Rekap Liga Inggris Tutup Tahun 2019 : Hanya "Jika" Menimpa Liverpool

Konten dari Pengguna
31 Desember 2019 21:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Trent Alexandre Arnold. Foto : Premierleague.com
zoom-in-whitePerbesar
Trent Alexandre Arnold. Foto : Premierleague.com
ADVERTISEMENT
English Premier League baru saja menggelar pertandingan terakhirnya tahun ini pada Minggu (29/12) malam WIB kemarin. Masing-masing tim sudah melakukan 20 pertandingannya, kecuali Liverpool dan West Ham yang harus diundur terkait keterlibatan Liverpool di ajang FIFA World Club Cup 2019. Walaupun kurang satu pertandingan, Liverpool menutup tahun ini dengan keunggulan positif 13 poin dari peringkat kedua.
ADVERTISEMENT
Beberapa tim telah memberikan hadiah akhir tahun yang pantas bagi penggemarnya, beberapa lagi masih memberikan janji dan harapan saja. Pekan ke 21 akan digelar pada 2 Januari nanti, bersamaan dengan dibukanya jendela transfer musim dingin.
Sebanyak 559 gol tercipta sejauh ini, dengan Machester City tercatat sebagai tim tersubur. Jamie Vardy yang telah memutuskan pensiun dari sepakbola internasional memimpin daftar topskor dengan 17 gol. Tapi Inggris masih punya Tammy Abraham, Danny Ings, Raheem Sterling dan sang Kapten Harry Kane di daftar topskor Liga Inggris musim ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai juru gedor tim Tiga Singa di EURO 2020 musim panas nanti.
Lelucon Penguasaan Bola City
Saat awal musim, Jose Mourinho yang saat itu masih berkeliling dari satu program televisi ke program televisi lainnya, sempat ditanya soal prediksi siapa yang akan juara Liga Primer. “Liverpool, Tottenham, Manchester City, dan Manchester City B,” jawabnya.
ADVERTISEMENT
Sebuah pernyataan yang tulus, mengingat kekuatan Liverpool, momentum yang didapat Tottenham dan kedalaman skuad Man City yang baik. Dan liga berjalan kurang lebih seperti prediksi Mourinho, kecuali; Tottenham gagal memanfaatkan momentum kejayaan paska secara mengejutkan lolos ke partai final Liga Champions musim lalu. Mauricio Pochettino bahkan harus kehilangan jabatannya. Manchester City kehilangan keseimbangan permainan, karna kedalaman skuad mereka yang selalu dikatakan sebagai yang terbaik rupanya masih kurang dalam dan kuat, alhasil, super tim ala Klopp kesepian di puncak klasemen.
Manchester City punya kekuatan yang bisa mengalahkan tim manapun di Inggris saat berada dalam kondisi sempurna. Tapi kehilangan 3 bek tengah sekaligus membuat lubang besar pertahanan The Citizens. Tim asuhan Pep Guardiola tersebut tampak rapuh, menjadi tim yang bisa dikalahkan tim manapun di Inggris yang memiliki serangan balik yang baik.
ADVERTISEMENT
Selain cedera yang memberangus kekuatan sang juara bertahan dari dalam, faktor berpuas diri dari raihan tropi musim lalu juga menjadi sebab lain. Pep Guardiola yang perfeksionis tak mampu memberikan rasa lapar pada skuad mewahnya. Obsesi penguasaan bola sebanyak mungkin menjadi lelucon ketika gagal diterapkan. Sebagai tim kaya yang ambisius, Manchester City seharusnya bisa membuat beberapa gebrakan paska transfer musim dingin jika ingin target menjadi runner up (atau syukur-syukur bisa ngejar) bisa terpenuhi.
Mental Hotspur
Tottenham sebenarnya tidak memiliki masalah yang berarti, Harry Kane dan kawan-kawan hanya terbang terlalu tinggi musim lalu. Beban yang diemban pasukan Lily Whites terlalu besar untuk bisa dipikul, yang artinya secara mental mereka memang belum siap. Ditunjuknya Jose Mourinho sebagai pelatih baru bisa dipahami sebagai upaya menyuntikkan rasa percaya diri kepada para pemain, membagikan mental juara yang menjadi ciri khas setiap tim yang dibesut Mou. Seperti yang orang-orang katakan: jika kamu ingin MEMBENTUK sebuah tim, panggil Pochettino, jika kamu ingin MEMENANGKAN suatu tropi, panggil Mourinho, dan jika kamu ingin MEMBANGUN tim yang bisa memenangkan banyak tropi, panggil Pep Guardiola. Atau mungkin Jurgen Klopp.
