Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Peneliti Sepak Bola UMY: Nama Lama di Exco PSSI Bisa Jegal Program Erick Thohir
17 Februari 2023 17:42 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pemilihan pengurus federasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) diwarnai sederet drama. Mulai dari harus diulangnya pemilihan wakil ketua umum karena adanya kecurangan, mundurnya Yunus Nusi dari Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali yang tiba-tiba bisa menjadi Wakil Ketua Umum I menggeser Ratu Tisha yang memperoleh suara terbanyak sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, sederet lama yang masih menjadi komite eksekutif (exco) PSSI juga menjadi sorotan publik. Dari 12 Exco PSSI di pengurusan 2023-2027, enam orang adalah pengurus Exco PSSI lama, mulai dari Endri Erawan, Juni Rah,an, Ahmad Riyadh, Vivin Cahyani, Pieter Tanuri, dan Hasnuryadi Sulaiman.
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga merupakan peneliti budaya dan media sepak bola, Fajar Junaidi, mengatakan bahwa sebenarnya terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI telah memberikan harapan kepada publik untuk terciptanya persepakbolaan nasional yang lebih baik.
Namun program-program revolusioner dari Erick Thohir menurut Fajar berpotensi tak dapat direalisasikan mengingat banyaknya muka-muka lama di Exco yang selama ini cukup kontroversial.
“Kehadiran sosok yang selama ini mengundang kontroversi dan telah dianggap tidak berintegritas menjadi celah yang bisa membuat Erick Thohir tidak perform memimpin PSSI,” kata Fajar Junaidi saat dihubungi, Jumat (17/2).
ADVERTISEMENT
Fajar juga mengatakan bahwa kekecewaan publik terhadap kehadiran nama lama di Exco PSSI kepengurusan Erick Thohir adalah hal yang wajar. Sebab, selama ini nama-nama itu tak pernah memberikan pengaruh yang signifikan dalam memperbaiki persepakbolaan nasional.
“Alih-alih prestasi dan pembinaan, sepak bola kita justru lebih banyak diwarnai dengan kontroversi perebutan jabatan,” kata dia.
Bahkan hingga Kongres Luar Biasa (KLB) kemarin, kontroversi itu masih terus terjadi, misalnya kericuhan yang terjadi dalam proses pemilihan posisi wakil ketua umum sehingga mengharuskan proses pemilihan diulang.
“Itu menunjukkan bahwa tata kelola di PSSI masih diwarnai kepentingan politik dan ekonomi,” ujarnya.
Supaya program-program yang dijanjikan untuk memperbaiki sepak bola Indonesia bisa terwujud, Fajar mengatakan bahwa Erick Thohir butuh sosok yang memiliki kemampuan manajerial dan administratif dalam mengelola kompetisi.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu betapa carut marut sepak bola di Indonesia, mulai dari development sampai national competition yang berimplikasi jebloknya national team kita,” tegas Fajar Junaidi.