Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Jumpa dengan Yashinta Sekarwangi Mega, Anggota DPD RI DIY Termuda
13 Desember 2024 19:13 WIB
·
waktu baca 11 menitADVERTISEMENT
RA Yashinta Sekarwangi Mega, terpilih sebagai anggota DPD RI Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode 2024-2029. Usianya baru 28 tahun, dan menjadi Anggota DPD RI DIY termuda.
ADVERTISEMENT
Meski hadir sebagai pendatang baru, namun Yashinta berhasil mengamankan satu kursi DPD RI DIY bersama tokoh senior lain seperti GKR Hemas, Ahmad Syauqi, dan Hilmy Muhammad atau Gus Hilmy.
Yashinta meraih 470.211 suara atau setara 20,45 persen, hanya kalah dari GKR Hemas yang selalu terpilih selama 5 periode.
Yashinta memiliki garis keturunan dari Sri Sultan HB VIII. Dia adalah putri dari politikus senior PDI Perjuangan, Aria Bima, dan ibunya adalah RA Kartika Primartanti.
Jurnalis Pandangan Jogja berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Yashinta untuk membahas mengenai perjalanan karier politiknya, inspirasi, serta rencana besar yang ingin dia realisasikan selama menjabat sebagai Anggota DPD RI DIY.
Berikut hasil wawancara jurnalis Pandangan Jogja dengan RA Yashinta Sekarwangi Mega.
ADVERTISEMENT
Sekeren apa politik di mata Anda? Mengapa sebagai anak muda, Anda akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik?
Tentu aku pribadi sangat mengapresiasi dan punya harapan ketika anak-anak muda memilih untuk masuk ke parlemen. Karena hari ini kita bicara juga tentang Indonesia Emas 2045, dan aku melihat ketika tidak ada perwakilan anak-anak muda di parlemen maka Indonesia Emas 2045 itu akan rentan tidak berpihak kepada kepentingan anak-anak muda.
Di situlah aku jadi semangat untuk ikut memperjuangkan aspirasi teman-teman muda di parlemen sehingga kebijakan, program yang dibuat oleh Pemerintah Pusat itu bisa dirasakan oleh teman-teman muda.
Kenapa aku tertarik untuk masuk ke politik? Utamanya adalah karena kedua orang tuaku dari kecil selalu menanamkan pemahaman bahwa kita sebagai individu itu kita dikatakan kaya bukan karena materi, tapi ketika kita mampu menjadi individu yang berguna bagi masyarakat banyak.
ADVERTISEMENT
Kamu mau menjadi apa itu terserah. Dulu aku cita-citanya itu mau jadi guru, guru TK, guru SD kelas 1 sampai kelas 4. Tapi ternyata jalur hidup berkata lain, pada akhirnya aku memantapkan diri untuk terjun ke politik karena aku melihat sendiri bahwa politik ini tidak serta merta berbicara tentang kekuasaan atau keuntungan pribadi. Tapi ketika kita melihat politik sebagai medium untuk menyejahterakan masyarakat secara luas, di situlah aku percaya bahwa politik ini adalah pekerjaan yang memperjuangkan kemanusiaan.
Dan aku melihat pekerjaan politik ini sama seperti ibadah, aku sebagai umat Katolik juga melihat bahwa kerja kemanusiaan ini sama seperti yang diajarkan agamaku dan agama lainnya.
Dorongan lain mungkin salah satunya adalah dari kecil aku terpapar aktivitas politik praktis, karena kebetulan ayahku sekarang juga bekerja di DPR RI. Dari kecil aku melihat bagaimana beliau memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah, mungkin awalnya aku tidak mengerti apa sih tujuannya mendengarkan curhatan masyarakat. Tapi setelah aku tumbuh, di situ aku paham bahwa kerja-kerja politik ini adalah kerja memperjuangkan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Situasi apa yang membuat Anda berpikir untuk mau masuk ke politik praktis?
Sebelumnya aku bekerja di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Di situ aku belajar birokrasi pemerintah berjalan seperti apa, kita punya mitra, kita harus koordinasi seperti apa.
