Konten Media Partner

Mahasiswa UGM Temukan Kasus Siswa SLB Pacaran di Luar Batas, Bergumul di Ruangan

5 November 2023 17:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelajar SMA sedang pacaran. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelajar SMA sedang pacaran. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat (PM) Edukasi Seksual berdasarkan Social Emotional Learning (ESSEL), melakukan studi terkait perilaku seksual siswa tunagrahita atau keterbelakangan mental di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ketua tim tersebut, Faiqal Dima Hanif, mengatakan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan edukasi seksual kepada siswa penyandang tunagrahita supaya tidak menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual, termasuk perilaku seksual yang tidak sehat.
Dalam proses penelitian yang sudah dimulai sejak awal tahun ini, mereka menemukan cukup banyak kasus-kasus perilaku seksual tak sehat yang dilakukan oleh siswa penyandang tunagrahita.
“Misalnya mereka belum sah menikah tapi melakukan hal-hal yang mesum, seperti bergumul di suatu ruangan, berduaan, pacaran yang melebihi batas, dan kita banyak menemukan itu hal-hal seperti itu di dalam SLB,” kata Faiqal saat ditemui Pandangan Jogja awal pekan kemarin.
Ilustrasi pelajar SMA tengah pacaran. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ia menjelaskan bahwa secara biologis, remaja penyandang tunagrahita juga memiliki naluri seksual yang sama seperti orang-orang pada umumnya. Namun, mereka cenderung belum memahami batasan antarlawan jenis. Selain itu, remaja dengan tunagrahita juga cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Karena itulah para penyandang tunagrahita rentan menjadi korban kekerasan seksual orang-orang yang mencoba memanfaatkan kelemahan mereka.
“Mereka gampang dipengaruhi, misalnya dengan diajak main, dijanjikan atau diberi iming-iming sesuatu, permen, atau apapun oleh pelaku,” jelasnya.
Hal ini diperparah dengan masih minimnya edukasi seksual yang diberikan kepada para anak-anak dan remaja penyandang disabilitas tunagrahita, bahkan untuk anak-anak dan remaja secara umum.
Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA), angka kekerasan seksual yang dialami oleh penyandang disabilitas pada tahun 2021 mencapai angka 591 kasus. Namun, Faiqal tak yakin semua kasus kekerasan seksual yang dialami oleh penyandang tunagrahita maupun penyandang disabilitas secara umum telah terekam semuanya.
“Mungkin masih ada banyak kasus yang belum terekam,” kata dia.
Mahasiswa UGM memberikan edukasi seksual kepada pelajar penyandang disabilitas di salah satu SLB di Yogya. Foto: Dok. UGM
Setelah menemui banyak kasus kekerasan seksual dan perilaku seksual tak sehat yang dilakukan oleh para siswa SLB di Yogya, tim mahasiswa UGM kemudian memberikan edukasi seksual dengan metode social emotional learning (SEL) pada September silam.
ADVERTISEMENT
Selain Faiqal, ada juga empat mahasiswa UGM lain yang tergabung dalam tim penelitian tersebut, yakni Yunintria Imtihanah, Adira Zahra, Clara Widyatna, dan Kiara Maharani.
“Kami berusaha supaya anak-anak ini tidak menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual maupun perilaku seksual tak sehat. Dan yang perlu jadi catatan, program ini baru kami lakukan di satu SLB, kemungkinan di SLB lain juga banyak kasus serupa,” kata Faiqal.