Kisah UMKM Jogja Nikmati Free Ongkir Ekspor sampai Dapat Order Rp 1 Miliar

Konten Media Partner
24 Februari 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banner launching free ongkir luar negeri tahun 2024 Diskop UKM DIY. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Banner launching free ongkir luar negeri tahun 2024 Diskop UKM DIY. Foto: ESP
ADVERTISEMENT
Agung Setiawan pemilik Woodeco Indonesia, sebuah UMKM kerajinan limbah kayu yang bermarkas di Bantul, Jogja, mengaku sebagai salah satu penerima terbesar fasilitas free ongkir ke Luar Negeri (LN) yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Pada 2021 lalu, saat program free ongkir LN ini dimulai, Agung gencar mengirimkan sampel-sampel produk ke buyer-buyer potensial yang ada di luar negeri. Setidaknya beberapa buyer di Amerika, Australia, dan Jepang ia kirim sampel produknya. Sekali kirim sampel biayanya berkisar Rp 500 – 1,2 juta.
“Sejak ada program free ongkir LN saya edan-edanan, gencar kirim sampel produk ke buyer-buyer potensial. Sampai saya di 2021 itu mungkin jadi penerima terbesar fasilitas itu. Saat itu 80 persen yang disubsidi dan maksimal berat 20 Kg. Setahun mungkin saya menghabiskan sampai Rp 100 juta,” kata Agung Setiawan saat Launching Program Free Ongkir LN tahun 2024 di Kantor Diskop UKM DIY, Kamis (22/2).
Agung Setiawan pemilik Woodeco Indonesia. Foto: ESP
Agung bercerita, pada 2021 itu, pesanan dari buyer setelah mendapat kiriman sampel produk memang belum terlalu banyak. Tapi pada 2022 telur besar pesanan menetas. Agung mulai dapat pesanan kontaineran pertama yang nilainya mencapai Rp 1 miliar per kontainer.
ADVERTISEMENT
“Rahasianya karena saya kirim master sampel. Sampel yang benar-benar bagus, jadi fasilitas free ongkir ini akhirnya bisa dapat pesanan kontanieran senilai milyaran,” kata Agung terkekeh.
Agung meminta pembaca membayangkan jika program free ongkir ke LN ini tidak ada. Setiap kirim sampel menghabiskan Rp 500 ribu – Rp 1 juta. Belum lagi ongkos produksi sampel produk. Bagi UMKM Jogja berorientasi ekspor yang baru merintis usaha, kirim-kirim sampel ke LN, jika tidak disubsidi oleh Diskop UKM DIY, sangatlah berat.
Kepala Diskop UKM DIY, Srie Nuskyatsiwi, saat membuka acara. Foto: ESP
Pada 2024 ini, Diskop UKM DIY kembali meluncurkan program free ongkir LN dengan beberapa syarat sama seperti sebelum-sebelumnya yakni maksimal sekali kirim 20 Kg, produk harus lolos kurasi markethub free ongkir LN, dan setiap UKM dapat melakukan pengiriman maksimal 10 kali dalam satu bulan.
ADVERTISEMENT
“Tahun ini tersedia fasilitasi pengiriman free ongkor ke LN sampai dengan 1.000 kilogram untuk UKM DIY dalam satu tahun,” kata Kepala Diskop UKM DIY, Srie Nuskyatsiwi.
Srie Nurkyatsiwi mengatakan Program Free Ongkir Ke luar negeri merupakan kesatuan rangkaian menginformasikan fasilitasi program Pemda DIY dengan dukungan Dana Keistimewaan untuk mendukung program UMKM Naik Kelas lewat membuka pasar ekspor di luar negeri.
Cerita Solobeat Drumstick
Iwa Sumanto pemilik brand Solobeat Drumstick. Foto: ESP
Solobeat Drumstick, sebuah brand stik drum dari Kota Yogya, setiap bulan pasti mengekspor produknya setidaknya ke 10 negara, di antaranya, Amerika, UK, Korea, Jepang, bahkan Nigeria. Setiap bulan pula sepanjang 2023 kemarin Iwa Sumanto, pemilik Solobeat, menikmati gratis ongkir ekspor dari Diskop UKM DIY.
“Kita hampir menggunakan full jatah gratis ongkirnya itu setiap bulan. Januari-Desember full. Bervariasi beratnya. Biaya ongkir bervariasi. Tapi tiap bulan bisa sampai Rp 5- 10 juta kita menikmati free ongkir LN ini. Kita kirim barang-barang kecil, stik drum dengan harga jual per biji 5-12 dolar AS,” kata Iwa.
Puluhan UMKM dan perwakilan asosiasi mengikuti acara launching free ongkir LN di DIskop UKM DIY. Foto: ESP
Kini Iwa mulai mengembangkan variasi produknya. Tahun ini ia mulai gencar memproduksi gitar untuk pasar ekspor. Pada April nanti ia bahkan akan melakukan pameran di Osaka, Jepang.
ADVERTISEMENT
“Semoga makin menambah nilai ekspor saya pada tahun ini,” kata Iwa.
Kripik Pisang Senilai Rp 1,5 Miliar
Sofyani Mirah. Foto: ESP
Sofyani Mirah, pemilik brand kripik pisang Banania fasih sekali bicara bagaimana kisahnya sukses mengekspor produknya ke luar negeri. Semua bermula dari fasilitas free ongkir LN Diskop UKM DIY pada 2021 lalu. Sama seperti Agung Setiawan pemilik Woodeco Indonesia, Sofyani rajin mengirimkan sampel-sampel produknya ke Malaysia, New Zealned, Mesir, Australia, Jepang, dan Jedah.
“Tahun 2023 lalu saya kirim ke Jepang 2 kali dan Malaysia 4 kali. Yang Malaysia sukses dapat MoU dengan nilai 100 ribu dolar AS atau Rp 1,5 miliar. Sudah mulai kirim-kirim produk, bertahap karena kami kan UMKM ya, kapasitas terbatas. Kirim pesanan sekarang lewat kapal, LCL nggak pakai kontainer,” kata Sofyani.
Kepala Diskop UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi secara simbolik menyerahkan kiriman pertama produk UKM Jogja ke LN kepada perwakilan PT POS Indonesia disaksikan perwaklan KADIN DIY, Robby Kusumaharta.
Bulan lalu Banania berkesempatan pameran di Jeddah selama 5 hari karena menjadi salah satu UMKM pilihan Kemenparekraf yang difasilitasi pameran di sana. Sepulang pameran ini Sofyani gencar menghubungi buyer-buyer yang sempat membeli produknya selama pameran di Jeddah.
ADVERTISEMENT
“Sudah ada 3 buyer yang minta dikirim. Untung hari ini sudah diluncurkan program free ongkirnya, jadi ya akan segera saya kirim semoga netas jadi order besar,” kata Sofyani.
100 peserta dari Jogja dan luar negeri yang mengikuti acara launching melalui Zoom. Foto: ESP
Selain itu pada Februari yang tinggal tersisa sepekan ini Sofyani juga akan kirim sampel produk ke New Zealand hasil dari business matching yang difasilitasi Diskop UKM DIY.
Peluncuran program free ongkir LN pada Kamis (22/2) lalu tak hanya dihadiri oleh puluhan UKM dan perwakilan asosiasi di Jogja namun juga oleh 100 peserta dari luar negeri yang mengikuti acara melalui zoom. Peserta dari luar negeri tersebut kebanyakan adalah para perwakilan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) dan perwakilan dari atase perdagangan (AtDag) di antaraya dari Mesir, Canberra, dan Jeddah.
ADVERTISEMENT