Aku melihat bahwa ketika kita berbincang dengan salah satu komisi di DPR RI, di situ aku melihat bahwa keputusan-keputusan politik inilah yang kemudian menentukan kebijakan pemerintah itu mau dibawa kemana dan seperti apa, dan berpihak kepada siapa. Di situ aku sadar bahwa wakil-wakil rakyat, wakil-wakil daerah ini punya andil dalam perumusan itu dan sebenarnya ini menjadi harapan masyarakat. Dan aku melihat bahwa ketika peran-peran itu tidak diisi oleh politisi-politisi yang memang punya komitmen selama lima tahun mengabdikan dirinya ke masyarakat, di situ aku kayak tergerak untuk memajukan pendidikan, kayaknya akan lebih maksimal ketika aku duduk di dalam perumusan proses kebijakan.
ADVERTISEMENT
Sampai sekarang aku masih mau jadi guru, tapi ya mungkin nanti ya, enggak sekarang, kita lihat lima tahun ke depan, bakal seperti apa.
Sebagai anggota DPD termuda, bagaimana interaksi Anda dengan anggota DPD lain yang sudah lebih senior, apakah ada gap generasi?
Di DIY ada Ibu GKR Hemas, ada Pak Syauqi, ada Pak Hilmy. Puji Tuhan, komunikasi saya dengan beliau-beliau sangat baik. Beliau-beliau pun juga surprisingly sangat mau mendengarkan dan mencari solusi, bagaimana nih kamu sebagai perwakilan yang muda, kita yang senior-senior juga diberi pemahaman supaya bisa merumuskan bersama, apa sih yang terbaik untuk DIY selanjutnya. Dan komunikasi itu terus terjalin sehingga DIY puji Tuhan kompak. Apalagi Ibu Gusti Kanjeng Ratu sekarang pimpinan di DPD RI, jadi kita berharap DIY bisa lebih optimal lagi ke depan.
ADVERTISEMENT
Yang ditakutkan awalnya kan ada gap generasi dan usia, apalagi dengan Ibu Gusti Kanjeng Ratu, itu saya juga pekewuh kan, tapi ternyata semuanya berjalan dengan baik, cair.
Saya kan baru nikah juga. Nah, beliau-beliau yang sudah senior ini memberi wejangan-wejangan, bagaimana menghadapi pernikahan, satu tahun pertama itu seperti apa. Apalagi mengimbangi peran baru sebagai istri dan juga anggota dewan. Terutama Ibu Ratu sudah beberapa periode, jadi beliau punya strateginya sendiri. Nah di situ lah saya melihat beliau-beliau ini sebagai orang tua saya dalam meng-guide saya dalam dunia perpolitikan.
Anda sudah resmi dilantik sejak 1 Oktober kemarin. Apa perbedaan yang Anda rasakan?
Yang pertama aku bersyukur. Tapi yang kedua di situ ada 470.211 suara yang isinya harapan-harapan masyarakat di DIY. Di situlah menjadi tantangan aku dan PR ku untuk 5 tahun ke depan merealisasikan aspirasi-aspirasi tersebut secara berkala. Walaupun aku yakin namanya proses politik enggak akan semuanya mulus sesuai apa yang kita mau. Di situ ada hal-hal lain yang kadang kita tahu kapan kita harus maju, kapan kita harus mundur dulu untuk maju dua langkah ke depan.
ADVERTISEMENT
Di situ aku berkomitmen untuk memperjuangkan program dan janji-janji kampanye, serta aspirasi masyarakat.
Hal konkret apa yang akan Anda perjuangkan selama menjabat?
Yang utama adalah aku perempuan, masih muda, jadi aku mewakili teman-teman perempuan dan teman-teman muda di DIY. Tentu salah satu yang menjadi highlight aku adalah 3K, kekerasan, KDRT, dan klitih. Bagaimana kemudian ini bisa terkontrol dan menekan angkanya supaya masyarakat DIY utamanya perempuan dan anak-anak muda itu bisa hidup dengan aman dan nyaman. Tentu ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor, dan juga pendekatan masyarakat ketika kita bicara soal klitih.
Yang kedua juga terkait dengan pendidikan untuk kaum difabel. Karena ketika kita bicara pendidikan, realitanya hari ini di Indonesia tidak seluruh lapisan masyarakat punya akses yang sama terhadap pendidikan. Jangankan difabel, masyarakat yang masih tergolong miskin pun mereka belum punya akses yang sama untuk sekadar sekolah, semuanya masih dipersulit, fasilitas belum maksimal, utamanya adalah teman-teman difabel.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi perhatian juga, karena setiap turun ke lapangan kita pasti ada beberapa agenda yang menemui teman-teman difabel. Hari ini aku menjadi pembina Yayasan Sadar Belajar, mereka teman-teman yang punya komitmen untuk mengajar, menjadi relawan teman-teman yang memiliki keterbatasan.
