Tak Ada Perayaan Natal di Gereja Advent Timoho Yogyakarta

Konten dari Pengguna
26 Desember 2019 9:33 WIB
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) di Timoho Yogya. Foto : Foursquare
zoom-in-whitePerbesar
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) di Timoho Yogya. Foto : Foursquare
ADVERTISEMENT
Tak ada baliho atau sekadar poster ucapan selamat hari raya natal di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Timoho, Yogyakarta. Tak seperti gereja-gereja lain, di mana perayaan natal berlangsung meriah, di GMAHK Timoho bahkan tak ada perayaan natal. Pernak-pernik natal berupa pohon cemara juga tidak ada.
ADVERTISEMENT
Siang itu, Rabu (25/12), sama sekali tidak ada aktivitas mencolok di GMAHK, semuanya lengang. Pintu gerbang juga hanya terbuka setengah, tidak ada mobil maupun sepeda motor yang parkir memenuhi halaman gereja. Di sudut halaman, tampak seorang laki-laki tengah sibuk bebersih halaman gereja.
“Ndak ada natal di sini mas, ndak merayakan natal,” kata laki-laki itu yang ternyata bernama Waliyo.
Waliyo adalah petugas kebersihan di GMAHK Timoho. Menurut cerita Waliyo, GMAHK Timoho memang tidak merayakan natal. Bahkan pendeta yang memimpin GMAHK Timoho mengambil cuti, tak seperti pendeta pada umumnya yang tentu disibukkan dengan berbagai agenda perayaan natal.
Umat Kristen Advent tidak mengenal natal dalam ritual peribadatan mereka. Alasannya, di dalam Alkitab yang mereka yakini, tidak ada yang menunjukkan bahwa 25 Desember merupakan hari kelahiran Yesus Kristus, Tuhan yang mereka yakini.
ADVERTISEMENT
“Karena ndak ada yang tahu pasti bahwa apakah betul tangga 25 Desember itu kelahiran Tuhan Yesus. Karena di Alkitab ndak tertulis di sana,” lanjut Waliyo.
Princo Leonardo Elvin, salah seorang pemuda yang juga pegawai di GMAHK Timoho justru tampak sedang sibuk di depan layar laptopnya. Elvin juga penganut Kristen Advent, sehingga dia juga tak pernah merayakan natal setiap 25 Desember seperti umat Kristiani pada umumnya.
“Lagi nugas mas,” kata Elvin yang merupakan mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta ketika menyalami tangan saya.
Penganut Kristen Advent menurut Elvin sebenarnya juga merayakan natal, namun bukan pada 25 Desember. Natal yang mereka rayakan juga bukan kelahiran Yesus Kristus, melainkan Perjamuan Kudus.
“Kalau dari yang saya pelajari dari pendeta, sebenarnya kita ngerayain juga, tapi di perjamuan kudusnya. Itu setiap triwulan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Hari Sabtu Jadi Hari Besar
Bagi umat Kristen Advent, hari Sabtu merupakan hari besar mereka. Setiap Sabtu, mereka berkumpul di gereja untuk menjalankan ibadah Sabat. Jika di hari-hari lainnya mereka fokus bekerja, setiap Sabtu mereka hanya fokus untuk memuji Tuhan.
“Di kitab memang hari besarnya hari Sabtu itu. Kalau hari Sabtu itu memang khusus memuji Tuhan, tidak melakukan pekerjaan seperti mencari nafkah gitu,” ujar Waliyo.
Salah satu peribadatan utama di GMAHK Timoho adalah sekolah sabat. Dalam sekolah sabat, umat akan dibagi menjadi dua, ada yang khusus untuk anak-anak, ada yang untuk dewasa. Pada intinya, dalam sekolah sabat mereka diajarkan bagaimana menjadi umat beragama yang baik.
GMAHK Timoho merupakan pusat gereja adventi di Provinsi Yogyakarta. Ada sekitar 300 orang yang tercatat sebagai penganut Kristen Advent di sana. Dalam satu triwulan, biasanya ada 12 sampai 13 sabat. Di sabat yang ke-12 atau 13 itulah mereka merayakan perjamuan kudus.
ADVERTISEMENT
“Jadi natalnya itu kayak nggak ada tanggalnya, jadi jalan aja, ya perjamuan kudus itu,” kata Elvin.
Toleransi Bukan Sekadar Slogan
Princo Leonardo Elvin. Foto : Widi Erha
Elvin tak memungkiri, ketika teman-temannya merayakan semaraknya natal, ada terbersit keinginan untuk ikut merayakan juga. Namun dia tak pernah memikirkannya terlalu jauh, toh setiap orang menurutnya punya prinsip dan kepercayaannya sendiri-sendiri.
“Natal yang biasa orang umum bilang kan soal kasih hadiah, berbagi, begitu kan. Tapi kalau untuk berbagi dan ngasih hadiah kan nggak harus ada hari khususnya, kalau mau berbagi kapan pun kita bisa kalau kita punya,” kata Elvin.
Elvin juga tak pernah mempersoalkan teman-temannya yang merayakan Natal, meski dalam kepercayaannya tidak ada natal seperti yang dirayakan setiap 25 Desember. Dia tetap memberikan selamat kepada teman-temannya yang merayakan natal tanpa pernah mendebatkan kepercayaan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, di GMAHK tak pernah ada konflik antara umat kristiani yang merayakan natal maupun yang tidak merayakan. Tak ada slogan-slogan toleransi yang digembor-gemborkan untuk menjaga kerukunan antarumat kristiani kata Waliyo. Kerukunan itu sudah tertanam tanpa harus melihat bagaimana kepercayaan seseorang.
“Ya kita hanya saling menghormati saja, nggak saling menyalahkan ‘lho, kamu kok nggak merayakan natal’, gitu. Kita ndak pernah mempersoalkan merayakan natal atau tidak,” tegas Waliyo. (Widi Erha Pradana / YK-1)