Cerita Ibu Rumah Tangga di Brebes Raup Untung dari Jastip Kuliner

Konten Media Partner
28 September 2019 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akun Kartina Mei memposting jasa titipan di media sosial. (Foto: Yunar Rahmawan)
zoom-in-whitePerbesar
Akun Kartina Mei memposting jasa titipan di media sosial. (Foto: Yunar Rahmawan)
ADVERTISEMENT
BREBES - Era media sosial (medsos) saat ini berkembang pesat. Tak hanya menjadikannya sebagai ajang saling kenal, medsos kini banyak dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berbisnis. Salah satunya membuka jasa titipan atau lebih populer dengan sebutan "Jastip".
ADVERTISEMENT
Salah satunya dilakukan Mei (32) warga Brebes yang memanfaatkan peluang tersebut untuk membuka jastip. Ibu rumah tangga dengan dua anak ini mangawali membuka jastip pada pertengahan 2018. Dia mengaku membuka jastip hanya coba-coba saja.
"Awalnya coba-coba saja, ternyata banyak yang minat," kata Mei saat dihubungi lewat perpesanan Whatsapp Jumat, 27 September 2019.
Mei mengatakan, pembelian lewat jastip yang digeluti hingga kini hanya berkutat pada kuliner saja. Itu pun jajanan yang berada di area Tegal, seperti es Lontrong yang ada di Slawi, batagor um Ripin di Adiwerna dan yong tahu.
"Kalau makanan yang di Brebes kan mereka bisa beli sendiri. Tapi kalau jajanan di Tegal, kebanyakan malas kan karena jauh, jadi bisa nitip ke saya. Kebetulan saya asli dari Banjaran, saya ikut suami di Brebes," jelas Mei.
ADVERTISEMENT
Untuk memasarkan jasanya, Mei menggunakan media sosial facebook. Saat mem-posting, dia cukup mengunggah gambar jajanan yang ditawarkan dan sedikit keterangan beserta nomor Whatsapp.
"Di story WA juga saya posting tiap hari. Jadi mereka yang sudah menyimpan nomor saya, tiap hari bisa lihat," kata Mei.
Untuk setiap kali order jastip, Mei mematok uang jasa sebesar Rp 5.000 sekali jalan. Menurutnya itu belum termasuk ongkos kirim. "Kalau area Brebes kota saya tidak tarik ongkir. Tapi kalau luar Kecamatan Brebes biasanya ada ongkirnya," tuturnya.
Meskipun jastip tidak terlalu beresiko rugi besar, namun Mei mengaku tetap ada hambatan dalam perjalanannya selama ini. Mulai dari cuaca, hingga warung tujuannya tutup padahal sudah banyak yang pesan.
ADVERTISEMENT
"Saya pakai motor, jadi kalau hujan cukup menghambat. Belum lagi kalau ban bocor. Tapi seringnya warung jajanannya tutup padahal sudah banyak yang order beli jajanan itu," terang Mei.
Dalam menjalankan bisnis jastip, Mei menggunakan sistem kepercayaan saja. Sebab, untuk membeli jajanan sesuai orderan yang masuk, dia menggunakan uangnya terlebih dahulu.
"Jadi kan mereka nggak transfer dulu, itu beli pakai uang saya, terus setelah dikirim, baru nanti mereka bayar. Yang penting kepercayaan saja," kata Mei.
Saat ditanya, apakah ada yang sudah order dan dibeli terus dibatalkan? Mei mengaku tidak pernah mengalami hal demikian.
"Sejauh ini tidak pernah dan mudah-mudahan jangan sampai. Intinya kalau mereka bohong ya dosa ditanggung sendiri," harapnya.
Dalam sehari, Mei bisa menerima order 10 hingga 20 orang. Jika dihitung maka rata-rata dalam sehari bisa mengantongi uang jastip sebesar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. "Lumayan buat beli bensin dan jajan anak," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT
Reporter: Yunar Rahmawan
Editor: Irsyam Faiz