PR ku hari ini adalah mengawal kebijakan supaya kebijakan terkait pendidikan ini berpihak pada teman-teman difabel. Itu yang akan saya perjuangkan di 1 tahun ini.
Sejak dilantik, apakah sudah ada agenda yang Anda kerjakan terkait dengan kepentingan anak muda?
Yang paling baru kemarin kita sempat ada workshop pembuatan parfum, tujuannya bukan serta merta supaya seru-seruan, tapi ada makna tersendiri bahwa salah satu problem anak muda hari ini terlilit pinjol dan judol. Banyak anak muda rentang 19 sampai 32 tahun mereka ikut judol dan terjerat pinjol.
ADVERTISEMENT
Dari kegiatan-kegiatan seperti itu, harapannya adalah menjadi pertimbangan teman-teman muda untuk mencari pendapatan ekstra. Yang masih sekolah atau mahasiswa mungkin bisa bikin parfum untuk dijual, karena hari ini kita anak muda itu kan sangat mengikuti lifestyle. Ini bagaimana caranya teman-teman jangan sampai memutuskan untuk pinjol atau paylater, baiknya bikin usaha kecil-kecilan. Parfum ini kan salah satu kesukaan anak muda harus wangi ke mana-mana, jadi kita gunakan cara itu supaya teman-teman yang hadir bisa menerapkan untuk mendapatkan uang tambahan.
Salah satu program kampanye Anda adalah ‘Jogja Sanes GTA’. Apa yang akan Anda lakukan untuk menekan angka kriminalitas jalanan di Jogja?
Tentu yang akan saya lakukan adalah mendorong kegiatan-kegiatan preventif. Tentu saya enggak bisa jalan sendirian, sehingga saya akan melibatkan pemerintah daerah dan juga APH, dan tentunya kolaborasi dengan masyarakat setempat dalam bentuk sosialisasi. Mau enggak mau kita harus mensosialisasikan apa yang menjadi aturan-aturan supaya sanksi itu jelas. Sebab kalau masyarakat sudah tahu ada sanksi, pasti keinginan untuk melakukan perbuatan yang tidak seharusnya itu akan menurun, walaupun harus ada pendampingan dan monitoring.
ADVERTISEMENT
Kenapa kemudian saya pilih nama Jogja Sanes GTA? Sebenarnya ini juga brainstorming dan diskusi dengan teman-teman tim. Karena saya melihat adanya klitih, lalu kekerasan-kekerasan lainnya, belum lagi tawuran, itu menggambarkan suasana game GTA. Dan memang kayak anak-anak muda itu kan sangat familiar dengan game GTA ini. Makanya supaya catchy, kita rumuskan program Jogja Sanes GTA.
Salah satu program kampanye Anda yang lain adalah ‘Legislasi Kebak Isi’, yang bertujuan mendorong implementasi Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan Undang-Undang Keistimewaan, dengan fokus meningkatkan kesejahteraan seniman dan pelaku budaya. Menurut Anda, poin mana yang akan Anda perbaiki?
Saya tidak mengatakan itu kurang, tapi bagaimana kemudian Undang-Undang itu betul-betul bisa dirasakan dan diakses oleh masyarakat di DIY, khususnya pelaku seni budaya. Bagaimana supaya pelaku seni dan budaya punya akses terhadap apa yang disampaikan di dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan Undang-Undang Keistimewaan itu, tentu kita bisa mengakomodasi dengan cara mendampingi dan mensosialisasikan bagaimana caranya untuk mengakses itu.
ADVERTISEMENT
Karena yang saya temukan di lapangan, terkait akses terhadap Danais misalnya, itu tidak disampaikan secara transparan karena mungkin tidak semuanya telaten untuk melakukan sosialisasi. Hal ini menjadi tantangan dan menjadi PR saya sendiri ketika turun ke masyarakat.
Selain mengenai Danais, apakah ada Undang-Undang lain yang sekarang perlu Anda perjuangkan?
Salah satu Undang-Undang yang saya perjuangkan terkait dengan waste management, pengelolaan sampah. Karena saya merasa bahwa hari ini Jogja sudah darurat sampah, sebetulnya tidak hanya di DIY, tapi lingkup nasional. Namun, kembali lagi bagaimana waste management ini memang betul-betul menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Salah satu tantangan anggota dewan juga untuk menyuarakan hal-hal ini supaya menjadi perhatian dan Undang-Undang itu bisa disahkan, minimal masuk pembahasan.
