Sultan HB X: Tidak Ada Masalah Keamanan yang Serius di Yogya, Relatif Baik

Konten Media Partner
31 Agustus 2022 15:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X berpidato di Gala Dinner G20 di Candi Prambanan, Selasa (10/5) malam. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X berpidato di Gala Dinner G20 di Candi Prambanan, Selasa (10/5) malam. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan bahwa situasi keamanan di wilayah DIY relatif baik. Menurut dia, tak ada masalah keamanan yang serius di wilayah DIY meski masih kerap terjadi tindak kekerasan, seperti pengeroyokan yang mengakibatkan seorang suporter PSS Sleman meninggal dunia akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
“Saya kira kalau keamanan relatif sebetulnya baik ya, tidak ada masalah,” kata Sri Sultan di kompleks Kepatihan, Rabu (31/8).
Menanggapi beberapa kasus kriminal yang masih kerap terjadi di Yogyakarta, menurutnya hal itu masih dalam batas kewajaran dan dapat terjadi di manapun, tidak hanya di Yogya.
“Ketika ada satu dua persoalan dalam konteks masyarakat yang seperti ini, itu saya kira di manapun akan bisa terjadi,” lanjutnya.
Yang paling penting menurut Sultan adalah bagaimana masyarakat menghindari penyelesaian masalah-masalah sosial itu melalui kekerasan. Dia menekankan supaya masyarakat Yogya menjadi masyarakat yang beradab, yang memiliki unggah-ungguh dan batas-batas dalam rasa.
“Tidak mesti semua penyelesaian itu pakai kekerasan,” ujarnya.
Orang yang beradab itu menurut dia akan memiliki batas-batas di dalam rasa, bukan hanya pikiran. Jika seseorang hanya memiliki kekuatan pikiran, maka orang tersebut masih bisa berbohong dan kejam kepada orang lain. Namun ketika yang dimiliki adalah rasa, maka seseorang akan selalu mengutamakan kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Rasa empati menurutnya menjadi sesuatu yang sangat penting. Karena itu, dia selalu menekankan penyelesaian masalah melalui pendekatan budaya. Apalagi seiring perkembangan zaman, orang-orang semakin kehilangan rasanya.
“(Karena) kita orang di Jogja ini banyak kehilangan rasanya,” kata dia.
Namun jika warga sendiri tidak mau berubah, dan menganggap kekerasan adalah cara terbaik untuk menyelesaikan setiap permasalahan, maka sulit bagi pemerintah untuk melakukan penyelesaian.
“Saya bisanya mengatakan, tegakkan hukum,” tegas Sultan.
Sebab, kekerasan-kekerasan yang terjadi pada akhirnya akan merugikan masyarakat itu sendiri. Tak hanya bagi korban, tapi juga bagi keluarga pelaku yang nantinya akan terkena imbasnya.