Mahasiswa UMY yang Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Derita Sakit TBC

Konten Media Partner
28 Maret 2023 16:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jenazah mahasiswa UMY yang meninggal dunia di kamar kos dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta, Foto: Polres Bantul
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah mahasiswa UMY yang meninggal dunia di kamar kos dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta, Foto: Polres Bantul
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Keperawatan UMY, UA (21 tahun) yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar kosnya dalam keadaan membusuk pada Jumat (24/3) lalu diduga meninggal dunia karena sakit tuberkulosis (TBC).
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UMY, Faris Al-Fadhat. Faris mengatakan bahwa berdasarkan riwayat pengobatan dan informasi dari rumah sakit, UA dinyatakan positif mengidap TBC.
Faris juga mengungkapkan bahwa sebelum meninggal dunia, UA sempat berkomunikasi dengan pimpinan program studi dan dosen bahwa dia sedang menjalani pemeriksaan kesehatan di PKU Muhammadiyah Gamping.
“Sejak itu pihak kampus juga berkoordinasi dengan pihak PKU Gamping,” kata Faris dalam keterangan tertulis, Selasa (28/3).
Jenazah mahasiswa UMY yang meninggal dunia di kamar kos dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta, Foto: Polres Bantul
Sebelum ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, pada 13 Februari 2023, UA juga sudah mengajukan izin sakit kepada dosennya beserta surat keterangan sakit dari klinik setempat. Dua minggu setelahnya, UA menghubungi Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang menerangkan bahwa kondisi kesehatannya semakin menurun, DPA nya pun meminta UA untuk kembali melakukan cek kesehatan.
ADVERTISEMENT
“UA sempat kembali mengikuti perkuliahan setelah kondisinya membaik,” lanjutnya.
Pada 14 Maret 2023, UA sempat diantar oleh temannya untuk melakukan pemeriksaan ke PKU Muhammadiyah Gamping. Hingga hari Jumat 17 Maret 2023, UA masih mengikuti perkuliahan seperti biasa.
Sehari setelahnya, UA kembali mengajukan izin sakit, namun saat ditanya terkait penyakitnya, UA tidak menjawab. Pada tanggal 20 Maret 2023, UA tidak mengikuti ujian, dan sore harinya UA masih mengirim pesan pada temannya terkait perkuliahan. Saat dihubungi pada 24 Maret 2023 oleh dosen pembimbingnya, UA sudah tidak membalas.
Kronologi ini menurut Faris selaras dengan pernyataan salah seorang teman UA, yang mengatakan bahwa dia masih sempat berhubungan dengan UA melalui WhatsApp hingga UA sudah tidak membalas pesan pada 20 Maret 2023 pukul 15.58 WIB.
ADVERTISEMENT
“Hingga pada Jumat, 24 Maret 2023 UA sudah ditemukan meninggal di kamar kostnya,” ujarnya.
Menurut Faris, sejak awal UA dinyatakan sakit, pihak UMY melalui Program Studi (Prodi) Ilmu Keperawatan, sudah memantau aktivitas UA. Semenjak itu pula, Prodi sudah menghubungi pihak rumah sakit untuk tetap memantau kondisi kesehatan UA.
“Setelah terkonfirmasi meninggal, kami langsung menghubungi pihak keluarga almarhum UA. Kami ikut mengantarkan jenazah almarhum ke rumah duka, sekaligus memberikan santunan kematian,” lanjutnya.
Ilustrasi dokrer sedang memeriksa paru-paru. Foto: Pexels
Faris menegaskan, pihak UMY sudah mempersiapkan langkah preventif agar tidak terjadi kembali kejadian yang serupa. Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh almarhum UA, dan mengingat akan ada kemungkinan penularan dalam 2 hingga 3 hari ke depan, UMY menurut dia akan melakukan screening TBC kepada seluruh dosen, staf, dan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Nantinya, semua data hasil screening tersebut akan terintegrasi dengan data di Dinas Kesehatan Provinsi DIY.
Yang lebih utama menurut Faris yaitu melakukan tracing kepada mahasiswa yang pernah kontak erat dengan korban. Hasil tracing yang dilakukan kampus, terdapat 16 mahasiswa yang sempat melakukan kontak langsung dengan korban.
"Seluruhnya sudah selesai diidentifikasi, dan sudah diminta untuk beristirahat di rumah sambil kami pantau kondisi kesehatan mereka hingga dua minggu ke depan," kata Faris Al-Fadhat.
Sejauh ini menurutnya tidak ada gejala apapun yang dialami oleh 16 mahasiswa tersebut. Faris pun menyampaikan bahwa setelah dua minggu pemantauan dan tidak ditemukan gejala apapun, mereka dapat kembali mengikuti perkuliahan secara normal.