Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Tak Ada Ribut-ribut UKT di Universitas Terbuka Yogya, UKT Hanya Rp 1-3 Jutaan
6 Juni 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Di tengah keramaian soal kenaikan dan kemudian pembatalan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) beberapa waktu yang lalu, Universitas Terbuka (UT) Yogyakarta sudah sejak lama mempertahankan UKT yang terjangkau bagi calon mahasiswa.
ADVERTISEMENT
“UKT di Universitas Terbuka itu sangat terjangkau oleh masyarakat. Jadi, dimulai dari UKT yang sangat rendah yaitu dari program diploma di UKT Rp1.150.000, dan paling tinggi itu Rp3.300.000 untuk sarjana PG PAUD,” kata Direktur UT Yogyakarta, Agus Santoso saat ditemui Pandangan Jogja, di kampus UT Yogya, beberapa waktu lalu.
Alasan utama UT mempertahankan UKT-nya di angka tersebut adalah guna menjangkau seluruh golongan masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sebab, saat ini angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia masih ada di angka 32-33 persen.
Sementara di negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina, nilai dari APK sudah mendekati angka 40-45 persen. Ketinggalan jauh, Agus menganggap UKT yang terjangkau bisa membuat minat masyarakat untuk berkuliah makin meningkat dan mengejar nilai APK tersebut.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah sangat berharap UT yang bisa secara signifikan dan masif dalam meningkatkan APK untuk Indonesia. Caranya, UKT kita pertahankan supaya terjangkau oleh seluruh masyarakat. Tidak hanya untuk Jogja atau Magelang saja, tapi seluruh Indonesia, baik yang tinggal di pesisir, lebak, ngarai, pegunungan, dan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) supaya bisa berkuliah semua, supaya bisa jadi sarjana,” jelas Agus.
Atas dasar misi tersebut, Agus menyebutkan bahwa hingga saat ini UT belum pernah sama sekali menaikkan UKT mereka. Baginya, mereka masih sanggup memfasilitasi mahasiswa secara maksimal dengan UKT yang terjangkau itu.
“Sampai saat ini pimpinan belum memutuskan untuk menaikkan UKT. Bahkan berkali-kali pemerintah mencoba mengusulkan kenaikan UKT untuk UT masih belum dikabulkan. Karena apa? Karena misinya UT memberikan akses seluas-luasnya untuk masyarakat Indonesia untuk bisa kuliah,” kata Agus.
Walaupun memiliki UKT terjangkau, Agus mengakui UT memiliki kualitas yang sepadan dengan perguruan tinggi lainnya. Sebagai contoh, Agus menjelaskan bahwa alumni UT mulai mendominasi penerimaan CPNS dan PPPK.
ADVERTISEMENT
“Tahun 2019, lulusan UT yang diterima sebagai CPNS hampir 50 persen. Bahkan, info terakhir untuk penerimaan PPPK dari kabupaten/kota, alumni UT yang mendominasi. Artinya, lulusan UT bisa bertanding dengan alumni PT yang lain,” ungkap Agus.
Agus menjelaskan, UT ada di seluruh Indonesia dengan 39 kantor daerah di dalam negeri, sedangkan di luar negeri ada di 50 negara. UT juga menjadi opsi bagi para WNI yang bekerja di luar negeri untuk tetap mengenyam pendidikan selama bekerja.
“Alhamdulilah, sekarang yang sedang kuliah di UT itu ada sekitar 5 ribuan orang dari 50 negara. Paling banyak di Malaysia, kedua di Hongkong, sisanya tersebar di berbagai negara lainnya, seperti Yunani, Selandia Baru, dan mereka mendaftar secara online,” tutup Agus.
ADVERTISEMENT