Cerita Sopir Truk Pantura yang Ogah Lewat Tol karena Kemahalan

Konten Media Partner
9 Februari 2019 23:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Truk melintas di Jalur Pantura Tegal, Sabtu, 9 Februari 2019. (Foto: Reza Abineri/Panturapost.id)
TEGAL - Jalan Tol Brebes-Pemalang pada akhir 2018 lalu telah diresmikan Presiden Joko Widodo. Setelah itu, Jalur Pantura barat sempat lengang oleh truk ukuran besar maupun kecil. Sebagian besar sopir truk memilih lewat jalur bebas hambatan itu karena masih gratis.
ADVERTISEMENT
Namun kurun satu pekan ini, Jalur Pantura kembali disesaki oleh sejumlah truk. Itu terlihat pada jalur pantura dari Kota Tegal hingga Kabupaten Tegal. Alasan para sopir yang ditemui PanturaPost hampir senada, yakni mengeluh mahalnya tarif tol.
Mereka ogah membayar tarif tol lantaran menghemat uang saku dalam perjalanan. Seperti Mardi, 57 tahun, misalnya. Dia mengaku hampir satu pekan belakangan sudah kembali melintasi jalur pantura.
"Sudah beberapa hari lalu lewat pantura terus. Kemahalan. Jadi tidak bisa ngirit uang saku," katanya saat ditemui PanturaPost, Sabtu (9/2). Ia sudah 10 tahun melintasi jalur pantura yakni dari Cirebon-Semarang dengan membawa semen.
Untuk sekali berangkat, ia mendapat uang saku sekitar Rp 1,7 juta. Total uang saku tersebut, Rp 550 ribu untuk biaya bongkar-muat barang. Kemudian untuk uang makan sekitar Rp 900 ribu.
ADVERTISEMENT
"Praktis, saya bawa uang ke rumah sekali perjalanan Rp 350 ribu. Itu pun kalau lewat pantura," ujar pria asal Banjarnegara tersebut.
Jujur, kata dia, jika harus melintasi tol tinggal menyisakan uang saku Rp 250 ribu saja. Artinya ada pengurangan uang saku sekitar Rp 100 ribu yang ia bawa ke rumah. Mardi mengaku, ketika masuk ke tol jika terpaksa. Yakni mengejar waktu pembongkaran barang di Semarang.
"Biasanya masuk tol di Brebes dan keluar ke Kandeman (Batang). Tapi jarang dilakukan. Ketika terpaksa saja, karena tidak ada biaya penggantian tol," ujarnya.
Jika dihitung, untuk masuk ke tol dari Semarang ke Cirebon atau sebaliknya dirinya harus merogoh kocek sekitar Rp 147 ribu. Untuk itu, ia pun meminta agar tarif tol agar diturunkan. "Inginnya tarif diturunkan. Ya sekitar Rp 70 ribu dari Brebes-Semarang lah," pintanya.
Truk melintas di Jalur Pantura Tegal, Sabtu, 9 Februari 2019. (Foto: Reza Abineri/Panturapost.id)
Sopir truk lainnya, Mono, 45 tahun, juga mengalami yang sama. Ia yang telah beberapa tahun ini melintasi pantura, mengeluhkan tarif tol yang terlalu mahal.
ADVERTISEMENT
"Saya dari Jakarta mau ke Surabaya itu, tadi keluar-masuk tol. Tadi keluar tol di Cipali. Seterusnya lewat jalur bawah (pantura)," bebernya saat ditemui istirahat di Terminal Kota Tegal, Sabtu (9/2).
Ia tidak menyebutkan secara rinci total uang sakunya. Namun dengan adanya tol membuat sisa uang sakunya berkurang sekitar Rp 600 ribu. "Kalau untuk sekarang untuk sekali berangkat, hanya bisa menyimpan Rp 300 ribu saja. Padahal dulu bisa hampir Rp 900 ribu-an," ungkap dia.
Mono mengaku, perusahaannya akan mengganti biaya setiap kali melintasi ke tol. Akan tetapi, hal itu tidak bisa melulu diandalkan.
"Perusahaan akan menggantinya. Namun jangan jadi andalan, karena biasanya cairnya setelah selesai kirim barang," katanya.
ADVERTISEMENT
Mono pun terpaksa menyiasati untuk melewati tol, jika medan tanjakan seperti di beberapa titik di jalur bawah Jakarta-Surabaya. Hal yang sama juga dialami sopir truk lain, Imam, yang merupakan rekan Mono.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tegal, Herviyanto, belum merespons saat hendak dimintai konfirmasi ihwal kembalinya truk dari jalan tol ke Jalur Pantura. Dihubungi lewat telepon maupun pesan Whatsapp, yang bersangkutan belum membalas.
Sebelumnya, sebagaimana dimuat @kumparanBisnis, Tim kampanye Prabowo-Sandi melalui juru bicara mereka, Rendra Ratu Prawiranegara mengungkapkan, rata-rata biaya pembangunan tol 2 lajur di Indonesia mencapai Rp 100 miliar per kilometer (km). Biaya itu 3 kali lebih mahal dari rata-rata di Thailand.
Mahalnya biaya pembangunan itu berimbas pada tarif tol. Menurut perhitungan Rendra rata-rata tarif tol di Indonesia mencapai Rp 1.300 per km, paling mahal di kawasan Asia Tenggara. Sebagai pembanding, tarif tol di Malaysia Rp 492 per km, Thailand Rp 440 per km, Singapura Rp 778 per km, Vietnam Rp 1.200 per km, Filipina Rp 1.050 per km.
ADVERTISEMENT
Reporter: Reza Abineri
Editor: Irsyam Faiz