Fenomena Thrifting, Kok Bisa Trending?

Patricia Lorena
Patricia Lorena adalah mahasiswa jurusan Komunikasi Strategis di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang. Saat ini juga sedang aktif dalam media kampus, UMN Radio sebagai penyiar program SKOOB.
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2022 14:06 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Patricia Lorena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata “thrifting” mungkin sudah menjadi istilah yang tidak asing untuk didengar. Apalagi, dengan didukungnya perkembangan teknologi yang mendorong percepatan penyebaran informasi sehingga kita menjadi lebih sering terpapar fenomena-fenomena yang sedang trending.
ADVERTISEMENT

Sebenarnya apa itu thrifting dan kenapa bisa trending?

Thrifting, berasal dari kata “thrift” dalam bahasa Inggris yang berarti hemat atau penghematan. Sekarang, istilah ini merujuk pada aktivitas jual-beli pakaian bekas. Sebenarnya, thrifting bukanlah hal yang baru, sebab dahulu sudah banyak masyarakat yang menggunakan atau membeli pakaian bekas. Namun, hal tersebut masih memiliki stereotip yang negatif. Dahulu, penggunaan pakaian bekas cenderung menimbulkan rasa malu dan memberikan kesan tidak up-to-date untuk kebanyakan orang. Walaupun demikian, nyatanya saat ini fenomena thrifting sudah mendapatkan banyak sentimen positif dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari pelajar, pekerja kantoran, influencers hingga beberapa selebritis pun melakukannya.
Menariknya, istilah thrifting ternyata sudah hadir sejak revolusi industri, ketika mass-production of clothing mulai marak dilakukan yang mengakibatkan harga pakaian menjadi lebih murah. Akibatnya, terjadi penumpukan pakaian dan sejak saat itu pakaian bekas mulai dikumpulkan dan dijual. Kemudian, pada 1920 terjadi krisis ekonomi yang membuat masyarakat tidak mampu untuk membeli pakaian baru sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk melakukan thrifting.
ADVERTISEMENT
Fenomena thrifting di Indonesia mulai berkembang dengan cepat semasa pandemi Covid-19, terutama pada kalangan generasi muda. Pandemi Covid-19 berhasil mengubah gaya hidup, sikap, dan aktivitas masyarakat untuk menjadi lebih memperhatikan pengeluaran mereka. Akhirnya, masyarakat menjadi terdorong untuk bersikap hemat dan berusaha menggunakan uang untuk hal yang memiliki urgensi. Akibatnya, masyarakat terdorong untuk melakukan thrifting. Selain lebih murah, thrifting juga mendorong kita untuk menjadi kreatif dalam mengombinasikan pakaian.
Suasana Belongs4U thrifting shop saat bazaar di Closing Night Radioactive, Universitas Multimedia Nusantara pada Sabtu, 22 Oktober 2022 (Foto: Tim Dokumentasi Radioactive 2022)
Thrifting di Indonesia sekarang sudah menjadi the new lifestyle of fashion, banyak generasi muda yang gemar dan berbondong-bondong untuk mencoba thrifting. Melalui thrifting, kita bisa mendapatkan pakaian yang unik, tidak pasaran, bahkan pakaian branded dengan harga murah. Hal tersebut berhasil mendorong para konsumen untuk menjadi kreatif dalam melakukan mix-and-match pakaian. Thrifting di Indonesia sudah mulai terdistribusi dengan baik mulai dari toko thrifting online, toko offline thrifting, hingga event atau bazaar thrifting.
ADVERTISEMENT
Thrifting terdengar seperti sebuah aktivitas yang positif dan mendapatkan reaksi yang baik dari masyarakat didukung dengan pendapat bahwa melalui thrifting kita bisa menjadi lebih hemat, mendukung slow fashion, tidak menyumbangkan limbah pakaian, dan sebagainya. Namun, ternyata ada dampak negatif yang ditimbulkan.
Untuk menggali lebih dalam, penulis melakukan wawancara dengan Aurelia Syifa, salah satu owner online thrift shop, Belongs4U, Jumat 28 Oktober 2022. Belongs4U adalah sebuah online thrift shop yang terbentuk akibat penumpukan baju yang dialami oleh para pemiliknya.
“Sebenarnya kalau dari aku sih, thrifting banyak positifnya, ya. Kita mendukung slow fashion, tidak terus menerus beli fast fashion yang bikin jadi menumpuk dan limbah pakaian, gitu. Sekarang thrifting juga udah jadi lifestyle baru di kalangan generasi muda karena menjadi sebuah trend fashion yang booming banget dan semakin banyak yang suka. Bahkan sampai banyak banget orang yang datang ke event-event thrifting.” ujar Aurelia Syifa.
ADVERTISEMENT
“Kalau dampak negatifnya sebenarnya, pakaian bekas ya pasti kotor, kan, tapi itu sebenarnya bisa gampang diatasi, bisa dicuci”, imbuhnya.
Suasana Belongs4U, online thrifting shop saat bazaar di Sore Santai Market, Kumulo BSD pada Sabtu, 28 Mei 2022 (Foto: Aurelia Syifa)
Dengan perkembangan thrifting yang sangat cepat dan tidak terlihat akan berhenti dalam waktu dekat, penulis tidak sabar untuk melihat perkembangan dan kreasi lainnya. Semoga, dengan adanya fenomena ini, akan membantu perekonomian lokal dan membantu untuk meningkatkan kreativitas masyarakat dalam bidang fashion. Ke depannya, diharapkan thrifting dapat menjadi sarana masyarakat untuk berekspresi secara positif.
Jadi, apakah kalian mulai tertarik untuk melakukan thrifting?