Konten Media Partner

Kanker Payudara pada Pria Mayoritas Diketahui Setelah Stadium Lanjut

26 April 2021 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilsutrasi kanker payudara pada pria. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilsutrasi kanker payudara pada pria. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Kanker payudara menjadi kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan-perempuan di Indonesia. Pada 2019, jumlah penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 58.256 kasus, baru setelah itu diikuti kanker serviks 32.469 kasus, kanker paru-paru 30.023 kasus, kanker usus besar 30.017 kasus, serta kanker hati 18.468 kasus.
ADVERTISEMENT
Ancaman kanker payudara tidak hanya berlaku untuk perempuan, kaum pria juga tidak lepas dari risiko terkena kanker payudara meski risikonya relatif kecil. Ahli Bedah Payudara dari Rumah Sakit Onkologi Surabaya, dokter Bob J. Octovianus mengatakan, risiko laki-laki terkena kanker payudara adalah sekitar 1 persen.
Kanker payudara pada laki-laki menurutnya lebih sering dialami pada usia lanjut, antara 60 sampai 70 tahun.
“Penyebab kanker payudara pada pria belum diketahui pasti sampai sekarang,” kata dokter Bob dalam diskusi daring yang diadakan Bea Cukai Banyuwangi, Jumat (23/4).
Meski begitu, ada beberapa hal yang membuat risiko laki-laki terkena kanker payudara lebih besar. Faktor-faktor tersebut di antaranya karena memiliki keturunan mutasi genetik BRCA2, ada riwayat kanker payudara pada keluarga dekatnya, adanya ginekomastia, menderita kelainan genetik, serta adanya riwayat radiasi pada dada.
ADVERTISEMENT
Sayangnya risiko ini masih jarang dipahami, sehingga banyak kasus kanker pada pria baru diketahui ketika sudah masuk stadium lanjut. Banyak pria yang mengalami kanker payudara juga kerap mendiamkannya dan tidak segera menemui dokter ketika terdapat gejala seperti ada benjolan pada payudaranya.
“Akibatnya, kanker tersebut menjadi lebih sulit untuk ditangani,” lanjutnya.
Gejala kanker payudara pada laki-laki sebenarnya mirip dengan yang terjadi pada perempuan. Gejala-gejala tersebut di antaranya adanya benjolan pada payudara, perubahan warna kulit payudara seperti kemerahan, bersisik, berlesung, atau tertarik ke dalam, hal ini juga terjadi pada puting payudara.
Selain itu juga terjadi pembesaran kelenjar getah bening, khususnya pada bagian ketiak. Kanker payudara juga bisa menyebabkan nyeri tulang, terutama ketika tumor sudah mulai menyebar ke tulang.
ADVERTISEMENT
Namun gejala-gejala ini terjadi ketika kanker sudah ada di dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama. Ketika masih stadium awal, gejala-gejala ini tidak akan terasa sehingga mesti diperiksakan secara medis untuk mengetahuinya.
Satu dari Delapan Perempuan Berisiko Terkena Kanker Payudara
Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels
Di Indonesia, angka penderita kanker payudara mencapai 42,1 per 100.000 penduduk dengan rerata kematian 17 per 100.000 penduduk. Jawa Tengah menempati peringkat tertinggi di Indonesia dengan 11.511 kasus, diikuti oleh Jawa Timur dengan 9.688 kasus, Jawa Barat 6.701 kasus, DIY 4.325 kasus, serta DKI Jakarta 3.946 kasus.
“Dengan angka kejadian tersebut, diprediksi satu dari delapan wanita berisiko untuk mengalami kanker payudara dalam hidupnya,” kata Bob J. Octovianus.
Penyebab terbesarnya adalah faktor sporadic, atau interaksinya dengan lingkungan dengan tingkat risiko mencapai 70 sampai 80 persen. Sedangkan faktor keturunan yang selama ini sering disebut-sebut sebagai penyebab utama kanker payudara ternyata tingkat risikonya hanya sebesar 10 sampai 15 persen saja.
ADVERTISEMENT
“Dari kasus itu, 40 sampai 50 persen dapat dicegah dengan pola hidup sehat,” ujarnya.
Secara umum, Bob memisahkan faktor-faktor penyebab kanker payudara ke dalam dua bagian, yakni faktor yang dapat dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan. Faktor risiko yang bisa dikendalikan di antaranya berat badan, diet atau pola makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan rokok, stress dan cemas, serta paparan esterogen eksternal.
Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan di antaranya gender dimana perempuan lebih berisiko terkena kanker payudara, usia, riwayat keluarga, riwayat sakit kanker payudara, riwayat terapi radiasi pada dada, perubahan sel abnormal payudara, serta paparan estrogen internal.
“Jadi faktor yang bisa kita kontrol adalah berolahraga, menjaga makanan yang sehat, tidak merokok dan konsumsi alkohol, dan menjaga berat badan yang ideal,” kata dokter Bob J. Octovianus.
ADVERTISEMENT