Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak Berlebih, Warga Yogya Banyak Idap Penyakit Tua

Konten Media Partner
14 Maret 2023 17:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seseorang menderita kanker. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang menderita kanker. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mencatat ada banyak warga DIY yang menderita penyakit degeneratif. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan jaringan organ seiring dengan penuaan, karena itu penyakit ini juga kerap disebut dengan penyakit tua. Beberapa jenis penyakit degeneratif ini misalnya diabetes melitus, asma, stroke, jantung, kanker, gagal ginjal kronis, hingga hipertensi.
ADVERTISEMENT
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) DIY tahun 2018 menyebutkan prevalensi penyakit-penyakit tersebut di DIY melampaui angka nasional.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari, mencontohkan tingginya prevalensi penderita kanker di DIY yang angkanya mencapai 4,9 orang per 1.000 populasi. Angka ini sekaligus menjadi yang paling tinggi secara nasional.
Setyarini mengatakan bahwa banyaknya penderita penyakit degeneratif di DIY ini disebabkan karena tingginya konsumsi gula, garam, dan lemak.
“Bahkan konsumsi gula warga DIY merupakan yang tertinggi di Indonesia,” kata Setyarini Hestu Lestari, Selasa (14/3).
Selain pola konsumsi yang terlalu banyak gula, garam, dan lemak, kesadaran warga DIY dalam melakukan deteksi dini menurutnya juga masih rendah.
“Banyak faktornya, seperti takut kalau tes ternyata punya potensi penyakit tertentu. Padahal kalau tesnya sejak dini, penyakit itu bisa diintervensi,” lanjutnya.
Ilustrasi gula. Foto: Pixabay
Dia juga mengatakan bahwa fasilitas kesehatan di tingkat dasar, seperti puskesmas, sudah memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan deteksi dini berbagai jenis penyakit. Tak cuma fasilitasnya yang semakin lengkap, petugas kesehatan yang ada di puskesmas juga sudah makin kompeten dan terampil.
ADVERTISEMENT
“Hanya saja masyarakat kurang memanfaatkannya,” ujarnya.
Usaha jemput bola menurutnya juga sudah dilakukan oleh puskesmas-puskesmas di DIY dalam melakukan deteksi dini ini. Misalnya, sejak seseorang berusia 15 tahun, maka sudah ada keharusan untuk melakukan tes kesehatan supaya potensi penyakit yang dia miliki bisa ditangani dengan baik.
Semakin cepat sebuah potensi penyakit diketahui, maka semakin besar penyakit tersebut bisa disembuhkan.
“Daripada sakitnya sudah tua dan malah menghabiskan banyak biaya karena perawatan penyakit degeneratif cukup tinggi, bisa ratusan juta rupiah. Jadi lebih baik deteksi dini,” kata Setyarini Hestu Lestari.