Konten Media Partner

Tutupnya Centro Amplaz Jogja: Fesyen Sulit, Resto dan Vitamin Dewa Penolong Mal

19 Maret 2021 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mal Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Mal Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Penutupan Centro Departement Store di Plaza Ambarrukmo Mall Jogja atau Amplaz sedikit menggambarkan betapa sulit situasi yang dihadapi oleh mall dan usaha-usaha di dalamnya selama pandemi. Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari manajemen Centro maupun Amplaz terkait tutupnya Centro Amplaz.
ADVERTISEMENT
Ketika dikonfirmasi, General Manager Amplaz, Surya Ananta, membenarkan bahwa secara resmi masa kontrak Centro di Amplaz memang sudah berakhir sejak 17 Maret kemarin dan tidak memperpanjang lagi masa kontraknya. Namun, Surya belum bersedia memberikan keterangan lebih lanjut karena saat ini pihak manajemen Amplaz maupun Centro masih dalam proses untuk merilis keterangan resmi.
“Secara legal memang sudah selesai tanggal 17 Maret kemarin. Tapi untuk lebih lanjutnya, kami masih berkomunikasi dengan manajemen Centro untuk membuat keterangan resmi,” kata Surya Ananta, Kamis (18/3).
Menurut Surya, secara umum situasi mal saat ini memang sulit. Hal itu tidak dipungkiri, mengingat daya beli masyarakat memang mengalami penurunan karena pandemi. Hal ini berdapak langsung pada penjualan para retailer di dalam mal.
ADVERTISEMENT
Namun hal ini sebenarnya sudah mulai menemukan titik terang ketika program vaksinasi mulai berjalan. Dimulainya program vaksinasi telah berdampak pada jumlah kunjungan orang ke mal yang perlahan mengalami peningkatan.
“Meskipun tidak lompat, tetapi itu secara gradual dia ada kenaikan. Otomatis omzetnya juga mulai ada peningkatan meski saya tidak bisa memastikan secara persis,” ujarnya.
Situasi ini menjadi angin segar, mengingat cukup banyak orang yang menggantungkan kehidupannya pada ekosistem mal. Di Amplaz sendiri, ada sekitar 3.000 karyawan yang menggantungkan hidupnya pada mal.
Selain ekosistem bisnis di dalam, di sekitar mal juga banyak usaha-usaha yang bergantung pada kelangsungan mal. Misalnya usaha penginapan, tempat parkir, atau warung makan yang biasanya menjadi langganan para karyawan mal. Keduanya menurut Surya, memiliki hubungan timbal balik yang tidak bisa dipisahkan karena saling mendukung satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Dan kebanyakan usaha di sekitar mal itu kan kategori ekonomi kecil yang juga menjadi support untuk mal itu sendiri termasuk Amplaz ya,” kata dia.
Resto dan Vitamin Relatif Bisa Bertahan
General Manager Amplaz, Surya Ananta. Foto: Widi Erha Pradana.
Untuk saat ini, bidang usaha yang masih relatif bisa bertahan di dalam mal menurut Surya adalah bidang resto dan vitamin atau obat. Sedangkan sektor fesyen, menjadi salah satu yang paling terdampak. Hal itu karena selama pandemi, masyarakat cenderung memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan pokok, sedangkan kebutuhan untuk lifestyle seperti fesyen cenderung dikesampingkan dulu.
Padahal, sektor fesyen merupakan sektor dengan jumlah transaksi terbesar di dalam mal. Jika di resto jumlah transaksi bisa mencapai 30 persen, transaksi di sektor fesyen bisa mencapai angka 45 sampai 50 persen.
ADVERTISEMENT
“Itu saya masukkan semua kategori ya, baju, sepatu, aksesoris. Karena luasannya besar pasti ozetnya juga lebih besar.Jadi secara presentase nomor satu fesyen,” ujar Surya Ananta.
Sementara itu, pengeluaran terbesar mal menurut dia diserap untuk biaya listrik dan SDM. Pasalnya, kedua pengeluaran tersebut merupakan biaya tetap yang tidak terpengaruh meski pendapatan menurun.
Karena itu, menurut dia akan sangat membantu keberlanjutan mal jika pemerintah juga memberikan keringanan atau insentif seperti yang diberikan kepada sektor usaha lain. Menurutnya, manajemen mal sebenarnya sudah mencoba untuk mengajukan keringanan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah, tapi sampai sekarang menurut dia usaha itu belum membuahkan hasil.
“Misalnya insentif perpajakan, keringanan untuk energi misalnya, kalau itu ada tentu akan sangat meringankan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tapi yang paling penting menurut dia adalah bagaimana menyelesaikan masalah pandemi dalam level nasional. Pasalnya, sebagai kota wisata Jogja,perekonomian sangat bergantung dengan adanya pendatang dari berbagai daerah. Jika penanganan pandemi di Jogja sudah tepat tapi tidak diikuti dengan daerah lain, maka situasi tak akan kunjung normal.
“Harapan kita, ini selesai di level nasional. Penanganan pandemi harus jelas, dan vaksinasi dipercepat sehingga orang-orang akan berwisata lagi ke Jogja,” kata Surya Ananta. (Widi Erha Pradana / YK-1)