ADVERTISEMENT
Spesialisasi Brendan Rodgers
Brendan Rodgers. Foto : premierleage.com
Surprise oh surprise, urutan kedua justru ditempati oleh Leicester City. Tidak masuk bursa unggulan justru membuat The Foxes tampil lepas meraih kemenangan demi kemenangan untuk berada 13 poin di bawah puncak klasemen dan unggul satu angka dari City di peringkat ketiga. Skuad Leicester saat ini terbilang lebih kuat ketimbang saat juara musim 2015/2016, dan situasi kompetitor lainnya pun kurang lebih sama. Terkecuali Liverpool yang mapan dalam segala hal, tim-tim besar lainnya sedang dalam masalah, baik cedera pemain, pergantian pelatih hingga bahkan krisis jati diri, di sinilah ruang bagi Leicester untuk kembali menembus papan atas.
Brendan Rodgers memang pelatih spesialis tim medioker. Pada masa awal kemunculannya di Swansea, dia berhasil menciptakan permaian yang rapi dan efektif, membuat The Swans menjadi tim yang paling memusingkan lawan. Pun pada masa kepelatihannya di Liverpool, mengorbitkan The Reds hingga berada di titik paling dekat dengan tropi Premier League sejak terakhir kali mereka juara 1992. Leicester akan menjadi batu sandungan bagi tim manapun yang ingin mendekati Liverpool di puncak. Yang jelas, satu dari empat jatah Liga Champions milik Liga Inggris musim depan adalah milik The Foxes.
ADVERTISEMENT
Selain Tottenham, tidak ada tim London yang diunggulkan musim ini. Chelsea sedang berada di masa perkembangan bakat muda seadanya, yang terbilang berhasil sebab skuad polesan Frank Lampard bisa mengorbitkan Tammy Abraham ke daftar pencetak gol dengan mengenakan seragam bernomor punggung sembilan.
Arsenal masih berkutat di fase transisi berkepanjangan dan pelik. Pergantian pelatih dan penunjukkan pelatih baru yang lamban adalah masalah baru Arsenal, melewati enam laga bersama bersama Freddie Ljunberg sebagai pelatih sementara. Sebelumnya, pada pekan ke-10, The Gunners juga mengganti kapten timnya. Granit Xhaka, kapten yang dipilih secara demokratis harus diturunkan paska reaksi emosionalnya pada ejekan suporter Arsenal sendiri yang memang terkenal penuntut. Posisi kapten sekarang diemban oleh Pierre Emerick Aubameyang yang ditunjuk langsung oleh Unay Emery yang saat itu masih melatih The Gunners.
ADVERTISEMENT
DNA United
Manchester United memulai musim ini dengan sebuah tema besar mengembalikan apa yang disebut "DNA United", suatu ide abstrak yang tak punya definisi pasti. Dimulai dengan membuang beban-beban beratnya, lalu merekrut Harry Maguire untuk mengembalikan reputasi sebagai pemilik bek termahal di dunia (yang dulu lama disematkan pada Rio Ferdinand), hal yang sempat direbut Liverpool musim lalu saat mendatangkan van Djik. MU kembali yakin dengan pilihan mengembangkan bakat-bakat muda yang bermain menyerang seperti masa Alex Ferguson, bahkan Marcus Rashford disebut-sebut mirip Cristiano Ronaldo. Ditambah dengan memiliki kiper dengan bayaran termahal, United berusaha membangun sebuah generasi yang memiliki apa yang mereka sebut sebagai "DNA United".
Memang sedari awal tidak menargetkan juara, hanya masuk 4 besar, walaupun lebih realistis zona Liga Eropa sebagai capaian terbaik. Paruh pertama memang tidak berjalan cukup baik bagi United, namun sampai pergantian kalender, The Red Devils adalah satu-satunya tim yang tak bisa dikalahkan Liverpool di Liga Inggris musim ini. Ditambah kota Manchester yang berhasil dimerahkan kembali oleh mereka, United telah melakukan kerja besarnya untuk berada di jalur yang dipilihnya.
ADVERTISEMENT
Liverpool, Tak Terbendung
Tidak banyak yang bisa diceritakan soal Liverpool musim ini. Meskipun sudah 29 tahun mereka tak menjuarai Liga Inggris, penampilan mereka terlalu kuat musim ini, mereka bisa saja mengakhiri musim ini tanpa menemukan perlawanan berarti. Dua musim dikalahkan oleh kemewahan Man City, Liverpool berkembang menjadi tim super yang bisa menang kapanpun mereka mau. The Reds memang tidak selalu tampil bagus, tapi selalu menemukan cara untuk mencetak gol lebih dari lawan-lawannya. Dalam performa terbaiknya, Liverpool bahkan bisa secara konstan memaksa lawannya untuk 'hanya' memainkan bola di area pertahanan sendiri untuk segera direbut kembali.
