Konten Media Partner

Jogja Akan Ekspor 1500 Monyet Ekor Panjang untuk Riset Biomedis

13 Januari 2022 19:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti memeriksa bayi monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti memeriksa bayi monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY, Muhammad Wahyudi, mengatakan akan mengurangi populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dengan mengekspornya ke luar negeri untuk keperluan riset biomedis.
ADVERTISEMENT
Rencana pengurangan itu dilakukan setelah petugas Balai KSDA DIY melakukan peninjauan lapangan terkait laporan konflik antara monyet ekor panjang dengan masyarakat di Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, Selasa (11/1).
Pemanfaatan monyet ekor panjang di Jogja untuk biomedis sebenarnya sudah sempat dilaksanakan tahun kemarin. Hal itu dilaksanakan setelah keluar Keputusan Dirjen KSDAE tentang Pengambilan Tumbuhan Alam dan Penangkapan Satwa Liar Periode 2021, dimana Provinsi DIY mendapatkan kuota ekspor 300 ekor monyet ekor panjang untuk kepentingan biomedis melalui CV Primaco sebagai pihak ketiga yang melakukan penangkapan.
“Tahun 2021 kemarin sudah dipanen di wilayah Gunungkidul sebanyak 270,” kata Muhammad Wahyudi ketika dihubungi, Rabu (12/1).
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY, Muhammad Wahyudi, saat memberi sambutan pelepasliaran elang di Perbukitan Menoreh, Kulon Progo, DIY pada Rabu (6/10) lalu. Foto: Widi Erha Pradana
Jumlah monyet yang ditangkap masih di bawah kuota yang diberikan karena tidak ditemukannya habitat monyet ekor panjang ketika survei, meskipun saat itu juga banyak laporan keluhan dari masyarakat. Tahun ini, untuk melakukan pengendalian populasi, Balai KSDA DIY akan mengusulkan penambahan kuota monyet yang boleh ditangkap untuk dimanfaatkan dalam kepentingan medis.
ADVERTISEMENT
“Kami mengusulkan kuota monyet ekor panjang tahun ini sebanyak 1.500 ekor untuk dimanfaatkan sebagai biomedis,” lanjutnya.
Petugas dari BKSDA (kanan) bertemu dengan Kepala Desa dan warga Sriharjo, Imogiri, Bantul. Foto: Istimewa
Selain melakukan pengurangan populasi, Balai KSDA DIY juga akan membangun Pusat Konservasi Satwa Jawa Selatan (PKSJS) yang berfungsi sebagai penampungan sementara monyet ekor panjang. PKSJS ini nantinya akan dibangun di Suaka Margasatwa Paliyan, Kabupaten Gunungkidul dengan luas area mencapai 6 hektar.
“Dari luasan tersebut akan dibagun kandang khusus monyet ekor panjang seluas 2 hektar yang dapat menampung satwa sebanyak 5.000 sampai 6.000 ekor,” ujarnya.
Dengan adaya PKSJS ini, harapannya dapat mengurangi konflik antara masyarakat dengan monyet ekor panjang di wilayah DIY. Sebenarnya Balai KSDA DIY juga telah melakukan sejumlah upaya, sebab sebelumnya konflik masyarakat dengan monyet di wilayah DIY memang sudah kerap terjadi setiap tahun. Salah satu upaya yang telah dilakukan di antaranya melakukan pembagian bibit tanaman buah untuk pakan monyet serta bibit tanaman keras. Namun ternyata upaya itu belum berdampak secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Sempat juga ada usulan untuk melakukan kastrasi atau kebiri kepada individu monyet jantan untuk mengurangi tingkat kebuntingan pada individu betina. Usulan itu menurut Wahyudi memang bagus, namun sampai sekarang belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan anggaran.
“Karena metode pembatasan populasi dengan cara kebiri membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama, sehingga sampai sekarang belum diterapkan,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)