Konten Media Partner

Nilai Impor DIY Naik Tajam 52,38 Persen, Ekspor Turun 4,99 Persen

1 November 2022 18:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPS DIY, Sugeng Arianto. Foto: BPS DIY
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPS DIY, Sugeng Arianto. Foto: BPS DIY
ADVERTISEMENT
Nilai ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada September 2022 mengalami penurunan sebesar 4,90 persen dibandingkan Agustus 2022. Sebaliknya, nilai impor DIY pada September 2022 justru naik tajam sebesar 52,38 persen dibandingkan dengan Agustus 2022.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut diketahui dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) DIY yang dirilis pada Selasa (1/11).
Kepala BPS DIY, Sugeng Arianto, mengatakan bahwa nilai ekspor DIY pada Agustus 2022 tercatat sebesar 46,9 juta USD atau sekitar Rp 732.71 miliar (kurs 1 November 2022). Sedangkan pada September 2022, nilai ekspor DIY hanya tercatat sebesar 44,6 juta USD atau sekitar Rp 696.77 miliar.
“Atau pertumbuhan ekspor September mengalami kontraksi sebesar -2,41 persen dibandingkan dengan September 2021,” kata Sugeng Arianto, Selasa (1/11).
Sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup signifikan, mencapai 50 persen, baik secara M to M maupun Y on Y dengan nilai ekspor hanya sebesar 0,1 juta USD atau sekitar Rp 1,56 miliar. Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan pada September 2022 sebesar 44,5 juta USD atau sekitar Rp 695,21 miliar, turun 4,71 persen dibanding bulan sebelumnya, dan jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 2,20 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun tiga negara tujuan ekspor terbesar DIY di antaranya Amerika Serikat sebesar 45,74 persen, disusul Jerman sebesar 8,30 persen, dan Australia sebesar 6,05 persen.
Dari segi komoditas, tiga komoditas ekspor terbesar di DIY di antaranya adalah produk pakaian jadi bukan rajutan sebesar 37,22 persen, disusul barang-barang dari kulit sebesar 11,88 persen, serta perabot dan penerangan rumah sebesar 11,43 persen.
Ilustrasi kontainer ekspor dan impor di pelabuhan. Foto: ANTARA
Sementara itu, nilai impor di DIY pada September 2022 justru mengalami kenaikan tajam, baik dibandingkan bulan sebelumnya, maupun dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai impor DIY pada September 2022 mencapai 16,0 juta USD atau sekitar Rp 249.96 miliar, naik sebesar 52,38 persen dibandingkan Agustus 2022, sedangkan dibandingkan September 2021, nilai ini naik sebesar 25,98 persen.
ADVERTISEMENT
“Kenaikan ini cukup signifikan, baik secara M to M maupun Y on Y,” kata Sugeng Arianto.
Impor barang konsumsi mengalami kenaikan tertinggi mencapai 133,33 persen dibandingkan Agustus 2022, meskipun nilai impornya hanya sebesar 0,7 juta USD atau Rp 10,93 miliar. Sedangkan bahan baku atau penolong dan barang modal mengalami kenaikan masing-masing sebesar 50,0 persen.
“Menurut penggunaannya, bahan baku/penolong ini merupakan impor terbesar yang mencapai 15,0 juta USD (Rp 234,34 miliar),” ujarnya.
Filamen buatan menjadi komoditas yang paling banyak diimpor, dengan persentase mencapai 30,63 persen, diikuti oleh kain tenunan khusus sebesar 8,75 persen, dan kapas sebesar 7,50 persen. Sisanya berupa kapas gumpalan dan tali, kain rajutan, serat stafel buatan, kain ditenunan berlapis, plastik dan barang dari plastik, mesin-mesin, dan peralatan listrik.
ADVERTISEMENT
Tiga negara utama yang menyuplai barang-barang impor di DIY di antaranya Jepang dan China yang nilai impornya masing-masing sebesar 30,0 persen, serta Hongkong sebesar 10,63 persen.
Meski begitu, Sugeng mengatakan bahwa neraca perdagangan barang luar negeri di DIY masih mengalami surplus sebesar 28,6 juta USD pada September 2022.
“Sedangkan surplus secara kumulatif dari Januari sampai September tercatat mencapai 334,7 juta USD, ini lebih tinggi dibanding kondisi yang sama pada tahun 2021 maupun 2020,” kata Sugeng Arianto.