Jejak Memori dalam Pengalaman Penonton: Analisis Fenomena Petualangan Sherina 2

Pandu Watu Alam
Dosen Program Studi Televisi dan Film Fikom UNPAD, Musisi, dan Praktisi Scoring Film
Konten dari Pengguna
14 November 2023 8:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandu Watu Alam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Memori Masa Lalu Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Memori Masa Lalu Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film ini menciptakan pengalaman yang berbeda antara dua kelompok penonton: mereka yang pernah menonton "Petualangan Sherina 1" 23 tahun yang lalu dan generasi muda yang baru mengenalnya. Artikel ini membahas bagaimana memori episodik dan asosiatif memengaruhi respons emosional dan interaksi dengan karya seni, serta dampaknya pada pengalaman penonton.
ADVERTISEMENT
Film memiliki kekuatan untuk membangkitkan emosi dan kenangan pada penontonnya. Dalam beberapa kasus, film bahkan dapat menghubungkan dua generasi berbeda dengan pengalaman yang sama, seperti yang terjadi dengan perilisan "Petualangan Sherina 2". Film ini mampu memengaruhi dua kelompok penonton dengan cara yang berbeda, yaitu mereka yang memiliki kenangan dari film pertama dan generasi muda yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang film tersebut. Untuk memahami fenomena ini, kita akan melihatnya dari kaca mata komunikasi dan psikologis yang berhubungan dengan memori episodik dan asosiatif.

Memori Episodik dalam Kenangan Penonton Tua (Usia Sekitar 33-40 Tahun)

Ilustrasi Memori Masa Kecil Berpetualang Bersama Orang Tua Gambar oleh Lorraine Cormier dari Pixabay
Pertama, mari kita lihat bagaimana memori episodik memengaruhi penonton yang telah menonton "Petualangan Sherina 1" pada tahun 1999. Film ini telah menjadi bagian dari kenangan mereka selama 23 tahun. Memori episodik adalah jenis memori yang terkait dengan pengalaman pribadi, dan film ini adalah bagian dari pengalaman mereka yang paling berkesan.
ADVERTISEMENT
Ketika penonton tua melihat "Petualangan Sherina 2", elemen-elemen dalam film yang terkait dengan film pertama seperti karakter, adegan, lokasi, dan tema dapat memicu memori episodik mereka.
Mereka mungkin merasa terhubung kembali dengan masa kecil mereka dan mengingat momen ketika mereka pertama kali menonton "Petualangan Sherina 1" di bioskop. Ini menciptakan respons emosional yang kuat, termasuk rasa nostalgia dan kebahagiaan.
Berdasarkan wawancara penulis pada 10 orang di rentang usia ini, 8 orang merasa terharu dan bahkan menangis haru saat menonton film "Petualangan Sherina 2", dan 2 orang lagi merasakan memori masa kecil nya terbuka kembali.
Menurut keterangan 8 orang yang menangis haru saat menonton film ini bukan karena terharu oleh cerita dalam film nya, namun mereka terharu karena teringat masa kecil mereka yang bahagia menonton film Petualangan Sherina 1 bersama keluarga.
ADVERTISEMENT

Memori Asosiatif dalam Kenangan Penonton Tua (Usia Sekitar 33-40 Tahun)

Ilustrasi Penonton Generasi Muda Yang Menonton Secara Objektif, Tanpa Dipengaruhi Memori Masa Lalu, Gambar oleh Igor Ovsyannykov dari Pixabay.
Selain memori episodik, penonton tua juga mungkin memiliki memori asosiatif yang kuat terkait dengan lagu, lirik, atau dialog dari film pertama. Misalnya, mereka dapat mengaitkan lagu "Lihatlah lebih dekat" dengan perasaan masa kecil yang bahagia.
Ketika mereka mendengar lagu ini dalam "Petualangan Sherina 2", memori asosiatif memungkinkan mereka untuk merasakan emosi yang sama seperti yang mereka alami di masa lalu.

Generasi Muda dan Pengalaman Tanpa Memori

Di sisi lain, generasi muda yang menonton "Petualangan Sherina 2" tanpa memiliki kenangan dari film pertama mengalami pengalaman yang berbeda.
Mereka mungkin mengevaluasi film ini berdasarkan aspek-aspek seperti alur cerita, visual, dan musik tanpa memiliki ikatan emosional dengan film pertama.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka, film ini adalah pengalaman baru, dan mereka tidak memiliki memori episodik atau asosiatif yang terkait dengan "Petualangan Sherina 1". Ini berarti bahwa pengaruh film pada generasi muda lebih terfokus pada apa yang mereka alami saat menonton "Petualangan Sherina 2" tanpa latar belakang sebelumnya.

Dampak Pengalaman

com-Ilustrasi nonton film di bioskop Foto: Shutterstock
Fenomena yang terjadi saat perilisan "Petualangan Sherina 2" menggambarkan bagaimana memori episodik dan asosiatif memengaruhi respons emosional terhadap karya seni. Penonton tua merasakan nostalgia dan kebahagiaan karena memori episodik dan asosiatif mereka, sementara generasi muda mengalami film ini dari perspektif yang lebih objektif.
Peran memori episodik dan asosiatif juga memiliki dampak yang mendalam pada industri film. Film sekuel atau remake sering kali mengandalkan kenangan dari film sebelumnya untuk menarik penonton lama sambil mencoba menggaet generasi muda.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan "Petualangan Sherina 2" menunjukkan bahwa penggunaan yang cerdas dari memori episodik dan asosiatif dapat menciptakan pengalaman yang unik dan menggugah emosi di antara penonton dengan latar belakang yang berbeda.
Seperti yang Riri Riza paparkan dalam kunjungannya ke Fikom Unpad.
"Film ini menarik ditonton untuk yang pernah menonton Petualangan Sherina 1, namun jangan khawatir bagi teman-teman mahasiswa yang tidak pernah menonton Petualangan Sherina 1 pun film ini bisa dinikmati," kata Riri Riza.
Hal ini menyiratkan bahwa film ini tidak dibuat semata-mata untuk menjual ide cerita nya saja, namun ada faktor lain yang dijual dalam film ini yaitu memori dan pengalaman.
Sherina bersama Derby Romero saat konferensi pers launching poster dan trailer film Petualangan Sherina 2 di Epicentrum, Jakarta, Kamis (20/7/2023). Foto: Dok. Agus Apriyanto
Sebagai penutup, fenomena yang terjadi saat perilisan "Petualangan Sherina 2" memungkinkan kita untuk memahami peran memori episodik dan asosiatif dalam pengaruh karya seni pada emosi dan kenangan penonton.
ADVERTISEMENT
Film ini menciptakan pengalaman yang berbeda antara penonton tua yang memiliki kenangan dari film pertama dan generasi muda yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang film tersebut.
Memahami bagaimana memori memengaruhi interaksi kita dengan karya seni dapat membantu pembuat film, seniman, dan pemasar untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan bermakna bagi penonton mereka.
Terlebih lagi, fenomena ini juga menyoroti pentingnya karya seni dalam menjembatani kesenjangan antara generasi dan menciptakan ikatan emosional yang kuat di antara penonton dari berbagai latar belakang.
Penelitian lebih lanjut tentang peran memori dalam pengalaman seni dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana seni memengaruhi kita secara emosional dan menghubungkan kita dengan kenangan dan pengalaman pribadi kita sendiri.
ADVERTISEMENT