Kekalutan Relawan Covid: Saya Lihat Kejadian Kayak di China Itu Nyata!

Konten Media Partner
15 Juli 2021 15:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Dia langsung ambruk, seperti video waktu awal-awal Covid waktu di China itu sekarang terjadi nyata,” kata Wahyu Gunawan, Koordinator MCCC Sewon Utara.
Seorang pasien Covid-19 tersungkur di pinggir jalan di depan posko MCCC Sewon Utara. Foto: Dokumen Wahyu Gunawan
Selasa malam (6/7) menjadi malam yang mengerikan sekaligus menegangkan bagi Wahyu Gunawan Wibisono dan relawan Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) Sewon Utara, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekitar jam setengah 12 malam, seorang pasien COVID-19 laki-laki tiba di depan rumah Wahyu yang dijadikan posko MCCC Sewon Utara dalam keadaan lunglai.
ADVERTISEMENT
Pasien tersebut tiba bersama istrinya menggunakan taksi online dari rumahnya. Dipapah oleh sang istri, pasien tersebut berjalan tertatih-tatih menuju posko MCCC. Namun belum sampai posko, masih berada di trotoar, pasien tersebut tersungkur karena napasnya yang makin sulit.
“Dia langsung ambruk, seperti video waktu awal-awal Covid waktu di China itu sekarang terjadi nyata,” kata Wahyu Gunawan yang merupakan Koordinator MCCC Sewon Utara, Kamis (8/7).
Foto: Dokumen Wahyu Gunawan
Semua relawan yang baru saja pulang setelah memakamkan jenazah COVID-19, langsung dikejutkan dengan peristiwa itu. Dengan sigap, semua relawan yang ada di posko tersebut langsung lari tergopoh-gopoh menuju sang pasien untuk memberikan pertolongan pertama.
Tahu pasien tersebut mengalami sesak napas, para relawan langsung membantu pernapasannya menggunakan oksigen yang tersedia di posko. Selama kurang lebih setengah jam, pasien tersebut dirawat di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya posko memiliki satu unit mobil ambulans, tetapi saat itu stretchernya sedang dipinjam oleh RSUP Dr. Sardjito karena di saat bersamaan RS juga sedang kehabisan bangsal sehingga stretcher (tandu) ambulans mereka dipinjam.
“Bangsal Sardjito yang tenda itu kan kehabisan bed, akhirnya pakai stretcher saya. Itu kejadian luar biasa, hampir separuh anggota posko kami melihat langsung,” ujarnya.
Supaya tak terlalu lama dirawat di pinggir jalan, Wahyu langsung menghubungi pihak Puskesmas Sewon II untuk meminjam ambulans mereka supaya pasien bisa diberi penanganan awal yang layak. Setelah ambulans datang, para relawan kemudian membawanya ke RSUP Dr. Sardjito.
Menurut Wahyu, fasilitas kesehatan di DIY sudah mulai kewalahan sekitar tanggal 5 Juni. Saat itu, para relawan mulai kesulitan mendapatkan tempat tidur di RS untuk pasien COVID-19 yang mereka tangani. Beberapa RS rujukan COVID-19 yang dihubungi, tak bisa menerima pasien, dan situasi itu semakin sulit hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
“Belum sapai bangsal, baru di selasar IGD itu sudah penuh. Jadi kuota ruang isolasi itu bisa gerak hanya jika ada yang meninggal, yang sembuh memang ada tapi tidak seberapa jumlahnya,” kata Wahyu Gunawan Wibisono.
Menjadi Teman, Pengusap Punggung
Lurah Wahyudi memberi bantuan oksigen untuk salah satu warganya. Foto: Widi Erha Pradana
Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Desa Panggungharjo, Kapanewon Bantul, DIY, yang menjadi relawan di Shelter Gabungan Penanganan COVID-19 Kapanewon Sewon menyaksaikan banyak kematian di sekitarnya. Tapi ia terus saja berusaha, apa saja, untuk menyelamatkan atau sekadar meringankan beban penderita dan keluarga. Salah satunya bergerak memberi bantuan oksigen bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Wahyudi berkata, apa yang ia kerjakan, secara pendekatan medis, pemberian oksigenasi dengan waktu yang relatif singkat sebenarnya sulit untuk mengembalikan saturasi ke posisi normal. Tapi ada hal lain yang lebih penting bagi seorang pasien dalam situasi darurat seperti sekarang, yakni kehadiran seorang teman di sebelahnya.
ADVERTISEMENT
Kunjungan untuk memberikan obat-obatan dan oksigen sekadarnya, sebenarnya hanya menjadi alat untuk mengembalikan lagi semangat hidup seseorang yang sedang berada dalam kesendirian dan ketidakpastian. Kehadiran itu menjadi penting bagi seorang pasien yang sedang dalam situasi tak tahu lagi harus ke mana, kepada siapa harus berkeluh kesah, dan ketika tidak tahu lagi harus melakukan apa.
“Dan bahkan dalam kesendirian dan keterasingannya masih juga terbayang bagaimana nasib anak dan istrinya jika nantinya ajal menjemputnya,” ujar Wahyudi, alumni Fakultas Farmasi UGM.
Karena itu, kehadiran seseorang yang mau duduk di sampingnya, bersedia mendampingi dan mendengarkan keluh kesahnya, serta mengusap punggungnya ketika napas mulai tersengal, akan memberikan energi positif untuk memulihkan lagi semangat hidupnya.
ADVERTISEMENT
“Dan sebenarnya, sesederhana itulah yang diharapkan seseorang yang berada dalam ketidakberdayaan absolut,” ujarnya.