Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Pagelaran Dongeng Jogja 2023 di Hutan Pinus Mangunan: 1.200 Tiket Online Ludes
25 November 2023 18:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Setiap tahun ada acara unik di Yogya yang selalu digelar di Hutan Pinus Mangunan, Bantul, yakni Pagelaran Dongeng Jogja (PDJ) yang diinisiasi oleh Rumah Dongeng Mentari (RDM) dan didukung oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
Tahun 2023 ini, PDJ digelar pada Minggu (19/11) lalu dan menjadi tahun keenam PDJ dengan jumlah penonton yang terus melonjak.
“Tahun lalu itu yang masuk sekitar 750 orang, dan tahun ini kami berhasil menjual tiket 1200 secara online dan itu belum termasuk yang on the spot,” kata Ketua Pelaksana PDJ 2023, Ara Adisti, usai pertunjukan pada Minggu lalu.
Apa sih yang spesial dari PDJ sehingga pengunjung acara ini konsisten naik dari tahun ke tahun?
Ara bilang, hutan pinus Mangunan sendiri memiliki daya magis sendiri untuk menjadi venue sebuah gelaran dongeng. Sebab menurutnya, alam itu sendiri sebenarnya sudah bercerita banyak kepada mereka yang mendatanganinya. Itulah alasan kenapa PDJ selalu diadakan di hutan pinus Mangunan ini.
ADVERTISEMENT
“Sehingga melihat dan mendengarkan dongeng di hutan pinus ini jadi pengalaman luar biasa keluarga dan akan membuat anak-anak makin kuat mengingatnya, nilai-nilainya makin tertanam,” jelas Ara.
Sementara dari pendongengnya, dari tahun ke tahun PDJ terus mendatangkan penutur dongeng yang makin beragam. Yang spesial di tahun ini, salah satunya adalah dengan hadirnya penutur internasional dari Singapura, India, Singapura.
“Mereka antara lain, Kak Ojan, Rona Mentari, Kak Awe, Kak Kiki & Kak Ana, Taqarrable, dan pendongeng internasional yakni Priyanka Chaterjee (India), Roger Jenkins (Singapura), Alla Labedeva (Rusia),” jelas Ara.
Untuk melengkapi penampilan dongeng tersebut PDJ juga menghadirkan Bagong Soebardjo yang akan macapat (tembang Jawa).
“Hal menarik lain dari kegiatan ini adalah kami juga berusaha mengajak penonton untuk meminimalkan sampah, dengan menyediakan air isi ulang dan menyarankan untuk membawa botol air minum dari rumah,” kata Ara.
ADVERTISEMENT
Dari sisi tema pun PDJ selalu memiliki tema yang berbeda-beda. Tahun lalu, PDJ membawa tema bahwa semua orang bisa mendongeng. Pada 2019 atau sesaat sebelum pandemi, tema yang diambil adalah bagaimana menanam integritas, kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab, lewat dongeng.
Dan tahun ini temanya adalah "Cerita Agawe Santoso" yang artinya cerita itu bisa membuat bahagia hidup semua orang.
Ayah Senang Anak pun Senang
Datang ke gelaran dongeng di hutan pinus Mangunan, Bantul, benar-benar jadi acara keluarga yang luar biasa bagi warga Yogya. Hal itu diakui oleh mayoritas pengunjung kepada Pandangan Jogja.
Salah seorang ibu yang mengajak 2 anaknya ke Pagelaran Dongeng Jogja (PDJ) 2023 adalah Anggun, yang berasal dari Yogyakarta, mengaku sudah 4 kali datang ke acara PDJ di Mangunan.
ADVERTISEMENT
“Semakin tahun semakin bagus, luar biasa,” kata Anggun, kepada Pandangan Jogja.
Seorang bapak muda, Dani, warga Surakarta, datang jauh-jauh ke PDJ di Mangunan karena menganggap acara dongeng ini sangat bagus untuk anak-anak.
“Anak senang ayah pun senang, hiburan murah dan bermanfaat,” kata Dani.
Nayra, siswa SD dari Sleman yang datang bersama satu kakaknya dan om-tantennya bahkan mengaku sudah 3 kali datang ke PDJ.
“Dari kecil datang terus. Seneng banget, kalau di kelas kan sudah bosen. Seru banget di sini ketemu banyak temen juga,” katanya.
Pentingnya Dongeng untuk Membangun Empati
Rumah Dongeng Mentari (RDM), penyelenggara Pagelaran Dongeng Jogja (PDJ) adalah sebuah komunitas sosial yang peduli pada penanaman karakter anak melalui dongeng menyuguhkan PDJ untuk anak-anak, orang tua, dan berbagai kalangan. RDM dirikan pada 2 Agustus tahun 2010 oleh kakak beradik Putri Arum Sari, Ayu Purbasari, dan Rona Mentari yang bertempat tinggal di Pohruboh Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Rona Mentari kepada Pandangan Jogja mengatakan, saat ini di RDM telah tergabung lebih dari 100 relawan yang terdiri dari orang tua, mahasiswa, profesional, dan lainnya untuk turut bersama menyebarkan aktivitas bertutur ini.
“Kami aktif mengadakan acara dongeng untuk berbagai usia. Hari ini setelah lebih dari sepuluh tahun sejak RDM pertama kali dibuka, telah lebih dari lima puluh acara publik terlaksana dan lebih dari lima ribu orang terlibat acara-acara kami,” jelasnya.
Menurut Rona, mendongeng adalah cara untuk membangun pemahaman dan empati. Ia berharap bahwa tradisi lisan ini dapat terus dilestarikan di tengah arus teknologi yang semakin berkembang.
“Aktivitas mendongeng menjadi cara yang efektif untuk mengajari tanpa menggurui, membangun semangat gotong royong, dan meningkatkan interaksi antarorang tua dan anak,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Priyanka Chatarjee dari India mengungkapkan apresiasinya terhadap ruang yang diciptakan oleh PDJ di tengah hutan pinus. Ia mencatat bahwa cerita yang dibagikan di hutan pinus memiliki daya magis, terbukti dengan keterlibatan anak-anak yang duduk diam selama 3,5 jam mendengarkan cerita.
Roger Jenkins dari Singapura menyampaikan kesan positifnya terhadap venue yang fantastis dan antusiasme penonton yang luar biasa. Ia berjanji untuk kembali ke acara tersebut dan memberikan apresiasi terhadap kemudahan akses dari Singapura.
Adapun Alla Labedeva dari Rusia menyatakan kebahagiaannya menjadi bagian dari PDJ. Ia merasa senang bertemu dengan penonton yang penuh energi dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan, terutama dari anak-anak yang menjadi audiensnya.
“Kegiatan seperti PDJ sangat penting dalam mempromosikan perdamaian di dunia yang tengah dilanda tantangan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Diwawancara terpisah, mengenai perhelatan itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat, mengatakan bahwa dalam dongeng, anak-anak menjadi pelaku budaya utama. Anak-anak akan membawa nilai-nilai penting yang diajarkan dalam dongeng, ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
“Sehingga Disbud DIY perlu mendukung komunitas atau lembaga yang telah bergerak dalam upaya pelestarian dongeng. Ini salah satu cabang seni dimana anak-anak adalah subjek utamanya,” kata Cahyo.