ADVERTISEMENT
Kemarin, setelah dilantik kita membahas tentang Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Ada beberapa Undang-Undang yang memang masuk untuk pembahasan salah satunya waste management yang memang aku suarakan. Jadi aku sepakat untuk mengawal itu, sampai itu jadi hal yang akan dibahas di level DPR. Karena DPD ini kan tugasnya merekomendasikan. Kembali lagi yang mengesahkan nanti DPR RI. Gimana kita sebagai anggota DPD RI itu memang punya kemauan untuk mengawal undang-undang yang menjadi prioritas.
Menurut program, sebenarnya kita sepakat untuk mengawal dan memperjuangkan. Tapi kadang-kadang, kita harus tahu kapan kita harus mundur selangkah atau untuk persiapan maju dua langkah lebih cepat. Ada politik-politik yang tidak bisa kita terlalu ikut campur karena ada di level elit.
ADVERTISEMENT
Menurut Anda, mengapa anak muda perlu terjun ke dunia politik, setidaknya tidak apatis soal politik?
Aku melihat bahwa anak muda hari ini punya urgensi untuk ikut bersuara di dalam proses pengambilan kebijakan di Indonesia. Karena semua politisi, semua kandidat yang maju Pemilu, Pilkada, semuanya selalu bawa jargon Indonesia Emas 2045. Yang aku tidak inginkan adalah jangan sampai kita, teman-teman muda, hanya dijadikan roda-roda untuk mencapai kekuasaan politik. Sementara Indonesia Emas 2045 ini, kemudian malah bikin kita jadi generasi yang gak berguna. Jadi kita gak diuntungkan. Padahal kan kita ikut bersuara di dalam pencoblosan itu. Jadi sudah seharusnya ketika kita coblos, kita juga punya hak untuk menyampaikan apa yang menjadi keresahan-keresahan dan harapan kita. Di situ lah Anggota Dewan berperan untuk menjaring aspirasi.
ADVERTISEMENT
Makanya tadi ketika ketemu teman-teman muda yang sekarang sudah mengisi parlemen, itu aku sudah punya harapan baru. Tapi tentu teman-teman muda yang belum berkecimpung di dunia politik pun juga punya hak yang sama untuk menyampaikan keresahannya, dari secara langsung maupun di media sosial. Karena hari ini aku juga melihat bahwa pemerintahan sebelumnya yang utamanya “no viral, no justice”. Jadi pemerintah itu cenderung membuat kebijakan quote-unquote viral based policy. Nah itu kan berarti suara-suara teman-teman di media sosial itu kan sangat diperhitungkan. Maka dari itu, misalnya kamu bukan mahasiswa yang suka demo, turun ke lapangan langsung, gak apa-apa. Suarakan apa yang menjadi keresahan kamu lewat media sosial, selama masih terukur, tidak menyerang pribadi, dan tetap mengedepankan literasi bermedia sosial yang baik.
ADVERTISEMENT
Karena kebijakan pemerintah hari ini itu menentukan harga kita besok liburan, harga kita beli kopi, kita mau healing-healing, itu kan semua sebetulnya bisa, kita harus set budget segitu, itu semua dipengaruhi oleh kebijakan yang dihasilkan pemerintah.
Makanya di situ aku mengajak teman-teman muda untuk tetap melek situasi politik kita hari ini, dan menurutku tren kemarin, aksi-aksi yang dilakukan teman-teman muda ini menunjukkan tren positif bahwa tidak semuanya apatis lagi.
Apakah ada pesan yang ingin disampaikan untuk anak-anak muda?
Saya melihat bahwa anak muda hari ini punya agency untuk ikut bersuara di dalam proses pengambilan kebijakan di Indonesia. Ketika ketemu temen-temen muda yang sekarang sudah mengisi parlemen itu saya sudah punya harapan baru tapi tentu teman-teman muda yang belum pun dapat hak yang sama untuk menyuarakan aspirasinya baik secara langsung maupun media sosial.
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemerintah hari ini itu menentukan harga kita besok liburan, harga kita beli kopi, kita mau healing healing itu kan semua dipengaruhi oleh kebijakan yang menghasilkan pemerintah. Maka dari itu, saya mengajak teman-teman juga untuk tetap melek situasi politik kita hari ini dan menurut saya tren kemarin aksi-aksi yang dilakukan teman-teman muda ini menunjukkan tren positif bahwa tidak semuanya apatis lagi.