Membuat Batik Nitik: Cuma Bikin Titik-titik tapi Harus Lawan Nafsu Serba Instan

Konten Media Partner
28 November 2021 19:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Untuk anak muda yang mau belajar batik, teknik bikin batik nitik lebih mudah daripada batik lainnya. Namun, bisakah melawan nafsu ingin serba cepat dan instan?
Ilustrasi gebyar batik tulis nitik Pemkab Bantul pekan lalu. Foto: Dok. Pemkab Bantul
Umumnya, motif batik dibuat dengan cara menyeret ujung canting pada permukaan kain sehingga membentuk bunga, daun, atau berbagai jenis hewan. Tapi berbeda dengan batik nitik, motifnya terdiri atas titik demi titik dari ujung canting yang membentuk motif tertentu. Untuk membuat selembar kain batik nitik, ada ribuan titik yang saling terhubung satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Membuatnya mungkin terdengar lebih gampang ketimbang batik biasa, karena tinggal membuat titik demi titik yang siapapun bisa melakukannya. Tapi kenyataannya tak segampang itu. Aminah, 50 tahun, sudah mulai belajar membatik. Namun baru sekitar dua tahun terakhir ini dia fokus membuat batik nitik. Meski sudah punya keterampilan membatik tingkat lanjut, dia masih butuh waktu sekitar dua tahun sampai bisa dikatakan ahli.
“Lebih mudah (batik biasa), tinggal tarik-tarik, kalau nitik kan harus satu per satu,” ujar Aminah, Kamis (25/11).
Seniman batik nitik Bantul, DIY. Foto: Widi Erha Pradana
Karena teknik pembuatannya berbeda, alat yang dipakai juga beda. Canting yang dipakai untuk membatik bukan canting pada umumnya, Aminah menyebutnya canting cawang. Pada bagian ujungnya, canting cawang dibelah menjadi empat sehingga ketika ditempelkan pada kain, akan membentuk motif titik yang berbentuk persegi. Titik-titik itulah yang akan membentuk berbagai motif, yang mayoritas adalah bunga-bungaan. Misalnya ada motif sekar kenanga, sekar manggis, sekar tanjung, kembang randu, dan masih ada puluhan motif lainnya.
ADVERTISEMENT
Aminah adalah pembatik dari Dusun Kembangsongo, Desa Trimulyo, Bantul. Di tempat itulah batik nitik ini lahir sekitar abad ke-18. Dan sampai saat ini, para seniman batik nitik hanya terdapat di desa itu. Sulitnya membuat batik nitik, membuatnya kurang populer di kalangan para seniman.
Jika sekadar membuat titik, semua orang mungkin bisa. Tapi, ada satu kemampuan yang tidak dimiliki oleh semua orang, kemampuan inilah yang menjadi kunci dalam pembuatan batik nitik.
“Sabar. Kalau enggak sabar, enggak mungkin bisa,” ujarnya.
Mengisi titik-titik dalam pola bukanlah pekerjaan yang mudah. Foto: Widi Erha Pradana
Untuk membuat sebuah batik nitik, seniman harus membuat satu pola dasar yang hanya berisi titik-titik yang kemudian harus dia replika ratusan kali sampai kain itu penuh. Melakukan hal yang sama berulang kali, tentu membuat orang yang tak punya kesabaran di atas rata-rata akan merasa bosan, tak sekadar bosan, mungkin juga muak.
ADVERTISEMENT
“Kalau saya biasanya menyelesaikan satu kain itu sebulan sampai satu setengah bulan, semakin rumit motifnya tentu semakin lama,” kata Aminah.
Di era yang serba cepat, kesabaran jadi satu hal yang makin mahal. Semua orang ingin semua dilakukan dengan cepat dan instan. Padahal, batik nitik adalah tentang kesetiaan pada proses, tentang kehidupan yang berjalan perlahan.
Didik Nini Thowok menari di Gebyar Batik Nitik pekan lalu. Foto: Dok. Pemprov DIY
Pendiri Galeri Batik Taman Lumbini, Jogja, Abdul Syukur, mengatakan bahwa batik nitik adalah tentang titik demi titik yang saling melengkapi untuk menciptakan keindahan pada selembar kain putih. Batik nitik adalah tentang jeda, dari satu titik ke titik lain.
Sebenarnya, dari segi teknik, Abdul mengatakan batik nitik lebih gampang dipelajari ketimbang membuat batik tulis biasa. Sebab, pada batik tulis biasa, teknik membuat motif yang dibutuhkan lebih kompleks, mulai dari titik, garis pendek, garis panjang, garis lengkung, garis lingkaran, sampai aneka bentuk. Sedangkan batik nitik, hanya perlu titik.
ADVERTISEMENT
“Tapi yang susah itu sabar dan tekun, kuncinya itu. Pelan, titik demi titik, enggak boleh tergesa-gesa dan harus konsisten,” ujar Abdul Syukur.
GKR Bendara, putri Raja Yogya, Sri Sultan HB X, saat menjadi pembicara utama dalam seminar Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2021 yang mengambil topik utama ‘Borderless Batik: From Heritage To Millenial Lifestyle’. Foto: Dok. Pemprov DIY
Anak muda sebenarnya sangat mungkin mempelajari dan menguasai teknik membuat batik nitik. Namun, tantangan terbesarnya adalah melawan nafsunya yang ingin semua serba cepat dan instan. Pada aspek inilah biasanya anak-anak muda menyerah dan gagal untuk mempelajari batik nitik.
Karena dilakukan serba pelan, membuat batik nitik bagi Abdul sudah seperti melakukan meditasi. Semua harus dilakukan dengan serba tenang dan teliti. Berbeda dengan membuat batik biasa, dimana seniman bisa mengakali untuk melepas sejenak kesabarannya ketika membatik.
“Misalnya dengan membuat batik abstrak, batiknya asal ceprat cepret sudah jadi, sehingga kesabaran bisa dilepaskan. Tapi batik nitik mau enggak mau memang dia harus titik,” ujarnya. (Widi Erha Pradana/ YK-1)
ADVERTISEMENT