Jika ada yang bisa menggagalkan impian The Anfield Gank untuk juara liga musim ini, itu adalah cedera. Jika satu dari trio Firmansah cedera, atau satu dari Virgil Van Dijk, Alexander-Arnold dan Robertson cedera -ditambah Alisson Becker tentunya- harus cedera panjang dan parah, maka kekuatan Liverpool akan berkurang, menciptakan ketidakstabilan yang nyata dan mengurangi kemampuan mereka dalam memperoleh poin.
ADVERTISEMENT
Atau jika klub-klub kaya raya nan ambisius macam Real Madrid yang memang menaruh minat pada Sadio Mane, Barcelona yang butuh bek sayap yang bagus atau sebagai pengganti Luis Suares yang melamban, PSG yang butuh sosok pemimpin tangguh di lini belakang, atau Manchester City si kaya raya dengan berani dan tak tahu malu membajak salah satu pemain Liverpool. Jika semua kub tersebut bahu membahu bahkan jika harus memecahkan rekor transfer untuk merekrut pemain-pemain Liverpool, dapat diyakini, Liverpool akan menjadi tim normal, tim yang bisa kalah, ditelikung di akhir musim, dan slogan "next year" bisa tetap berkumandang. Terlalu banyak 'jika' di paragraf ini.
Pergulatan Papan Bawah
Sheffiled United adalah tim promosi tersukses musim ini. Pertahanan ketatnya kerap memunculkan masalah bagi lawan-lawannya, bersama Leicester, The Blades (julukan Sheffield) baru kemasukan 19 gol, hanya Liverpool yang punya catatan kebobolan yang lebih baik dengan 14 kali kebobolan. Sebelum musim ini berlangsung, Sheffield disebut-sebut hanya 'numpang lewat' di Liga Primer. Namun permainan kompak anak asuh Chris Wilder membuat pasukan Merah Putih bertengger di urutan 9 klasemen.
ADVERTISEMENT
West Ham adalah peserta yang paling tidak memenuhi ekspektasi musim ini. Diprediksi berkutat di papan tengah atau bahkan ikut bertarung demi tiket Zona Eropa, The Hammers justru terpuruk di peringkat 17. Reputasi Manuel Pellegrini sebagai pelatih yang pernah merasakan indahnya tropi Liga Primer tidak mampu menaikkan performa anak asuhnya. Jarak sebiji poin dari Aton Villa yang mendiami batas akhir tim yang akan turun kasta jelas tidak aman. Terlebih Aston Villa adalah satu-satunya tim yang bisa mengalahkan Liverpool musim ini di tanah Britania. Terima kasih untuk teguhnya jadwal pertandingan Carabao Cup. Dua terbawah dihuni oleh Norwich City dan Watford.
Masih ada 18 pertandingan tersisa di Liga Inggris. Riuhnya perebutan zona Eropa dan menghindari zona degradasi akan menghiasi headline di sisa musim. Premier League tidak akan membosankan bahkan jika Liverpool tidak menemukan penantang berarti di sisa kompetisi. Sebagaimana lazimnya, tahun penyelenggaraan turnamen internasional adalah tahun menggilanya performa pemain.
ADVERTISEMENT
Tottenham, Arsenal dan Everton sudah mengganti pelatihnya. Selain Mikel Arteta yang datang ke Arsenal hanya bermodalkan Tropi Liga Primer sebagai asisten pelatih Manchester City, Tottenham dan Everton mengambil langkah bagus dengan mendatangkan pelatih yang tidak hanya pernah mengangkat Tropi Liga Inggris, tapi juga Liga Champions Eropa. Kiprah tiga tim ini tentunya menarik untuk disimak.
Masih akan ada banyak kejutan disini. Masih ada jendela transfer paruh musim Januari nanti, janji kebangkitan bisa dimulai di sana. Mungkin Pep Guardiola sudah menyatakan bahwa targetnya sekarang hanya mengamankan posisi runner up, bahwa mengejar Liverpool adalah tidak relevan lagi. Atau ketika Brendan Rodgers yang mengatakan bahwa Leicester hanya ingin meraih poin sebanyak yang mereka mampu tanpa ambisi lebih besar, Liga Inggris tetaplah hiburan menyenangkan di akhir pekan. Bahkan jika pada akhirnya Liverpool menjadi juara tanpa perlawanan berarti, The Reds akan menjuarainya bukan karena meraka tidak menjadi juara selama hampir 3 dekade, tapi karena mereka layak dan pantas. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)
ADVERTISEMENT