Konten Media Partner

Sejak Dulu Anak Sudah Sering Diciumi, tapi Kenapa Baru Ramai Tertular TBC?

24 Desember 2022 17:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi dicium orang dewasa. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi dicium orang dewasa. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat ada sebanyak 1.216 kasus tuberculosis (TBC) yang ditemukan di Bantul sejak Januari sampai November 2022. Dari jumlah tersebut, 619 kasus di antaranya terjadi pada anak.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan digendong dan dicium oleh sembarang orang disebut jadi salah satu penyebab banyaknya anak yang tertular TBC di Bantul.
“Jadi anak memang ada risiko penularan. Contoh anak umur 2 tahun, kan, sering digendong atau diciumin orang-orang. Hal itu (membuat) risiko kontak makin tinggi,” kata Kepala Dinkes Bantul, Agus Budi Raharja, dalam Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Kalaborasi Penaggulangan Tuberkulosis dari Dinas Kesehatan dan SSR Sinergi Sehat Indonesia di Hotel Ros In, Sewon, Bantul, Rabu (21/12/2022).
Kebiasaan mencium dan menggendong bayi atau anak sebenarnya adalah kebiasaan yang sudah terjadi lama di tengah masyarakat. Namun mengapa baru kali ini ramai terjadi penularan TBC kepada bayi dan anak?
Dokter spesialis paru dari FKKMK UGM yang juga praktik di RSUP Dr Sardjito dan RS PKU Muhammadiyah Bantul, Sumardi, mengatakan bahwa terungkapnya kasus TBC pada ratusan anak di Bantul karena sistem pelacakan yang lebih baik dan petugas kesehatan yang sudah semakin aktif mencari kasus demi kasus TBC.
ADVERTISEMENT
“Sebelumnya kan kita hanya passive case finding, jadi orang periksa ke puskesmas atau ke rumah sakit, batuk-batuk ternyata positif TBC,” kata Sumardi saat dihubungi, Sabtu (24/12).
Pakar paru dari FKKMK UGM, dr. Sumardi. Foto: UGM
Tahun ini di DIY menurut dia ada program untuk melacak siapa saja yang sempat ditemui oleh pasien TBC. Petugas kesehatan menurut dia mendatangi langsung rumah setiap pasien TBC untuk mengetahui apakah dia menulari orang-orang di lingkungannya.
“Baru dilacak, baru ketahuan. Jadi ini karena ada upaya pelacakan yang lebih aktif, sehingga baru ketahuan kasusnya. Kalau penularannya kemungkinan dari dulu sudah ada,” ujarnya.
Banyaknya anak-anak yang tertular TBC menurut dia juga karena banyak pasien TBC yang tidak sadar bahwa dia menderita TBC. Dia mengira, batuk-batuk kecil yang dia derita hanyalah batuk biasa. Di saat bersamaan, pasien tersebut ternyata juga suka menggendong anak kecil, entah itu cucu, anak, atau anak tetangga yang main ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
“Kebanyakan karena pasien dewasa itu tidak tahu kalau dia kena TBC, tahunya hanya batuk biasa. Kemudian dia main gendong dan cium anak-anak, atau mungkin makan bersama, batuk-batuk, terus ketularan,” kata Sumardi.