Konten Media Partner

Kadisbud DIY: ke Depan Harus Ada Lomba Dongeng untuk Ortu di Jogja Mendongeng

1 Juli 2024 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu penampil di Jogja Mendongeng 2024, Atika Zahra Ratifa. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu penampil di Jogja Mendongeng 2024, Atika Zahra Ratifa. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Potensi dongeng di Jogja luar biasa sehingga orang tua wajib membacakan dongeng bagi anak-anaknya agar substansi dan keistimewaan Jogja terus menjalar ke generasi selanjutnya. Ke depan musti ada lomba dongeng khusus untuk orang tua.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dian Lakshmi Pratiwi saat acara Jogja Mendongeng 2024 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Jogja, Minggu (30/6).
“Kesempatan inilah yang harus kita manfaatkan untuk menggali kemampuan kita mendongeng, bahwa di dalam konten atau substansi mendongeng tentu banyak nilai-nilai kebaikan yang akan ditularkan dari orang tua. Nilai-nilai itulah yang kami yakini masih akan sangat diperlukan dengan tantangan di Jogja dan Indonesia ke depannya,” ungkap Dian.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Dian juga berharap, ke depannya lomba dan pentas mendongeng tidak hanya diikuti oleh anak-anak saja. Orang tua juga perlu dibuatkan perlombaan khusus untuk mendorong kemampuan mereka agar dapat mengolah dongeng terhadap anak-anak mereka.
“Ke depannya nanti tantangannya kita adakan lomba mendongeng untuk orang tua karena dari orang tua itu akan menular ke anak. Ketika orang tua pintar mendongeng, itu akan turun ke anaknya. Jangan khawatir, Jogja punya cukup banyak substansi. Akhirnya semua cerita dan dongeng yang membuat Jogja istimewa akan tertransfer ke anak-anak,” papar Dian.
Salah satu pendongeng profesional yang turut hadir di Jogja Mendongeng 2024, Kak Ojan. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Di tahun kedua Jogja Mendongeng yang merupakan kerja sama antara Kundha Kabudayaan dan Lembaga Edutania, salah satu kuratornya, Damai Sagita Krissandi, juga menyampaikan hal yang senada dengan Dian.
ADVERTISEMENT
Pria yang populer disapa Kak Damai, membuat kesepakatan dengan para audience yang hadir dalam acara, bahwa orang tua wajib mendongeng di rumah untuk anak-anak mereka, dan anak-anak juga harus berani meminta orang tuanya untuk berdongeng.
“Kami ingin mendongeng hadir di setiap keluarga di rumah. Maka, Kak Damai ingin buat dua kesepakatan. Yang pertama, untuk anak, Kak Damai ingin anak-anak minta didongengi. Yang kedua, Bapak dan Ibu harus mau mendongeng, kita semua adalah guru, kita semua adalah pendongeng,” kata Damai.
Salah satu pendongeng cilik di Jogja Mendongeng 2024, Nurlaila Nikmah Afina. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Baginya, proses mendongeng dari orang tua kepada anaknya mampu menurunkan hal-hal yang terlalu abstrak bagi seorang anak menjadi suatu nilai yang konkret atau dapat ditiru oleh sang anak.
Damai menjelaskan bahwa respon masyarakat Jogja perihal dongeng itu sangat besar jika melihat antusias dari acara ini. Dengan kapasitas ruangan sekitar 200 orang, antusias masyarakat begitu besar sehingga ada banyak sekali orang yang tidak mendapatkan reservasi tiket masuk.
Pendongeng tunarungu, Bawayang. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Soal antusias tersebut, Kepala Bidang Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Dinas Kebudayaan DIY, Rully Andriadi menyatakan bahwa dongeng tetap dapat menjadi opsi edukasi bagi masyarakat Jogja walaupun dengan adanya kemajuan teknologi.
ADVERTISEMENT
“Potensi dongeng di Jogja itu luar biasa, bahkan anak-anak masih antusias dengan dongeng. Di luar dugaan kami, selain mereka berbaur dengan teknologi, dongeng tetap menjadi alternatif,” kata Rully.
Para penampil di acara Jogja Mendongeng 2024 ini adalah pendongeng profesional, yaitu Kak Ojan, Bawayang, dan Kahanane Project. Kemudian, ada juga 5 penampil dari 20 peserta yang telah diseleksi, yaitu Danendra & Daniswara, Joyse Alena Ronmatha, Farranisa Adya Aznii, Nurlaila Nikmah Afina, dan Atika Zahra Ratifa.