Masalah Besar UMKM: Sulit Rekrut Tenaga Kerja Andal Sesuai Kebutuhan

Konten Media Partner
19 November 2021 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembeli memilih produk di salah satu toko kerajinan di Kasongan, Bantul, DIY. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Pembeli memilih produk di salah satu toko kerajinan di Kasongan, Bantul, DIY. Foto: ESP
ADVERTISEMENT
Sumber daya manusia atau pekerja adalah salah satu elemen paling penting yang akan menentukan sebuah usaha akan sukses atau tidak. Namun, UMKM di Indonesia ternyata masih banyak yang kesulitan merekrut tenaga kerja sesuai kebutuhan. Padahal, ini adalah hal yang sangat mendasar, sebab bagaimana mungkin sebuah usaha akan maju jika dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten.
ADVERTISEMENT
Hasil survei yang dilakukan oleh CNBC mencatat 90 persen pemilik usaha tidak bisa menemukan kandidat SDM andal yang sesuai dengan kualifikasi lowongan. Survei lain yang dilakukan oleh iHire, menyebut 64,2 persen pelaku usaha kecil juga kesulitan untuk menarik kandidat unggul.
Country Marketing Manager JobStreet Indonesia, Sawitri Hertoto, mengatakan bahwa persoalan ini menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi UMKM untuk dapat berkembang. Dia mencatat, ada beberapa persoalan yang membuat para UMKM ini kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Sawitri Hertoto. Foto: Istimewa
Survei yang dilakukan oleh JobStreet menunjukkan, masalah pertama adalah karena sebagian besar pelaku UMKM ternyata tidak menggunakan platform yang memang dibangun secara khusus untuk melakukan rekrutmen. 74 persen UMKM, ternyata menggunakan platform yang memang tidak semestinya dipakai untuk merekrut tenaga kerja, misalnya Facebook, Instagram, bahkan WhatsApp. Dan hanya sekitar 10 persen UMKM yang memanfaatkan platform khusus mencari tenaga kerja dalam proses perekrutan seperti JobStreet dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Cara-cara tradisional itu tentunya membuat sulit sekali buat UMKM mendapatkan karyawan yang pas,” kata Sawitri Hertoto dalam sebuah talkshow daring yang diadakan oleh JobStreet, Rabu (17/11).
Permasalahan kedua adalah UMKM kesulitan untuk menyaring lamaran yang masuk, jumlahnya mencapai 54 persen. Meski sangat banyak lamaran yang masuk, namun hanya sedikit yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu banyak lamaran yang masuk, tentu akan sangat sulit bagi UMKM untuk menyeleksi lamaran-lamaran tersebut jika masih menggunakan cara perekrutan secara konvensional, misal menggunakan WhatsApp.
“Semua kan kirim email ke kita dalam bentuk CV, kita harus unduh satu-satu, kalau ada 1.000, berarti 1.000 harus kita unduh lalu kita baca satu-satu,” ujarnya.
Berbeda jika UMKM menggunakan platform yang memang khusus dibangun untuk merekrut karyawan. Mereka tidak perlu lagi memeriksa semua berkas lamaran tersebut satu per satu, sebab platform tersebut telah menyediakan sejumlah fitur seperti mesin pencarian, filter, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, 40 persen UMKM juga merasa kesulitan untuk menarik kandidat yang tepat. Hal itu terjadi karena iklan lowongan pekerjaan yang dibuat oleh UMKM kurang menarik, sehingga calon tenaga kerja yang kualifikasinya sesuai justru tidak tertarik untuk melamar.
“Kandidat yang abal-abal justru melamar, atau yang skillnya tidak sesuai, karena cara beriklannya kurang pas,” lanjut Sawitri Hartoto.
Yang lebih parah, para pelaku UMKM kesulitan untuk mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. Akibatnya, deskripsi job yang mereka buat jadi tidak jelas dan detail. Hal ini membuat orang-orang yang melamar tidak tahu pasti apa tugasnya ketika bekerja sehingga membuat kualifikasinya sering tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Tidak adanya HRD khusus untuk menangani karyawan juga membuat para pelaku UMKM kesulitan untuk mendapatkan karyawan yang tepat. Terlebih biasanya UMKM-UMKM pemula hanya dijalankan oleh satu orang (one man show), dimana pemilik usaha merangkap menjadi tenaga HRD, marketing, keuangan, TI, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Jadi banyak banget dramanya, baik drama buat UMKM maupun buat pencari kerja,” ujar Sawitri Hertoto.
Andi Djoewarasa. Foto: Istimewa
Chief Marketing Officer Ninja Express, Andi Djoewarsa, mengatakan bahwa SDM memang menjadi salah satu elemen yang krusial di dalam sebuah bisnis, termasuk UMKM. Namun, dia tidak menampik bahwa mengembangkan SDM memang bukan pekerjaan yang sederhana, mengingat masalah yang harus diselesaikan oleh pemilik UMKM bukan hanya soal SDM saja. Karena sudah terlampau sibuk untuk mengembangkan usaha dan bisnis mereka, akhirnya para pelaku UMKM kurang memperhatikan aspek pengembangan SDM.
“SDM itu menjadi prioritas utama seharusnya, tapi kalau kita terjun langsung memang susah-susah gampang karena mereka harus menguasai teknisnya sebelum mengembangkan SDM,” kata Andi Djoewarsa.
Selebriti yang juga seorang desainer sekaligus pegiat UMKM di bidang fesyen, Ivan Gunawan, awalnya juga merasa kesulitan untuk mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan usahanya. Masa-masa awal mendirikan UMKM beberapa tahun silam, dia juga masih menggunakan media sosial untuk merekrut karyawan seperti Instagram. Hasilnya, dia kesulitan sendiri untuk menyeleksi para kandidat pekerja yang melamar.
ADVERTISEMENT
Ivan merasa sangat terbantu dengan adanya platform digital yang dibangun khusus untuk merekrut tenaga kerja. Selain membuat pekerjaannya lebih ringan, dia juga bisa mendapatkan karyawan-karyawan yang kualifikasinya benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan. Bahkan, saat ini karyawan-karyawannya sudah bisa menjalankan usaha miliknya sehingga Igun, sapaan akrabnya, tetap bisa fokus menjalankan kegiatannya yang sangat padat sebagai seorang selebriti.
“Aku enggak mungkin one man show. Di masing-masing pos divisi memang sudah aku delegasikan dengan pekerjaannya masing-masing, jadi aku masih bisa syuting, bikin postingan, masih bisa ke mana-mana, tapi bisnis aku bisa tetap berjalan,” kata Ivan Gunawan.