Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kali Progo Tercemar Mikroplastik karena Sampah Popok Bayi sampai Kasur
28 Mei 2023 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Cemaran mikroplastik di Sungai Progo yang sebagian besar melintasi wilayah Daerah istimewa Yogyakarta (DIY), dinilai sudah mulai mengkhawatirkan. Bahkan, dari penelitian yang dilakukan oleh Lebreton pada 2017, Sungai Progo termasuk ke dalam daftar 20 sungai dengan input sampah plastik terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Dosen Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Inggita Utami, yang intens meneliti cemaran mikroplastik pada aliran Sungai Progo mengatakan, dengan adanya input sampah plastik, maka bisa dipastikan bahwa air sungai tersebut sudah tercemar oleh mikroplastik.
Adapun sumber pencemaran plastik utama ke sungai progo menurut Inggita berasal dari sampah rumah tangga dan pertanian. Misalnya popok bayi, di satu titik di Sungai Progo saja menurut dia pernah ditemukan lebih dari 200 buah popok bayi yang mana tidak semuanya sudah dibersihkan, sehingga banyak sekali yang masih ada kotorannya.
“Tidak hanya popok, ada juga pembalut, kain, kemudian pernah saya mendengar ada cerita dari mahasiswa saya ada yang buang kasur, buang baju itu sampai satu boks besar, dibuang ke Sungai Progo,” kata Inggita Utami dalam webinar memperingati World Migratory Bird Day (WMBD) 2023 yang digelar oleh Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) dan Endemic Indonesia Society (EIS) pada Sabtu (27/5).
Sampah-sampah plastik yang masuk ke Sungai Progo kemudian terdegradasi sehingga menjadi mikroplastik.
ADVERTISEMENT
Inggit mengatakan, dari penelitian yang dia lakukan pada 2020 di Sungai Progo yang melewati DIY, di kawasan hulu setelah Magelang memasuki Kulon Progo, jumlah partikel mikroplastiknya rata-rata sudah mencapai 276 partikel per kilogram sedimen. Jumlah ini menurut dia sudah termasuk tinggi karena sebelumnya Sungai Progo telah melewati Kabupaten Temanggung dan Magelang yang jumlah penduduknya bahkan lebih tinggi ketimbang Kulon Progo dan Bantul.
Sedangkan di kawasan tengah, rata-rata jumlah partikel mikroplastiknya mencapai 480 partikel tiap kilogram sedimen. Sedangkan di muara, jumlahnya meningkat menjadi 645 partikel tiap satu kilogram sedimen.
Pada 2022 kemarin, Inggita sempat melakukan analisis cemaran mikroplastik pada air Sungai Progo yang digunakan sebagai air baku oleh salah satu instalasi pengolahan air di Bantul. Dan ternyata, jumlah partikel mikroplastiknya sudah mencapai 3.456 partikel per liter air. Meski air tersebut sudah diolah, namun ternyata teknologi pengolahan tersebut hanya bisa mengurangi kandungan mikroplastik hanya sekitar 70 persen.
ADVERTISEMENT
“Jadi kandungan mikroplastik pada air yang didistribusikan ke masyarakat itu masih hampir mencapai 1.000 partikel per liter,” ujarnya.
Hal ini menurut dia menunjukkan bahwa meski Sungai Progo tidak seperti beberapa sungai lain di Yogya seperti Winongo, Gajahwong, atau Code yang melalui kawasan padat penduduk, bukan berarti Sungai Progo aman dari berbagai jenis cemaran, termasuk mikroplastik.
Area rural atau pedesaan dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti yang banyak dilewati Sungai Progo, menurutnya memang menghasilkan sampah plastik lebih sedikit ketimbang kawasan padat perkotaan. Namun, risiko terjadinya mis management dalam pengelolaan sampah plastik di pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan kawasan perkotaan yang sudah memiliki teknologi yang lebih canggih.
“Jadi kebocoran sampah plastik khususnya ke perairan itu akan jadi lebih besar di pedesaan atau kawasan-kawasan yang teknologinya belum secanggih di perkotaan,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, area pertanian yang banyak dilewati Sungai Progo ternyata juga menyumbang cemaran mikroplastik yang cukup tinggi. Mulai dari sampah plastik mulsa, polybag, atau bekas dari alat-alat pertanian yang lain.
“Ada juga kandungan-kandungan pupuk yang digunakan yang kemudian terbuang ke sungai sehingga juga menjadi salah satu penyumbang cemaran mikroplastik ini,” kata Inggita Utami.