Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Ratusan Tahun Bersama, Sepasang Pohon Keramat di Makam Pleret Dipisahkan Api
13 Oktober 2023 19:03 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sebuah pohon randu alas (Bombax ceiba) tua di makam Dusun Kauman, Pleret, Bantul, terbakar hingga hangus pada Kamis (12/10) malam. Selama ratusan tahun, pohon itu dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Di makam itu, sebenarnya ada dua pohon randu alas tua berukuran besar yang bersebelahan. Pohon pertama adalah yang terbakar semalam, dan pohon kedua di sebelah selatannya sampai saat ini masih berdiri kokoh meski daunnya sedang berguguran karena musim kemarau.
"Konon pohonnya sepasang, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki yang mati itu," kata Dukuh Kauman, Murdiyanto, pada Jumat (13/9).
Sebelum terbakar, pohon randu alas tersebut sebenarnya sudah mati beberapa tahun lalu karena tersambar petir. Pemerintah kemudian memasang kerangka besi di sekitar pohon, agar jika sewaktu-waktu pohon itu tumbang tidak mengenai bangunan di sekitarnya.
"Soalnya di sekitarnya itu kan situs purbakala, karena kawasan ini kan dulunya kerajaan," lanjutnya.
Tak ada yang tahu pasti kapan sepasang randu alas di makam Kauman, Pleret, itu ditanam. Murdiyanto pernah bertanya kepada kakek buyutnya yang usianya sudah 100 tahun lebih soal asal-usul dua pohon itu.
ADVERTISEMENT
Jawabannya, sewaktu kakek buyutnya masih kecil, dua pohon itu juga sudah ada dengan ukuran seperti sekarang.
"Yang pasti, itu sudah ada dari zaman Mataram Islam, zaman Sultan Agung," kata dia.
Jika mengacu pada tahun Sultan Agung memerintah Kerajaan Mataram Islam, yakni mulai tahun 1613, artinya pohon randu alas itu sudah berumur 410 tahun.
Sejak dulu, sepasang pohon randu alas itu menjadi petunjuk bagi masyarakat dalam bertani, terutama pohon randu alas perempuan yang ada di sebelah selatan. Jika pohon randu alas mulai bersemi dan daunnya mulai banyak setelah gugur semua pada musim kemarau, para petani baru mulai berani untuk menebar benih.
"Kalau daunnya belum banyak seperti sekarang, belum berani nebar benih. Terutama pohon yang selatan, yang perempuan, kalau yang laki-laki susah jadi patokan," ujarnya.
Masyarakat percaya, hal itu berkaitan dengan randu alas perempuan yang menjadi simbol kesuburan. Karena itu, yang selama ini bisa menjadi patokan untuk pertanian adalah randu alas perempuan.
ADVERTISEMENT
"Sekarang daunnya belum semi, kemungkinan kemarau masih akan panjang," kata dia.
Saat ini, setelah ditinggal "sang suami", pohon randu alas perempuan itu tinggal sendirian, meneduhi makam di bawahnya. Di sebelah selatan lagi sekitar 1 kilometer dari pohon tersebut juga ada satu pohon randu alas tua di Makam Karet.
"Konon yang di Makam Karet itu anaknya, kan yang di sini sepasang suami-istri," ujar Murdiyanto.