Konten Media Partner

Landung Simatupang di Pesta Cerita 2024: Jogja Tempat Menggodok Seniman Ternama

21 Agustus 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Landung Simatupang membacakan cerpen dari Antologi Cerpen Tutur Tumurun pada Pesta Cerita 2024 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (20/8). Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Landung Simatupang membacakan cerpen dari Antologi Cerpen Tutur Tumurun pada Pesta Cerita 2024 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (20/8). Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Seniman dan sastrawan ternama seperti W.S. Rendra, Kuntowijoyo, Putu Wijaya, Joko Pinurbo, dan Ariffin C. Noer, pernah berproses di Jogja, walaupun sebagian dari mereka tak lahir di Jogja. Hal itu dapat dilihat dari beberapa karya mereka yang mengangkat nilai dan budaya lokal Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Seorang Aktor, Landung Simatupang, menyebut kalau Jogja itu adalah "panci godok" bagi para sastrawan dan seniman. Landung menjelaskan kalau fenomena ini sudah berjalan sejak tahun 50-an, di mana saat itu Jogja dipadati oleh para penulis.
Para penonton sedang menyaksikan penampilan Landung Simatupang di Pesta Cerita 2024. Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
"Jogja ini seperti panci penggodok untuk orang-orang yang sekarang melejit namanya, tidak hanya di bidang sastra tapi juga kesenian," ucap Landung saat ditemui Pandangan Jogja pada Pentas Cerita 2024 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (20/8).
"Putu Wijaya dari Bali, Affandi dari Cirebon, Amri Yahya dari Palembang, Emha Ainun Najib dari Jawa Timur. Jadi, Jogja ini memang kancah penggodokan, terutama pada masa-masa pasca Proklamasi Kemerdekaan," sambung Landung.
Menurut Landung, alasan dari banyaknya sastrawan dan seniman yang datang ke Jogja untuk menggodok ilmu adalah karena suasana pergaulan di Jogja yang lebih hangat dibandingkan kota-kota lainnya.
ADVERTISEMENT
"Di Jogja ini orang bertemu orang itu masih lebih mudah. Menarik melihat manusia di Jogja ketimbang kota besar lain yang terlalu industrial dan bisnis. Banyak orang berutang budi pada Jogja, tapi jangan lupa Jogja juga menjadi besar karena orang-orang itu," jelas Landung.
Landung baru saja membawakan salah satu cerita pendek (cerpen) bertema folklor di acara Pesta Cerita 2024 yang diselenggarakan oleh TBY pada Selasa (20/8). Dia membawakan sebuah cerpen dari buku antologi cerpen Tutur Tumurun yang merupakan kompilasi 20 besar sayembara yang telah dilaksanakan sejak 20 Mei hingga 19 Juni lalu.
Kepala TBY, Titut Purwiati memberikan sambutan di Pesta Cerita 2024 yang diselenggarakan oleh TBY, Selasa (20/8). Foto: Nawalre Bujanadi/Pandangan Jogja
Tutur Tumurun merupakan sebuah program sayembara yang diselenggarakan oleh TBY dengan tujuan melestarikan cerita rakyat atau folklor di Jogja, serta mengarsipkannya agar memberikan akses keterbacaan yang lebih mudah bagi masyarakat luas untuk mengingat kembali cerita-cerita tentang Jogja di masa lampau.
ADVERTISEMENT
Sayembara ini telah diikuti oleh 70 penulis muda yang berdomisili di Jogja. Rencananya, di tahun yang akan datang pihak TBY akan menargetkan angka yang jauh lebih tinggi agar proses pengarsipan cerita rakyat dapat menjadi efisien bagi masyarakat Jogja.
"Nilai dalam folklor menjadi lebih teraktualisasi, lebih kekinian karena mereka menautkan persoalan generasi muda masa kini. Harapan kami dari diterbitkannya antologi cerpen Tutur Tumurun menjadi bagian penting pencatatan aktivitas seni budaya yang terus digali dan ditumbuh kembangkan," ucap Kepala TBY, Titut Purwiati saat memberikan sambutan di Pesta Cerita 2024.