiap-siap dengan ancaman-ancaman lain, misalnya ancaman resesi dan inflasi yang diprediksi bakal mengakibatkan gejolak ekonomi global pada tahun depan.
ADVERTISEMENT
“Mudah-mudahan kita bisa melewati ini, karena kita baru saja bangkit dari pandemi kemarin,” kata Budi Irawanto.
Direktur Festival JAFF, Ifa Isfansyah (tengah) saat konferensi pers penutupan JAFF 2022, Sabtu (3/12). Foto: Widi RH Pradana
Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Festival JAFF, Ifa Isfansyah. Ifa mengatakan, tahun ini film-film Indonesia memang bisa dibilang berjaya di bioskop-bioskop di Indonesia. Tapi, para filmmaker tanah air menurut dia tidak boleh senang dan lengah dulu. Sebab, dia memprediksi tahun depan akan sangat banyak film-film luar yang masuk ke Indonesia dan akan menjadi pesaing berat film-film lokal.
“Harus dicatat bahwa tahun depan itu benar-benar peperangan yang sesungguhnya, karena tahun ini beberapa film dari luar ditahan kan rilisnya karena pandemi. Dan kemungkinan tahun depan akan sangat banyak film-film yang masuk,” kata Ifa Isfansyah.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Ifa mengatakan bahwa industri film Indonesia mesti meningkatkan SDM baik secara kualitas maupun kuantitas. Program-program yang berkaitan dengan peningkatan SDM perfilman menurut dia harus terus ditingkatkan sehingga bisa melahirkan film-film berkualitas yang bisa bersaing dengan film-film dari luar.
“Kemudian kualitas produksi, karena ke depan kita akan menghadapi persaingan kualitas,” kata dia.
Supaya perkembangan ini bisa lebih optimal, dukungan dari pemerintah juga dibutuhkan. Misalnya melalui kebijakan fiskal seperti insentif pajak untuk pembuat film seperti yang dilakukan banyak negara lain yang industri filmnya sudah maju.
“Sekarang di Indonesia tidak ada insentif. Pajak tontonan 11 persen, pinjam alat kena pajak, bayar orang kena pajak, tapi tidak ada insentif pajak untuk pembuat filmnya. Padahal buat film itu kan kasih uang gede kan buat negara,” kata Ifa Isfansyah.
ADVERTISEMENT