Mahasiswa UNY Buka Donasi untuk Ortu Riska yang Utang Rp 50 Juta-Diuber Rentenir

Konten Media Partner
19 Februari 2023 19:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UNY yang meninggal dan kesulitan membayar UKT, Nur Riska Fitri. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UNY yang meninggal dan kesulitan membayar UKT, Nur Riska Fitri. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) teman-teman Riska, yang tergabung dalam gerakan UNY Bergerak yang tergabung dalam gerakan UNY Bergerak, bekerja sama dengan Gashtpol Indonesia dan Dompet Dhuafa Jawa Tengah kemudian membuat Gerakan Indonesia Peduli Keluarga Riska. Gerakan itu bertujuan untuk menghimpun donasi dari masyarakat yang ingin membantu meringankan beban keluarga Riska.
ADVERTISEMENT
Kisah Nur Riska Fitri, seorang mahasiswi UNY yang meninggal dunia sempat menjadi perhatian publik beberapa saat lalu. Kisah kematiannya viral karena salah satunya, dikaitkan dengan ketidakmampuannya membayar uang kuliah sampai dia harus cuti selama dua semester, dan akhirnya meninggal dalam keadaan sakit.
"Almarhum sangat bangga menjadi mahasiswa UNY. Ia sering mengenakan almamater kampus, bahkan di momen saat dia tidur sebelum meninggal," kata Rachmad Ganta Semendawai, teman dekat Riska, Minggu (19/2).
Setelah Riska meninggal, Ganta mengaku intens berkomunikasi dengan orang tua Riska. Pada 11 Februari silam, dia dan beberapa teman Riska juga sempat berkunjung langsung ke kediaman Riska di Purbalingga, Jawa Tengah.
“Ternyata banyak kisah yang baru saya ketahui, terutama terkait kondisi keluarga Riska yang jauh lebih pelik dari yang dibayangkan,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Kondisi keluarga Riska menurutnya memang cukup memprihatinkan. Orang tuanya terlilit utang puluhan juta, rumah mereka sudah dijadikan jaminan, dan Ibu Riska kini ikut sakit-sakitan.
Melihat kondisi keluarga yang ditinggalkan Riska, teman-teman Riska yang tergabung dalam UNY Bergerak pun membuka donasi untuk membantu keluarga Riska.
"Kita memang sudah kehilangan kesempatan untuk menolong Riska. Tapi kita masih punya kesempatan untuk menjaga keluarga yang dia sayangi," ujarnya.
Ibu Riska, Susnensih, dan ayah Riska, Tekat Setiono, bersama gerobak tua yang dipakai berjualan setiap hari. Foto: Dok. Dompet Dhuafa Purwokerto
Orang tua Riska menurut Ganta bekerja sebagai penjual makanan di pinggir pasar dekat rumahnya. Setiap hari, mereka berjualan menggunakan gerobak tua yang sudah usang. Gerobak itulah yang selama ini jadi sumber nafkah untuk membesarkan Riska dan keempat adiknya.
Saat pandemi, penghasilan orang tua Riska semakin memburuk. Akibatnya, orang tua Riska harus berutang kesana-kesini sampai utangnya menumpuk demi memenuhi kebutuhan sehari-hari: terutama makan dan biaya pendidikan keempat adik Riska.
ADVERTISEMENT
“Sekarang utangnya sudah sekitar 50 jutaan di sekitar 20 bank dan koperasi, ada juga yang ke rentenir," lanjutnya.
Dengan utang sebanyak itu, kini hampir setiap hari rumah orang tua Riska selalu didatangi oleh rentenir, sekali datang kadang sampai lima orang. Bahkan sebagian ada yang menunggu di rumah sampai malam untuk menemui orang tua Riska.
Namun, karena belum ada uang untuk membayar, seringkali orang tua Riska terpaksa bersembunyi untuk menghindari tagihan para rentenir tersebut. Mereka hidup dalam ketakutan di rumahnya sendiri karena dikejar-kejar utang.
“Bahkan rumahnya sudah dijadikan jaminan, jadi kalau utang itu tak bisa dibayar, keluarga Riska terpaksa harus angkat kaki dari rumahnya. Entah nanti mereka akan tinggal di mana,” kata Ganta.
ADVERTISEMENT
Di saat bersamaan, Ibu Riska menurut Ganta juga tengah menderita hipertensi, penyakit yang sama yang diderita Riska sebelum meninggal dunia. Kondisinya semakin buruk setelah anak pertamanya, Riska, meninggal dunia. Perasaan sedih dan terpukul membuat penyakit Ibu Riska semakin sering kambuh.
Ayah Riska sedang menyiapkan barang dagangan di dapur yang sudah mengalami banyak kerusakan. Foto: Dok. Dompet Dhuafa
Mestinya, Ibu Riska sudah harus mendapatkan perawatan rutin. Namun karena tak ada uang, juga tidak ada jaminan kesehatan termasuk BPJS PBI yang bisa mengcover biaya pengobatan, sehingga Ibu Riska memilih untuk menahan sakitnya.
Bukan hanya tak mendapatkan fasilitas BPJS Kesehatan, selama ini keluarga Riska menurut Ganta juga tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Satu-satunya bantuan sosial yang pernah diterima oleh keluara Riska adalah bansos saat pandemi dalam bentuk uang tunai Rp 600 ribu.
ADVERTISEMENT
“Tentu itu jauh dari kata cukup, apalagi selama ini orang tua Riska juga mengaku selalu kesulitan untuk mengakses bantuan dari pemerintah,” Rachmad Ganta Semendawai.
Melihat kondisi keluarga Riska tersebut, kawan-kawan Riska yang tergabung dalam gerakan UNY Bergerak bekerja sama dengan Gashtpol Indonesia dan Dompet Dhuafa Jawa Tengah kemudian membuat Gerakan Indonesia Peduli Keluarga Riska.
"Berapapun jumlahnya, itu akan sangat berharga bagi keluarga Riska. Sudah cukup kesedihan keluarga Riska karena ditinggal Riska. Masih ada empat adik Riska yang harus diselamatkan. Saatnya menjaga mereka yang masih ada, menjaga orang-orangnya bersama dengan mimpinya," kata Edi Aprilianto, pengurus Dompet Dhuafa Purwokerto yang melakukan advokasi terhadap keluarga Riska.
Donasi untuk keluarga Riska menurut Ganta bisa disalurkan melalui beberapa rekening Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Untuk Bank Mandiri, bisa disalurkan melalui nomor rekening 135.000.999.6875; untuk Bank BCA bisa melalui nomor 009.535.947.2; serta melalui Bank BSI bisa melalui nomor rekening 33.11.55.77.29.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, tambahkan 060 di akhir donasi sebagai kode unik donasi untuk keluarga Riska. Konfirmasi donasi bisa dilakukan melalui WhatsApp pada nomor 0811 2890 287.